Juu Ni

900 Kata
"Baik terima kasih atas kerjasama ini." kolega bisnis Agam tersenyum formal ke arahnya lalu setelah itu mereka bersalaman sekilas. Apakah kalian pikir Agam akan membalas senyumnya demi bisnis? Kalian salah besar! Agam tidak akan tersenyum cuma-cuma untuk hal seperti ini, dirinya hanya mengangguk sekali dengan wajah datar ke arah kliennya itu. Namun sang klien tidak mempermasalahkannya, entah karena demi keuntungan atau sudah sangat hafal dengan sifat Agam selama ini, tidak ada satupun klien yang mempermasalahkan itu. Yakali mereka mau sok dihadapan Agam, mau gulung tikar, ha? "Bapak mau makan sesuatu?" Mita sang sekretaris langsung menanyai Agam saat semua rekan bisnisnya keluar dari ruang rapat itu, Agam yang masih berkutik dengan berkas-berkasnya tidak menoleh sama sekali pada Mita. "Tidak, kamu boleh istirahat duluan!" perintahnya yang langsung Mita angguki, setelah Mita keluar ruangan Agam juga langsung menutup berkasnya begitu saja, menyandarkan punggungnya pada kursi putar di sana lalu memejamkan matanya sambil menatap ke atap-atap langit. Tiba-tiba sekelebat bayangan tentang kejadian kemarin melintas di otaknya begitu saja, sifat Via yang langsung berubah drastis kepadanya membuat Agam terus kepikiran beberapa hari ini. "Sialan!" Agam membuka matanya, menghela nafas berat sambil mengacak surai hitamnya itu. Ini tidak bisa didiamkan, Agam harus menemui Via. Tapi kok .... Agam jadi kayak bucin gini, sih?! *** Agam yang tiba-tiba berjalan di kantin itu membuat karyawan-karyawati di sana langsung terlonjak kaget, yang sedang asik ghibah, selfie, ataupun berpacaran langsung ngacir sendiri-sendiri. Bukan tanpa alasan mereka melakukannya, tetapi karna mereka tahu Agam memang paling tidak suka dengan pegawai yang melakukan hal tidak berfaedah seperti itu. Agam yang melihatnya pun hanya mendecih pelan, mereka sudah terciduk dan masih mau cari muka? Cih! dasar manusia. Tiba-tiba pandangannya terarah pada gerombolan yang berada di meja paling pojok, dengan santai Agam berjalan menuju meja yang diisi oleh Via beserta teman-temannya itu. "Eh, pak Agam?!" dengan tidak elitnya Sila langsung memekik sambil berdiri siaga, bukan hanya Sila tetapi Via dan Angel pun ikut berdiri serentak. Bisa Agam lihat ekspresi terkejut Via saat melihatnya namun Via langsung menormalkannya detik itu juga. "Bapak ada perlu dengan kami?" Angel dengan sopan bertanya pada Agam, senyum yang harusnya formal itu malah berganti dengan senyum creepy saat Angel memaksakan senyum di saat genting seperti ini. Agam berkedip sekali, "saya ada urusan dengan Via." Via yang namanya disebut-sebut itu hanya diam saja, bila biasanya dia akan melawan atau apalah namun kali ini Via memilih untuk diam, menuruti apa kemauan bosnya ini. Lagian mau melawan seperti apa pun dirinya juga bakal kalah kan, jadi buat apa dia repot-repot melawan Agam. "Gitu gue duluan, ya." Sila dan Angel hanya mengangguk saat Via berjalan mengekor di belakang Agam, membuat bisik-bisik langsung ramai di kantin itu. Dasar personil Lambe Turah! "Kenapa kamu jadi berubah sama saya?" pertanyaan itu langsung muncul saat mereka berdua berada di dalam ruangan Agam, Via mengangkat sebelah alisnya heran. "berbeda yang bagaimana ya, Pak?" Agam malah melengos pelan mendengarnya. "Saya merasa beberapa hari ini kamu jadi lebih sering menghindari saya, dan juga kamu memperlakukan saya jadi lebih formal." Via langsung menegak menatap Agam. Bosnya itu ternyata ... sadar, ya. Tapi ngomong-ngomong kenapa Agam mempermasalahkan itu semua? Bukannya malah bagus kalau dirinya lebih profesional dalam bekerja. Tidak mau berlarut-larut dalam kebingungan Via pun langsung menyuarakan isi hatinya. "bukannya malah bagus, Pak. Saya jadi lebih profesional ke Bapak." Agam yang seperti mendapat tembakan telak itu nampak diam dengan wajah pias. Iya juga ya, kenapa dirinya jadi mempermasalahkan hal yang tidak berguna seperti ini. Agam langsung mengalihkan pandangan dengan kesal, "saya buat salah ya sama kamu?" "Banyak." Agam melotot kecil ke arah Via yang menjawab dengan santai itu, "saya merasa selama ini selalu jadi Bos yang baik, lalu kesalahan seperti apa yang kamu maksud?" Via jadi memicing tidak menyangka, jangan-jangan bosnya ini punya kelainan lagi sama sifatnya. Kalau nggak salah namanya bipolar, kan. Yakali masa kelakuan udah mirip setan masih menganggap dirinya baik gini. "Sudahlah Pak saya malas berdebat dengan Bapak, kalau tidak ada yang mau di bahas lagi saya mau keluar saja." "Siapa yang izinin kamu keluar?" Via jadi mendengus sebal kearah Agam. Mau apa lagi sih tuh orang? Bikin gedek aja, deh. "Ada yang ingin saya bahas," Agam mendadak memiliki ide yang brilian. Via mengernyit saat menerima berkas yang Agam berikan, roman-romannya perasaannya jadi tidak enak. Karena pasti apapun yang berhubungan dengan Agam endingnya akan menyialkan untuknya. "Saya harus ikut trip bussines sama Bapak?" simpul Via setelah membaca singkat berkas itu. Agam mengangguk dengan senyum yang transparan. "Tapi kenapa, Pak? Ini kan menyalahi prosedur yang ada?" sambil menaruh berkas itu di meja. Agam menautkan alisnya ke arah Via, "prosedur yang bagaimana yang kamu maksud?" Via gemas .... ingin sekali menjambak rambut Agam itu. Dia itu kan Bos, yakali mau trip bussines sama dirinya yang notabenenya pegawai biasa. "Bapak kan harusnya trip bussines sama Bu Mita, kenapa malah sama saya?" dengan santai Agam menyandarkan tubuhnya pada meja yang ada di belakangnya, menopang badannya menggunakan kedua lengannya. "Mita tidak bisa ikut, suaminya melarang." "Terus harus banget sama saya gitu, Pak? Kan masih ada kandidat lain yang lebih layak?" "Kandidat yang bagaimana yang kamu maksud?" Via menggigit bibirnya ke dalam dengan kesal. "Pak Badrul, dia kan Manager di sini." "Oh," Agam membulatkan bibirnya sesaat. "tapi saya gak mau pergi sama dia." "Maksud Bapak?" Via merasa aneh dengan tingkah bosnya ini, ajaib sekali menurutnya. "Saya pengennya sama kamu, gimana tuh?" dan Via hanya bisa melongo dengan mata kanan yang berkedut-kedut speechless. Gelut yuk, Pak! ***** TBC.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN