"Elah, nyesel gue dateng jam segini, masih sepi banget, belum ada orang."
Regan mengacak rambutnya sebal, raut wajahnya kusut dan dia berjalan dengan langkah lambat di sepanjang koridor sekolah yang masih sepi. Di sampingnya, Aurora berjalan dengan ekspresi yang justru sangat kontras.
Senyum Aurora mengembang cerah, membuatnya dan Regan pagi ini terlihat seperti visualisasi sinar matahari dan langit mendung.
"Capek tau setiap hari senin bangun pagi mulu," omel Regan pelan, namun masih terdengar jelas oleh kedua telinga Aurora.
Tidak. Aurora tidak balas mengomeli Regan, seperti yang seharusnya terjadi. Nyatanya, gadis itu menatap Regan dengan padangan geli, lalu dia mengamit lengan Regan, membuat laki-laki itu mau tidak mau harus menyamakan langkah mereka.
"Bagus dong hari Senin dateng pagi, kan biar nggak telat upacara," Aurora menjawil pipi Regan sambil tertawa.
Yang menjadi korban pun hanya bisa menatap sang tersangka dengan tatapan datar. Jika orang lain melihatnya, mereka pasti akan pergi menjauh dari Regan karena terlalu dingin dan menyeramkan. Namun, tatapan Regan itu tidak memberikan pengaruh apapun bagi Aurora. Sudah biasa melihatnya dan Aurora tidak takut ataupun terintimidasi sama sekali.
Aurora justru gemas dan tanpa sadar jadi senyum-senyum sendiri.
"Apa senyum-senyum?"
"Emesin banget sih sok datar gitu." Aurora kembali tertawa, lalu tanpa dosa menarik Regan supaya berjalan lebih cepat di sepanjang koridor itu.
Regan pun hanya bisa pasrah mengikuti, walaupun sedikit jengkel dengan kelakuan sahabatnya yang sudah dengan kejam membangunkannya pagi-pagi buta dengan alasan tidak ingin terlambat upacara hari Senin, Regan tidak keberatan. Asal itu bisa membuat Aurora tersenyum dan tertawa, dengan sukarela Regan akan melakukannya.
Sudah dua hari setelah Aurora mengetahui perselingkuhan yang dilakukan oleh Arkan, lelaki yang sudah dipacari Aurora hampir enam bulan ini. Selama dua hari itu pula, Aurora terkubur dalam kesedihan dan patah hati.
Beruntungnya, sekarang gadis itu baik-baik saja. Bahkan, kedua matanya yang kemarin bengkak karena menangis pun kini sudah kembali seperti semula.
She looks so fine than ever.
"Re..."
Or actually not. She is just trying hardly to be fine.
Regan cukup terkejut saat Aurora tiba-tiba menghentikan langkah ketika mereka melintasi koridor yang berhadapan langsung dengan lapangan upacara.
Lingkungan sekolah memang masih sepi, namun di lapangan sudah ada beberapa anak Paskibra sekolah yang sedang sibuk menyiapkan perlengkapan untuk upacara. Menyadari apa yang membuat langkah Aurora terhenti, Regan mendengus.
"Ada Arkan..." Bisik Aurora nyaris tak terdengar. Pandangannya tertuju pada seorang lelaki yang tengah sibuk memberikan instruksi kepada yang lain di lapangan.
Aurora lupa, dulu alasannya datang lebih pagi setiap hari Senin adalah untuk melihat Arkan, memerhatikan lelaki itu sibuk di lapangan untuk menyiapkan petugas upacara. Seharusnya sekarang Aurora tidak perlu lagi datang sepagi ini kan? Ia sudah tidak punya alasan apa-apa lagi karena hubungannya dan si Arkan b******k itu sudah berakhir. Cerita mereka telah selesai dengan ending menyedihkan yang mungkin akan membuat Aurora membenci Arkan selamanya.
"Ya, terus kenapa?” Regan bertanya, hampir terdengar marah. “Jalan aja kali."
"Entar gue dicegat sama dia gimana?"
“Ck.” Regan berdecak, kemudian menarik Aurora agar melanjutkan langkah. “Kalo dia cegat ya hadapin.”
Aurora menggigit bibirnya gugup saat mereka melintasi lapangan. Dari ekor matanya, dia dapat melihat bahwa Arkan menoleh ke arahnya dan benar saja, lelaki itu sekarang berlari ke arah mereka.
Nice, I have to face him in the early morning like this. How nice.
Kegugupan Aurora langsung hilang digantikan oleh ekspresi dingin sedetik setelah Arkan sampai di hadapannya. Lelaki berdarah Arab itu menatapnya dengan tatapan memelas dan Aurora langsung membuang muka.
Regan yang berada disebelah Aurora pun langsung menatap Arkan tajam, sementara tangannya menggenggam erat tangan Aurora yang sepertinya sudah sedikit gemetaran.
"Ra, aku mau ngomong sama kamu."
Rasanya bosan sekali mendengar kata-kata itu. Aku mau ngomong sama kamu. Arkan tidak berhenti mengatakan itu sejak dua hari yang lalu, dia mencoba untuk menghubungi Aurora dengan semua cara, tetapi Aurora tidak pernah menggubrisnya. Permohonan lelaki itu untuk menjelaskan semuanya terasa percuma. Tidak ada lagi yang perlu dijelaskan karena semuanya sudah jelas.
"Gue nggak sudi ngomong sama orang muka dua kayak lo, dan emang nggak ada lagi yang perlu diomongin," jawab Aurora tanpa sedikit pun melihat ke arah Arkan.
"Tapi aku berhak untuk jelasin semuanya."
"Anjing. Mau lo jelasin apapun, gue nggak akan percaya," jawab Aurora ketus.
"Ayo, Re." Aurora pun menarik tangan Regan untuk pergi meninggalkan Arkan, tetapi Arkan menahan tangan Aurora yang tidak digenggam oleh Regan.
"Kalo dia nggak mau, jangan dipaksa," kali ini Regan yang bersuara, dan mendengar suara Regan itu pun, Arkan langsung melepaskan tangan Aurora. Merelakan gadis itu berjalan menjauh bersama sahabatnya.
Dan semudah itulah senyuman Aurora yang tadinya mengembang, kini lenyap. Dia yang tadinya terlihat ceria, kini membisu selama perjalanan menuju kelasnya. Membuat Regan kembali merasa marah dengan lelaki yang baru saja mereka temui.
Arkan s****n.
"Gue ke kelas duluan ya, PR kimia belum selesai nih," ucap Aurora saat mereka tiba di persimpangan antara koridor kelas IPA dan IPS.
"Yoi." Regan mengangguk santai dan mereka pun melepaskan genggaman tangan mereka.
Saat Aurora berjalan menjauh darinya, Regan terus memerhatikan sahabatnya itu, menyadari bahwa semangat yang tadinya ada, kini sudah hilang lagi.
Ternyata, Aurora belum baik-baik saja. She's still not fine. Not fine at all.
Dan Regan tidak suka fakta itu.
***
Suasana di kelas 12 IPS 1 langsung gaduh saat sang ketua kelas menginformasikan bahwa Ibu Marlina, guru Geografi mereka tidak masuk. Satu kelas senangnya bukan main dengan ketidak hadiran guru yang paling mereka tidak sukai itu.
Rio, sang ketua kelas, memberitahukan tentang tugas yang telah diberikan oleh guru piket untuk mengisi kekosongan jam pelajaran. Namun, tentu saja tidak ada yang berniat untuk mengerjakannya. Lagipula, tugas itu akan dikumpulkan pada pertemuan berikutnya. Jadi, mereka pun dengan santainya menikmati jam pelajaran kosong itu.
Termasuk Regan. Dia tidak bisa tidak merasa senang karena Geografi merupakan pelajaran yang dibencinya, terlebih lagi tingkat killer-nya sang guru pun semakin membuatnya tidak suka pelajaran Geografi.
Regan mengeluarkan ponselnya dan langsung membuka aplikasi LINE. Dia ingat bahwa jam pelajaran terakhir di kelas 12 IPA 1, kelasnya Aurora, adalah PKN. Dan sahabatnya itu pasti sedang memainkan ponselnya sambil menahan kantuk mendengarkan berbagai macam penjelasan oleh Ibu Asmawati, sang guru PKN.
Regan : hoy
Regan : lagi ngantuk pasti lo nyet
Semenit kemudian, ponsel Regan bergetar, menandakan adanya notifikasi LINE.
Aurora : dih tumben bisa main hp jam segini
Aurora : gaada mamimar?
Dengan cepat Regan pun membalas.
Regan : jam kosong dong ngahaha
Aurora : tumben banget
Aurora : gue ga ngantuk dong hari ini
Regan : kok bisa?
Aurora : lagi omegle-an wkwk
Aurora : lumayan kan ngerjain bule bule gitu wkwk
Regan mendengus pelan membaca pesan dari Aurora yang baru saja masuk ke ponselnya. Omegle. Itulah yang membuat Regan sedikit jengkel. Sebenarnya, dia tidak terlalu suka jika Aurora bermain Omegle lagi, mengingat pengalaman menjijikkan sekaligus menggelikan mereka saat bermain Omegle sekitar enam bulan yang lalu.
Regan : awas kalo lo ngeladenin bule horny
Aurora : wkakakkakaka iye kaga kok
Regan : jangan buka omegle video!!
Aurora : santai cuy, gue juga trauma keles
Tiba-tiba saja Regan tersenyum geli saat kejadian enam bulan yang lalu kembali hadir didalam pikirannya. Kejadian yang waktu itu membuat Regan melarang Aurora untuk bermain Omegle lagi.
Waktu itu, mereka masih kelas sebelas dan Aurora sedang gencar-gencarnya bermain omegle yang baru saja diketahuinya oleh salah satu temannya di OSIS. Aurora akan senang bukan main jika dia bertemu bule-bule tampan di omegle, ya walaupun itu sedikit susah karena banyak yang p*****t disana. Tapi, Aurora tidak pantang menyerah, dia mengumpulkan teman-teman dari berbagai macam negara lewat Omegle.
Sebagian dari teman-teman Aurora ada yang bertahan, namun lebih banyak yang menghilang.
Regan yang waktu itu sedang bermain di rumah Aurora pun melihat gadis itu bermain omegle di laptopnya. Karena penasaran, Regan ikut melihat dan sedikit merasa terganggu dengan beberapa bule h***y disana. Namun, Aurora tidak terlalu memedulikan itu karena dia langsung menekan tombol disconnect sesudahnya.
Menjadi seseorang dengan rasa penasaran yang sangat tinggi, Aurora pun mengajak Regan untuk mencoba Omegle video. Karena mereka berdua tidak tahu apa saja yang dapat muncul dari video itu, tanpa ragu, mereka mencobanya.
Percobaan pertama dan kedua gagal. Tidak ada orang yang tersambung ke video mereka. Namun pada percobaan ketiga, something appeared.
Well, that something sukses membuat Aurora berteriak histeris dan Regan terkejut bukan main. Like really, they saw d**k. Yep, a d**k.
Semenjak saat itu Regan melarang Aurora untuk bermain Omegle lagi. Tapi sekarang, peraturannya sudah luntur.
Regan : hanjir gue ngakak inget d**k yang kita liat waktu itu wkwk
Aurora : NAJIS
Regan tertawa pelan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Sebuah senyuman menghiasi wajah Regan karena dia menyadari sesuatu. Sepertinya, Aurora tidak terlihat sedih lagi. Jika karena bermain omegle bisa membuatnya melupakan masalah dengan Arkan, Regan tidak akan keberatan.
Regan : udah sana lanjut mainan omegle lo
Kalau dipikir-pikir, Regan belum pernah bermain omegle sendirian. Dia jadi penasaran, bagaimana kalau dia membuka website Omegle pula? Lagipula, dia sedang tidak ada sesuatu untuk dikerjakan bukan?
Dengan rasa penasaran, Regan membuka browser pada ponselnya dan mengetikkan alamat URL www.omegle.com
Tidak perlu membutuhkan waktu lama, laman Omegle pun terbuka.
Start a chat.
Regan menyentuh tulisan itu pada layar ponselnya dan menunggu sebentar sebelum tulisan Stranger is typing muncul.
Hi
Regan mengirimkan kata pertamanya dan tidak perlu menunggu lama, balasan dari stranger pun datang.
M25
Horny?
Cepat-cepat Regan langsung menyentuh tulisan stop. "Jijik banget," gumam Regan pelan. "Tapi, sekali lagi deh."
Setelah tulisan new disentuh, tulisan stranger is typing kembali muncul.
Hey asl?
I'm 16 f usa
17 m indonesia. Balas Regan.
Stranger has disconnected
"k*****t," desis Regan kesal, lalu dia meletakkan ponselnya diatas meja. "Diskriminasi elah, apa serunya main Omegle kalo gini."
Regan hanya bisa menggelengkan kepala sambil menatap layar ponselnya yang masih menunjukkan laman Omegle.
"Coba sekali lagi dah."
Regan kembali memulai conversation yang baru.
Hey
Stranger is typing...
Stranger is typing...
Stranger is typing...
Belum ada balasan.
Stranger is typing...
"Elah lama banget."
I have a big d**k, want to see?
Setelah melihat balasan yang dia dapatkan, tanpa ragu, Regan langsung menekan tombol stop.
Ternyata, main Omegle ngeselin juga.
***
Stranger : 18 m uk
You : 17 f indonesia
You : wow cool!!
Stranger : haha yeah
Stranger : do you have big boobs?
You : yep. Bigger than nicki minaj!!!
You have disconnected
"Aduh balesan lo bikin ngakak," Syakilla, teman sebangku Aurora terkekeh geli ketika tidak sengaja matanya melirik ke arah ponsel Aurora yang sedang dimainkan pemiliknya di bawah meja.
Aurora menatap teman yang hampir tiga tahun menjadi teman sebangkunya itu, dan mengedikkan bahunya santai.
"Jijik banget tau nggak, daritadi belum ketemu yang bener."
"Semangat ya cari pacar bulenya, biar cepet move on dari si Arkan."
Arkan lagi. Arkan lagi.
Aurora memutar matanya malas mendengar nama Arkan disebut. Rasanya dia sudah sangat bosan mendengar nama itu, semua orang yang berbicara padanya hari ini pasti akan membahas Arkan, mencela lelaki itu dan memberikan pandangan prihatin pada Aurora.
Jujur saja, itu sangatlah mengganggu. Pendapat mereka memanglah sama dengan pendapat Aurora. Tetapi, Aurora juga tidak terlalu suka jika Arkan terus-terusan dibahas. Semakin sering mereka membicarakan lelaki itu, maka semakin sering pula mereka mengingatkan Aurora akan sakit hatinya.
Hatinya sama sekali belum sembuh, dan mereka secara tidak langsung menambah sakit hatinya.
Tanpa bermaksud untuk membuat Syakilla tersinggung, Aurora memilih untuk tidak menanggapi ucapannya dan dia kembali pada aplikasi Omegle yang sedang dia buka. Memulai conversation yang baru.
Sambil menuggu seseorang muncul di Omegle, Aurora menatap sekeliling kelasnya. Ibu Asmawati, guru PKN nya sedang menjelaskan tentang Ideologi Negara, namun tidak ada yang memerhatikan guru di depan tersebut. Hampir setengah dari isi kelas 12 IPA 1 tertidur, sedangkan sisanya sibuk sendiri. Sama seperti Aurora, sebenarnya.
Saat Aurora melirik ke ponselnya, sudah ada greeting dari stranger yang ditunggu, namun tidak sesuai harapan.
Stranger : h***y. Need f
You : bullshit
You have disconnected
Dan strangers sejenis itu pun kembali muncul setelah Aurora mencoba lagi beberapa kali setelahnya. s**l, keberuntungan memang sedang tidak di pihak Aurora.
Masih setengah jam lagi sebelum jam pelajaran berakhir, dan Aurora belum mau menyerah pada pencariannya terhadap orang normal di Omegle. Terlebih lagi, jika tidak membuka Omegle, maka tidak ada yang bisa dilakukan Aurora untuk mengisi waktunya agar tidak mengantuk. Regan pun tidak membalas pesan LINE nya lagi, entah apa yang dilakukan lelaki itu sekarang.
Dengan mengucapkan bismillah, Aurora memulai conversation yang baru.
You : hey, anyone here?
Aurora memulai dan menunggu saat tulisan stranger is typing muncul. Semoga normal.
Stranger : hellooo
Aurora tersenyum senang melihat balasan yang didapatnya, sepertinya orang itu terlihat normal.
You : finally, someone is here!!
You : asl?
Stranger : 17 m indonesia
Steanger : hbu?
Mata Aurora langsung membelalak kaget melihatnya. 17 m Indonesia. Yang benar saja? Indonesia?
"Eh, demiapa gue ketemu orang Indonesia?!" Dengan hebohnya Aurora langsung memberitahu Syakilla.
"Serius?" Syakilla pun langsung melihat kearah ponsel yang ditunjukkan Aurora kepadanya. "Yaelah, banyak kali orang Indonesia di Omegle."
"Tapi selama gue main Omegle, ini pertama kalinya nemu orang Indonesia!" Ujar Aurora semangat, "dan gue main Omegle Inggris ini, bukan Omegle Indonesia. Aduh aduh."
"Lebay elah, buruan bales gih sebelum dia disconnect."
Dengan anggukan cepat, Aurora langsung mengetikkan balasannya.
You : MY BUTT...INDONESIA REALLY?
You : OMFG ASDFGHJKL WE ARE IN THE SAME COUNTRY
Stranger : see, how world isnt as big as i thought it was
Stranger : but, nice meeting you tho
Stranger : anak alay hahaha
Aurora tidak bisa untuk tidak terkekeh pelan membaca kata-kata anak alay yang ditulis oleh stranger itu. Rasanya senang sekali menemukan seseorang yang tinggal di negara yang sama dengannya.
You : s****n, gue kaga alay cuy
Stranger : lo m atau f?
You : cie kepo deh hahaha
Stranger : fix f kalo gini
You : tau aja
You : punya kik kaga? Mau elah temenan sama anak indonesia dari omegle
You : the first time meeting indonesian here huhu
"Gila agresif banget lo," komentar Syakilla yang mengintip percakapan tersebut. "Entar itu orang zonk gimana?"
"Yaudah sih ya, bukan buat dijadiin pacar juga," jawab Aurora enteng.
Stranger : kaga punya kik
Yah. Yah. Yah.
Sedikit rasa kecewa pun dirasakan Aurora, bagaimana caranya mereka berkomunikasi lagi jika lelaki indonesia itu tidak punya Kik? Aurora tidak ingin memberitahu akun media sosial nya yang lain kepada orang-orang yang ditemuinya di omegle. Kik merupakan media sosial khusus yang telah disiapkannya untuk Omegle.
You : download dong
Stranger : males hahaha
You : nih simpen aja username kik gue daprincessA
You : kali aja lo berubah pikiran gitu kan hahaha
Omg, so not your style, Aurora. So not your style. But, who cares?
Stranger : daprincessA lol alay banget hahaha
Belum sempat Aurora mengetik balasannya, kata-kata
Stranger has disconnected
Muncul.
"s**l, dia disconnect duluan!!!"
[].