Besoknya...
Setelah beberapa jam kemudian mereka berempat sampai ke tempat tujuan yaitu rumah orang tua Dea. Rumah itu sangat sederhana dan tampak asri. Banyak tanaman bunga di halaman rumah itu walau sederhana tapi halaman yang luas itu sangat menyejukkan dilihat dari dekat maupun jauh. .
Mereka turun dari mobil dan disambut baik oleh orang tua Dea namun sebelum itu Arzan sempat memberitahu bahwa dirinya juga akan menemui seseorang di kota ini.
"Ibu, bapak. "Dea memeluk orang tuanya melepaskan kerinduan setelah beberapa bulan tidak pulang ke rumah. Nadya yang melihat itu hatinya menghangat, ia teringat orang tuanya yang sudah berada di Surga sana.
" Uuhh anak manja. "cibir ibunya namun ia tetap memeluk anak gadisnya.
" Wah ini siapa cantiknya? "tanya Ibu Dea ramah menatap sosok wanita yang sedang menggendong seorang anak.
" Ini teman Dea bu, Dea kan sering cerita. "
" Oh jadi ini Nadya ya. "
" Ayo masuk dulu!"ajak Ayah Dea, mereka semua masuk ke dalam rumah.
Dea langsung menuju dapur untuk menyiapkan minuman melupakan rasa lelah waktu perjalanan panjang tadi.
" Nama ibu, Bu Ani ini ayahnya Dea namanya Bani. "
Nadya mencium punggung tangan orang tua Dea sedangkan Adit masih tertidur lelap di pangkuannya.
" Ini anak kamu ya. Kamu taruh di kamar Dea ya, kasian kalau tidurnya dipangku gitu. "
" Ah iya ibu gak papa kok. "
" Sini Adit gue pindahin ke kamar. "Dea yang baru datang mendengar ucapan ibunya pun langsung menggendong Adit yang masih tertidur.
" Ganteng ya anak kamu pastinya ayahnya ganteng, kamu juga cantik. "
Deg'
Nadya membalas ucapan ibu Dea dengan senyumannya yang manis.
" Terima kasih ya nak Nadya sudah menemani Dea ke sini. Dea itu trauma kalau ke sini sendiri biasanya pamannya yang nemanin ke sini."
"Sama-sama bu, Dea banyak membantu saya waktu saya susah jadi ini sebagai bentuk balas budi. Saya juga ingin ke sini untuk mampir ke makam mama dan papa. "lirih Nadya.
"Anggap aja ibu sama bapak Dea juga orang tuamu ya. "ujar Ani sembari menepuk pelan pundak Nadya.
Bani menyuruh Dea dan Nadya untuk beristirahat di kamar karena hari kian larut malam.
...
Pagi hari celotehan Adit menggema di kamar Dea. Adit menatap jendela kamar Dea antusias melihat beberapa kupu-kupu dan burung yang sedang berkicau di luar rumah. Kasur yang di tempati mereka bertiga tak terlalu luas tapi cukup untuk tidur bertiga dan letak kasur menempel ke dinding dan dinding itu pula terdapat jendela besar.
"Adit sedang apa sayang. "Nadya datang membawa botol s**u untuk Adit.
" Nda tu tu, bang bang. "jawab Adit dengan memperagakan hewan yang sedang terbang, tangan yang diangkat ke atas dan diayunkan ke bawah.
" Minum s**u dulu ya. "Nadya memberikan botol s**u pada Adit dan dengan senang hati Adit menerimanya karena sudah merasakan haus di tenggorokannya.
"Nad nanti ku mau ke rumah sakit." Dea keluar dari kamar mandi yang berada di kamarnya.
"Gue mau ikut tapi Adit gimana? "
" Adit juga gak papa ikut lagian lo cuman sebentar kan, kalau aku lama disana. "
Nadya mengangguk dan bergegas mandi sedangkan Adit sudah mandi sedari tadi. Mendahulukan anak lebih baik baginya.
Dea duduk di samping Adit menatap Adit yang sedang asyik dengan botolnya dan menatap luar jendela.
" Adit ganteng banget ya, siapa ya bapaknya? "gumam Dea menatap menelisik wajah tampan Adit.
" Aku heran deh masak Nadya cantik kayak gitu disia-siain sama suaminya hanya karena dikira mandul dan lebih parah lagi juga suaminya gak tau kalau punya anak cakep gini. "Dea menggelengkan kepalanya pelan tak menyangka ada orang setega itu.
" Ah aku yakin tuh cowok nyesel deh. Kasian Adit dari kecil kurang kasih sayang dari ayahnya. "Dea mencubit pipi chubby Adit pelan membuat Adit yang sedang menyedot botolnya menoleh ke arahnya.
" Apa liat-liat? "Dea menjulurkan lidahnya sambil kedua matanya melototi Adit.
Adit mendengus sebal lalu melempar botol s**u yang masih tersisa sedikit ke arah wajah Dea membuat Dea meringis.
" Aduhhh nakal banget monyet kecil. "teriak Dea.
" DEA anakku bukan monyet! "teriak Nadya dari kamar mandi.
Sedangkan Adit meraih botol yang jatuh di samping Dea dan menyedot kembali mengabaikan Dea yang masih mengusap dahinya disertai gerutuan.
...
Setelah sarapan pagi Dea mengajak Nadya ke rumah sakit tempat dimana adiknya dirawat. Dea menyuruh Ani dirumah saja karena dilihat ibunya yang sering kecapekan. Ani pun meminta Adit untuk dirumah saja untuk menemaninya karena Bani sedang bekerja. Untungnya Adit bisa ditinggal karena Adit sibuk dengan mainan barunya yang baru dibelikan oleh Arzan kemarin.
Nadya dan Dea berjalan menyelusuri koridor rumah sakit.
Sampai di ruang tempat Adiknya dirawat mereka berdua masuk ke ruangan itu terlihat jelas jika Dio-adik Dea terbaring lemah di atas brankar rumah sakit. Diumur yang masih terbilang anak-anak sekitar 10 tahun Dio mengidap penyakit mematikan yaitu leukimia.
"Dio cepat sembuh ya, kakak kangen banget mendengar suaramu. "lirih Dea lembut menyurai rambut Dio adik laki-lakinya, adik satu satunya yang ia sayangi.
" De aku ke kamar mandi ya. "pamit Nadya pada Dea. Dea mengangguk sebagai balasan.
Nadya keluar diruang inap tersebut dan berjalan mencari toilet di rumah sakit ini.
Saat di tengah perjalanan bahu Nadya tertabrak tubuh seseorang membuat dirinya jatuh menyamping. Orang itu reflek menatap seorang wanita yang tak sengaja ia tabrak.
Nadya mendongak ke atas terkejut menatap seseorang yang menabraknya tadi dan...
"Mas Bryan. "
....
Ani: ibu Dea
Bani : ayah Dea
Selain itu typo ya guys, masih proses revisi