Kyu

1020 Kata
"Maaf Mbak, di sini sedang tidak menerima karyawan baru." Via yang semula tersenyum lebar langsung menurunkan senyumannya. "Oh baik kalau gitu, terima kasih infonya saya permisi." lalu melenggang pergi keluar dari salah satu gedung bertingkat yang ada di kota besar ini. Helaan nafas lelah keluar dari mulutnya begitu saja, sepertinya yang diucapkan Agam itu bukan hanya omong kosong belaka. Ternyata mencari pekerjaan di tengah kota sebesar ini bagaikan mencari jarum di antara tumpukan jerami. Via menepuk pipinya berkali-kali, "fighting Vi! Lo gak boleh putus asa!!" ucapnya menyemangati diri lalu kembali mencari tempat lain untuk diajukan lamaran kerja, aslinya dirinya sudah mengajukan lamaran melalui via online. Namun ada ribuan pesaing, membuatnya kalah dengan yang lain. *** "Gimana Vi, udah dapat kerja?" Via yang baru membuka pintu kamar kos nya itu langsung disuguhi pertanyaan oleh sahabat sekamarnya itu. Dengan lusuh Via menggelengkan kepalanya perlahan lalu langsung ngelesot di lantai. Ambar memandang sahabatnya itu dengan prihatin, "lagian lo udah dapat pekerjaan enak-enak, kenapa sih harus keluar segala?" "Gue kan udah ceritain semuanya ke lo Mbar!" Via memandang Ambar dengan kesal. Ambar menarik nafas dalam-dalam, "gini yha Vi.." Ambar kali ini berjongkok didepan Via sambil sebelah tangannya memegang pundak Via, membuatnya mau tidak mau menatap kearah Ambar. "ini tuh hidup keras bro! Dan lo cuma mikirin gengsi doang, mau makan gengsi lo, lagian jadi pacar pura-pura juga ga pa-pa kali Vi. Apalagi yang ngajakin lo itu CEO. Bayangin Vi, C.E.O! Siapa tau cerita hidup lo mirip kisah picisan di n****+-n****+ itu." Via melengos kesal. Ambar kira hidup nya di rekayasa oleh author apa?! "Lagian lo pikir ini cerita n****+ gitu Mbar? Yang kalau CEO maksa si karyawan nya buat jadi pacarnya lalu dengan sok teraniaya nya si karyawan jual mahal lalu endingnya juga bakal sama suka. Hidup ga seindah cerita n****+ Mbar!" "Terus lo sekarang mau apa? Mau jadi pengangguran?" Via menatap Ambar dengan protes. Mana mungkin dirinya mau jadi pengangguran Ha! "Kalau nggak mau jadi pengangguran, lo mau kerja apa Vi? Cari pekerjaan di Kota sebesar ini sangat sulit. Jadi gue saranin supaya lo balik kerja di Saka's Group lagi." Ambar tersenyum kalem di hadapan Via. "Soalnya kalau endingnya lo nyesel, itu ga bakal berguna." ***** Via sekarang sedang duduk di depannya minimarket sambil meminum buble tea nya. Panas matahari yang terik benar-benar membuatnya berkeringat. Jari telunjuknya ia ketuk-ketukan di meja bundar yang dia tempati itu secara teratur. "Hidup gue kenapa gini amat sih," Via mulai curhat sendiri, tidak peduli pandangan orang yang berlalu-lalang menatap ke arah aneh. "Bos arogan susah, giliran udah nggak punya Bos pun masih susah. Gue harus gimana coba?!" Via langsung menelungkupkan kepalanya di antara lipatan tangannya. Capek! Via sudah muak dengan semua keadaan ini! "Penawaran yang saya berikan masih berlaku." Via langsung berjingkat kaget, Agam tiba-tiba ada di depannya dan jangan lupa ada 2 bodyguard-nya yang sudah stand by di belakangnya. Cih! Dasar orang penting. "Saya sudah pernah bilang kan ke kamu kalau cari pekerjaan itu sulit dan sekarang kamu sudah ngerasain sendiri kan rasanya," sudah jelas sekali kalau Agam tengah menyindir dirinya. "kembali bekerja dengan saya atau kamu akan menyesal nanti." lanjut Agam masih dengan nada keangkuhan seperti biasa. Via ingin membalas Agam... ingin sekali, namun kata-kata yang sudah ia rancang di otak tidak bisa keluar dari mulutnya, dia sudah kalah telak. Semua yang Agam ucapkan benar. Kalau pun Via mau membalas, ia harus membalas yang bagaimana lagi. Agam langsung menurunkan raut angkuhnya saat melihat ekspresi wanita di depanya ini. Apakah dirinya terlalu keras pada wanita ini? Sepertinya nggak deh. "Kalau saya bekerja lagi dengan Bapak," Agam langsung berdiri tegak kembali saat Via menatap ke arahnya. "apakah saya masih harus jadi pacar pura-pura Bapak?" Via hanya ingin tahu saja, apakah dirinya masih dijadikan kambing hitam di urusan Agam ini. Tidak kasihan kah Agam pada hidupnya yang sudah ruwet ini!! Agam menatap ke arah Via dengan lamat-lamat. Kenapa mendadak rasa tidak tega menyelimuti hatinya, apa-apaan gadis ini! Bahkan selama ini tidak ada satupun orang yang bisa membuat Agam menjadi orang lemah seperti ini. "Sayangnya perjanjian itu masih berlaku." ***** "VIAAAAAA!!!!" Koaran cempreng itu berhasil membuat atensi seluruh orang yang ada di sana langsung mengarah kepadanya, Via tersenyum lebar saat Sila menubruk tubuhnya, memerangkap dirinya dalam dekapan hangat milik Sila. Tenang .... itulah yang ia rasakan. Saat-saat seperti ini yang membuat dirinya ingin menghentikan waktu. "Lo balik kerja lagi, Vi? Sumpah kan beneran? Nggak bohong?!!" pertanyaan bertubi-tubi itu hanya Via jawab dengan senyum simpul saja. "Wishhh!!! Si pembuat onar akhirnya balik lagi guys!!" Sahut Firman yang datang bersama lainnya. "Alhamdulillah Gusti, akhirnya sampeyan kembali lagi, Vi!!" Angel tak kuasa menahan air matanya, menangis disaat seperti ini bukan perilaku lebay menurutnya. "Duh.. duh.. duh.. kalian kayaknya seneng banget kalau gue balik. Pasti kalian merasa kangen banget kan sama gue." Via justru menyombongkan dirinya membuat Vernon yang tiba-tiba ada di belakangnya itu mengacak rambutnya secara tidak santai. "Ya lo pikir aja kali Vi, lo itu si mood booster nya di sini dan lo tiba-tiba resign gitu aja, lo nggak mikirin perasaan kita apa?" Via mendongak, jaraknya dengan Vernon hanya berpaut sejengkal saja. "Woy inget sama Sindi!!" Sila menampol Vernon dengan menggunakan telapak tangannya, membuat Vernon langsung terjungkal ke belakang begitu saja. "Apaan sih, kita itu sama-sama temanya Via!" sambil mengelus pantatnya yang sakit itu. "Sudah-sudah lebih baik kita masuk dulu. Masa kalian ngobrol di tengah jalan kayak gini." usul Angel yang diangguki lainnya, namun sesaat sebelum Via melangkahkan kakinya lebih jauh. Mita datang ke arah mereka membuat mereka saling pandang satu sama lain, tidak lupa Firman beserta anggota divisi laki-laki lain saling sikut-menyikut penuh arti. Tau banget deh Via alasanya, si Mita itu kan si ibu muda yang cantik banget. Dasar laki-laki mata buaya! "Eh.. Bu Mita tumben kesini, ada keperluan apa?" Abdul yang notabenenya paling lemes soal ngegombal itu langsung maju paling depan, memasang senyum terganteng versinya dan termenjijikan versi Via. Mita hanya tersenyum simpul menanggapinya, "Saya mau manggil Via." Via dan yang lainnya mengernyit bingung. "Ada apa ya, Bu?" Via mengernyitkan dahinya tidak mengerti sambil menatap ke arah Mita. Mita tersenyum simpul sekali lagi, "Pak Agam menyuruh kamu menemuinya." JEDER!!! MAU APA LAGI SIH TUH ORANG?!!! **** TBC.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN