Bab 5 Kenyataan yang Mengejutkan

1262 Kata
Pagi setelah malam paling penuh drama dalam hidup Hanna. Hanna dibangunkan oleh suara kicau burung yang ramai dan merdu di luar jendela kamarnya. Hanna menggerakkan tubuhnya dengan malas dan mendapati perutnya keroncongan. Dia tidak makan sejak semalam. Sepanjang malam tidurnya diwarnai mimpi buruk, membuat badannya lesu dan tak bertenaga pagi ini. Dan sepertinya pengkhianatan Edward telah merubah dirinya menjadi menjadi gadis cengeng. Sejak semalam dia sudah membulatkan tekad untuk berhenti menangisi Edward dan mulai melupakannya. Namun hati dan matanya tidak bisa berkompromi. Hatinya terus saja berkedut penuh rasa sakit dan air matanya selalu membanjiri pipinya. Sepertinya cinta telah membuatnya menjadi manusia yang rapuh. Kesadaran akan hal itu menampar kesadarannya. Tidak! Dia tidak akan membiarkan dirinya menjadi bodoh dan konyol. Hanna pun kembali membulatkan tekadnya untuk kali ini benar-benar berhenti menangisi Edward. Pria itu sudah menentukan pilihannya. Biarlah dia menjalani hidupnya dengan pilihannya itu. Dia tidak akan menyia-nyiakan hidupnya sampai harus sakit segala hanya karena orang-orang palsu itu. Pagi itu Hanna bangun sebagai pribadi yang baru. Setidaknya dia harus menghargai kebaikan Edward padanya dan ibunya. Kenangan masa kecil dan masa remaja yang Hanna miliki bukanlah kenangan yang manis. Dia melewati masa-masa berat ketika itu. Namun kehadiran Edward membuat hari-harinya menjadi menyenangkan, dan itu adalah kenangan manis yang selalu dikenangnya. Hanna tinggal di rumah Edward, karena mamanya bekerja sebagai pembantu di sana. Mama mulai ikut keluarga Edward saat Hanna berusia dua belas tahun. Mama dan kakak perempuan Edward bukanlah orang yang gampang mengasihi. Sejak Hanna dan mamanya bekerja di rumah keluarga Nicolas Sanjaya, mereka telah menerima perlakukan kasar dari mama dan kakaknya Edward. Seringkali tindakan kasar itu meningkat menjadi kekerasan. Namun Hanna dan mamanya tetap bertahan, karena Edward dan papanya memperlakukan mereka dengan sangat baik. Usia Edward dua tahun di atas Hanna. Mereka begitu dekat. Edward sering sekali mengajak Hanna ngobrol atau mengerjakan tugas di taman dekat rumah mereka. Hal itu Edward lakukan untuk menghindari gangguan mama dan kakaknya. Taman itu tidak begitu ramai dan akhirnya menjadi tempat persembunyian mereka dari gangguan orang-orang. Hanna berusia empat belas tahun ketika Edward menyatakan cinta. "Kalau aku sudah bekerja, kita akan menikah. Supaya tidak ada lagi orang yang bisa memperlakukan kamu dengan buruk." Kata Edward waktu itu. Cinta masa kanak-kanak yang lucu dan remeh, tapi Hanna tidak akan pernah melupakan saat-saat indah itu. Hanna mencintai Edward. Begitu juga sebaliknya. Mereka bersekolah di sekolah yang sama dari SMP sampai SMA. Papanya Edward membantu biaya sekolah Hanna. Selain itu karena prestasi akademiknya yang bagus, Hanna rutin menjadi penerima beasiswa. Sehingga dia dapat bersekolah di sekolah-sekolah terbaik itu bersama-sama dengan Edward. Hanna bahagia menjalani hari-hari hidupnya sekalipun berat. Kehadiran Edward mampu mengusir awan gelap dari hidup Hanna. Saat itu ada seorang gadis kaya, namanya Sheila. Dia adalah putri dari rekan bisnis papanya Edward. Usianya sama dengan Hanna. Dia juga bersekolah di SMA yang sama dengan Hanna dan Edward. Sejak awal bertemu dengan Hanna di permulaan tahun ajaran baru, gadis itu sering membullynya. Dia benci karena Edward begitu mencintai Hanna. Dan dia melakukan semua tindakan yang bisa menyusahkan dan membuat Hanna malu. “Sabar ya, Han.” Hanya itu yang berkali-kali Edward ucapkan saat dia menemukan Hanna sedang menangis karena perbuatan Sheila. ‘Sabar. Itu saja?’ Hanna tertawa sinis dalam hati. Dulu hanya kalimat itu saja mampu membuat Hanna merasa Edward begitu memperhatikan dirinya. Sekarang semua itu menjadi lelucon dalam hidupnya. Justru orang yang bertahun-tahun menyulitkan Hanna yang Edward pilih untuk menjadi istrinya. Kehidupan ternyata bisa menjadi begitu ironis. Sheila telah menjadi momok dalam hidup Hanna. Dia dikelilingi dengan murid-murid cewek yang suka memanfaatkannya. Tim hore yang seringkali ikut ambil bagian membully Hanna. Membuat hari-hari Hanna di masa SMA menjadi semakin berat. Dan ajaibnya, Sheila yang membawa pulang hadiahnya. Itulah rahasia kehidupan. Tidak ada manusia yang bisa mengatur jalan hidupnya sendiri. Dan perubahan dalam hidup manusia memang sulit diprediksi. Setelah lulus SMA, hidup Hannah berubah. Hanna ternyata merupakan cucu seorang pengusaha kaya raya. Nama Maranta sebagai nama tengahnya ternyata bukanlah sebuah nama tanpa arti. Itu adalah nama yang secara khusus diberikan oleh mamanya sebagai pengingat garis keturunan mamanya. Mamanya Hanna ternyata merupakan putri Samuel Maranta, seorang konglomerat sukses yang memiliki perusahaan besar dengan cabang di beberapa kota. Keluarga mereka begitu terkenal. Saat duduk di bangku kuliah semester awal, mamanya pacaran dengan seorang pelaut dan hamil di luar nikah. Kakeknya murka dan tidak merestui hubungan mamanya dengan laki-laki itu karena selain kakeknya punya rencana besar untuk putri semata wayangnya, kakeknya juga tidak menyukai laki-laki itu karena dia seorang pelaut. Bukan laki-laki seperti itu yang Samuel Maranta harapkan untuk menjadi menantunya. Dia mengharapkan seorang menantu yang cakap mengelola perusahaan, bukan seorang pelaut yang bahkan hampir seluruh hari-harinya berada di lautan. Kakek memaksa mamanya menggugurkan kandungannya, tapi mama menolak keras. Akhirnya mama lari dari rumah dan tinggal di rumah yang dibelikan papanya. Dalam ingatan sama-samar Hanna, itu adalah sebuah rumah kecil dengan taman yang asri. Ada ayunan yang menjadi tempat bermain Hanna. Seingat Hanna, mamanya hanya menceritakan latar belakang yang begitu sederhana, yang menjadi alasan kenapa mereka tidak memiliki anggota keluarga lain yang bisa Hanna panggil Opa, Oma, Oom atau Tante. Mereka hidup sendiri di kota yang jauh dari Manado karena mama memilih papanya. Itu saja. Sama sekali tidak ada cerita tentang sebuah keluarga kaya yang sesungguhnya menjadi latar belakang keluarga mamanya. Informasi itu baru Hanna terima setelah pengacara itu membawa Hanna pada kakeknya. Dan Hanna sangat kaget setelah mendengarnya. Rasanya seperti mimpi. Namun paling Hanna ingat, mamanya sangat bahagia, sekalipun papanya jarang pulang. Mereka akan jalan-jalan ke berbagai tempat wisata saat papanya pulang. Dan itu menjadi saat-saat terindah dalam hidup Hanna. Saat itu Hanna belajar tentang kekuatan cinta. Mamanya yang putri satu-satunya keluarga kaya, yang sudah pasti bergelimang kemewahan, rela meninggalkan semua itu demi cintanya. Dan Hanna tidak pernah sekalipun mendengar mamanya mengeluh. Mama dan papanya juga tidak pernah terdengar bertengkar. Ingatan Hanna tentang masa kecilnya dipenuhi dengan kenangan indah. Papa dan mama sangat menyayanginya. Dan rumah mungil itu selalu penuh canda tawa. Saat Hanna berusia sebelas tahun, papanya meninggal dunia dalam kecelakaan kapal. Jenazahnya tidak pernah ditemukan. Mama lalu membesarkan anaknya seorang diri. Hanna ingat setelah papanya tidak pernah pulang lagi, ada orang-orang berpakaian serba hitam yang sering mengunjungi rumah mereka. Orang-orang itu berteriak-teriak dan mengancam mereka. Akhirnya mamanya menjual rumah itu dan mereka naik pesawat ke Manado. Lalu mereka tinggal di rumah Edward karena ibunya diterima bekerja sebagai pengurus rumah tangga di sana. Setelah menemukan Hanna, kakek memutuskan untuk mengirim cucunya itu kuliah di luar negeri. Hanna adalah cucu satu-satunya. Hanna pamit pada keluarga Edward dengan alasan mendapat beasiswa untuk kuliah di luar negeri. Edward protes namun akhirnya berjanji untuk menunggu dengan setia. Kesetiaan palsu yang akhirnya terbongkar sekarang. Hanna merasa angin dingin menerpa tulang punggungnya. Pengkhianatan memang selalu menyakitkan. Hanna berhenti menyesali keadaan dan menyerah pada cinta Edward. Itu hanya sebuah cerita usang yang sudah berakhir dan harus dilepaskan. Kisahnya dengan Edward sudah tamat. [Berhentilah bersedih, Han. Kamu tahu, kamu hebat sekali bisa membuat si Sheila kesal setengah mati bahkan mempermalukan dirinya di pesta pernikahannya sendiri. Wajahnya semerah kepiting rebus! Hahaha! Bisa dibayangkan bagaimana Mak Lampir itu akan mengacaukan hidup Edward.] Itu pesan dari teman sekelas Hanna yang waktu itu hadir di pesta. Beberapa teman yang peduli berusaha menghibur Hanna. Hanna hanya bisa tertawa mendengarnya. Mengetahui ada yang peduli cukup menguatkan. Itulah gunanya teman. Dan Hanna tidak akan mengecewakan semua orang yang menyayanginya, termasuk teman-teman yang terus mendukungnya sejak dulu. Hanna tidak akan menyerah. Dia adalah gadis yang ulet. Dia tidak gampang dihancurkan. Dia sudah melewati puluhan badai dalam hidupnya dan sekarang dia semakin kuat. Dia sudah punya rencana untuk melanjutkan hidupnya. Dia harus segera keluar dari drama konyol ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN