Bab 6

936 Kata
Pagi harinya Dea sudah berada di kamar Nadya seperti biasa menggoda Adit yang sedang sarapan pagi. "Tu tu na na huaaaa hiks hiks. " Adit menangis saat Dea dengan usilnya mengambil sendok mungil miliknya. Adit yang suka makan sendiri itu merengek ke bundanya yang sedang berganti pakaian seragam kerja. Adit mencoba meraih sendoknya di tangan Dea, Dea sengaja meninggikan tangan yang membawa sendok membuat Adit susah payah mengambilnya dan tak lama Adit pun menyerah, menangis sambil menghentakan kedua kakinya. "De udah dong, anakku nanti jadi nakal kamu usilin terus. " Nadya keluar dari kamarnya setelah berganti pakaian dan mengambil sendok dari tangan Dea. Dea hanya menyengir seperti biasa dan wajahnya mengejek Adit. Adit menghentikan tangisnya ketika bundanya memberikan sendok dan si mungil itu kembali melanjutkan makannya. "Kamu kemarin pulang malem ya? "tanya Dea. " Oh itu kemarin saat aku belanja ketemu temen lama dan diajak jalan-jalan sebentar. " " wehh cowok apa cewek tuh? "tanya Dea lagi sembari menyengir. Nadya hanya tersenyum tipis," cowok. " " Cieee calon bapaknya Adit nih, heh ocil kamu mau punya bapak. "teriak Dea membuat Adit kearahnya dengan melongo bingung. Dea tertawa gemas melihat Adit lalu dirinya merangkak ke arah Adit yang sedang asyik makan. Tapi sebelum itu Nadya mencegahnya dengan cepat menggendong Adit membuat Dea kesal karena gagal. " Yahhh. " " Eh nanti ada upacara penyambutan bos baru kan? "tanya Nadya sembari menyusui Adit. " Oh ya, aduh nanti aku bawa make up ah, "balas Dea antusias. " Emang napa? " " Nanti bos baru kita itu ganteng tapi aku lupa namanya. " " ouh gitu, kamu naksir sama bos baru? " " Hmm dari dulu waktu bos baru itu sebelum jadi bos kan sering main ke pabrik kita. " " Itu saat aku masih belum kerja disana. " Dea mengangguk membenarkan ucapan Nadya. ... Setelah menitipkan Adit ke tempat penitipan anak, Nadya dan Dea berjalan kaki menuju tempat pabrik. Kini mereka berdua berada di tempat aula untuk berkumpul bersama karyawan lain. " Aduh aku masih cakep kan? Bedakku luntur nggak? "tanya Dea pada Nadya. Nadya memutar bola matanya malas, temannya itu sudah bertanya sejak sebelum bekerja tadi sampai sekarang dan yang ditanyakan itu tetap sama. " Ya ya, "balas Nadya. " Perhatian perhatian untuk seluruh karyawan pabrik segera berbaris rapi dan tertib!"perintah dari seorang karyawan bagian pengatur upacara penyambutan. Seluruh karyawan pabrik segera berbaris rapi sesuai dengan gladi bersih kemarin. Setelah selesai semua diintruksikan untuk hormat pada sosok lelaki muda nan tampan datang bersama asisten-asitennya yang berada dibelakang. Lelaki itu mengenaka jas setelan berwarna abu-abu tua yang melekat pada tubuhnya membuat lelaki itu kian nampak gagah. Semua karyawati tampak kagum menatap pangeran tampan seperti ditokoh cerita n****+ maupun film-film. Dea menjerit histeris ketika sosok tampan itu melewati dirinya karena posisi Dea baris di depan sedangkan Nadya melotot kaget mengetahui siapa orang yang akan menjadi bos baru di pabriknya. "Arzan. "gumam Nadya tak sadar. Setelah itu sosok lelaki tampan itu berpidato dan disambut dengan acara-acara lain. Beberapa menit kemudian, setelah selesai upacara penyambutan dengan tergesa-gesa Nadya menghampiri Arzan yang sedang sibuk pada ponsel ditangannya. "Sungguh ini sangat menganggetkanku Arzan. "Nadya memukul Arzan pelan membuat Arzan hampir saja menjatuhkan ponselnya karena terkejut. Arzan menoleh dan tersenyum manis ketika mendapati Nadya sedang marah padanya. " Ngambek? " " Kenapa kamu gak bilang kalau jadi bos baru di pabriku padahal kemarin aku memberitahumu kalau aku kerja disini?"dengus Nadya kesal. "Iyalah ini kan untuk kejutan. Awalnya aku kaget tapi aku pintar menyembunyikannya, "ucap Arzan seraya menyunggingkan senyuman lebarnya sembari mencubit pelan pipi Nadya. Nadya mengusap pipinya bekas cubitan dari Arzan, tentu rasanya sedikit sakit. " Kamu dari dulu gak pernah berubah sama sekali, selalu memberi kejutan untukku. "lirih Nadya. " Apa dari dulu? Jadi kalian saling kenal? "tanya Dea kaget saat menghampiri mereka. " Dea. "Nadya terkejut menatap Dea yang sudah berada di sampingnya. " Jadi kalian sudah saling kenal? "tanya Dea ulang. " Emm itu. "Nadya menggaruk tekuknya yang tak gatal karena bingung akan menjawab apa. " Kita itu man--" "Kita dulu sahabat ya sahabat. "ucapan Arzan terpotong karena Nadya sudah lebih dulu menjawabnya. Arzan mengernyit heran mengapa Nadya tidak mau menjawab yang sejujurnya pada Dea, karyawannya. " Oh gitu ya, emm btw sudah kenal dari kapan sih kalian? "tanya Dea sembari menyembunyikan rasa cemburu dihatinya. " sudah dari SD. "balas Arzan santai sembari menggenggam tangan Nadya. " Wah udah lama ya. Beruntung banget Nadya dapet sahabat cowok yang ganteng gini. "Dea mengepalkan kedua tangannya menahan panas dihatinya ketika melihat Arzan menggenggam erat tangan Nadya seolah-olah Nadya itu miliknya. " Iya dong, iye gak Nad? "tanya Arzan tersenyum lebar menoleh ke arah Nadya. Nadya mencoba melepaskan tangan Arzan yang menggenggam erat tangannya. " Emm ya sudah kalian lanjutin aja kalau masih mau berbicara satu sama lain, aku mau pergi dahh. "Dea pamit pergi berlalu meninggalkan mereka berdua yang masih berdiri di tempat itu. " Apaan sih Za kamu kok nggenggam tangan aku didepan Dea. " " Emang kenapa sih? " " Pokoknya kita kayak biasa aja ya, jangan terlalu dekat denganku. Kamu ingat kan kita itu hanya mantan dan kita harus berteman biasa, gak usah terlalu dekat. "Nadya pergi berlalu meninggalkan Arzan yang masih berdiri mematung di tempatnya. " Dea Dea. "panggil Nadya berulang-ulang di ruang kerja tempatnya sembari mengetuk pintu. " Nadya. "seseorang memanggilnya, wanita paruh baya menghampirinya. " Eh ibu Ningsih, iya bu? " " Kamu cari Dea ya? " " Iya bu, ibu tau Dea ada di mana? " " Dea tadi keluar dari toilet buru-buru lalu ijin ke ibu, dia pulang. " " Apa? " ... " Bu Endah. "panggil Nadya pada seorang wanita paruh baya memilik kost-kosanya. " iya Nad, udah pulang? Ada apa? " " Tadi Dea pulang ke rumah apa tidak? " " Tidak, kenapa? Cari Dea ya? " " Iya bu. "Nadya pamit pergi, wanita muda itu menghela napasnya lelah lalu berjalan kaki menuju ke tempat penitipan anak. " Kamu di mana sih De? " ...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN