Chapter 5

864 Kata
Selamat membaca Jam menunjukkan pukul 06.16. Sultan membuka jendela hotel agar udara segar pada pagi hari masuk ke dalam kamarnya. Ia melihat pemandangan di kota Yogyakarta dari lantai delapan sambil menyeruput kopi Espresso kesukaannya. Ia tidak pulang ke rumah kakeknya, karena kakeknya pasti akan menanyakan keberadaan Ajeng. Karena itu, ia lebih memilih menginap di hotel. Raut wajahnya terlihat sedang menahan amarah. Ia tidak henti-hentinya terus mengutuk Ajeng dalam hati karena sudah dua Minggu lebih Ajeng tidak pulang-pulang. Karena itu juga, ia harus lembur setiap hari untuk menyelesaikan pekerjaannya yang menumpuk agar bisa pergi ke Yogyakarta dan segera menyeret Ajeng kembali ke Jakarta. Mungkin ia terlalu memberinya kebebasan. Karena itu, Ajeng menjadi sangat liar dan pergi sesuka hatinya sendiri tanpa mengenal waktu. Bahkan dia juga tidak memikirkan statusnya saat ini yang sudah bersuami dan masih saja pecicilan. Apa dia tidak bisa menjadi istri yang penurut dan diam saja di rumah? Istri yang mudah diatur dan tidak banyak tingkah seperti wanita berandalan yang tidak mempunyai tata krama. Sultan berdecak. Wanita liar itu harus menerima hukumannya. Karena Ajeng, sekarang ia harus membuang-buang waktu berharganya hanya untuk menyusulnya. Lihat saja, setelah ini ia tidak akan pernah membiarkannya pergi begitu saja. ***** "Assalamu'alaikum!" Prabu dan Ajeng menoleh ke arah seorang yang mengucapkan salam dengan suara lembut. "Wa'alaikumsalam," jawab mereka dengan raut wajah malas ketika melihat seorang laki-laki yang mengucap salam ternyata adalah Sultan. Prabu menatap orang itu sinis, sedangkan Ajeng hanya meliriknya sekilas dan melanjutkan lagi latihannya memukul samsak. Ajeng benar-benar tidak menganggap keberadaan Sultan. Sultan menghampiri mereka sambil tersenyum lembut, senyuman yang sangat di buat-buat dan tidak tulus dari hati. Ia berusaha menahan amarahnya ketika melihat Ajeng yang tidak menyambut kedatangannya, dan malah terang-terangan mengabaikannya seakan ia adalah orang asing yang tidak begitu penting. "Kakek," sapa Sultan ramah sambil mencium punggung tangan Prabu sopan. Ajeng memutar bola matanya malas ketika melihat Sultan sedang memakai topeng kebaikannya. Tentu saja, itu hanyalah sebuah pencitraan. "Ngapain kamu ke sini?" tanya Prabu ketus. Pertanyaan yang secara tidak langsung menunjukkan jika Prabu sangat tidak suka dan keberatan dengan kehadiran Sultan. Sultan tersenyum kaku. "Sultan mau jemput Ajeng, Kek," jawabnya sopan sambil melirik reaksi Ajeng yang acuh tak acuh. "Kenapa baru sekarang?!" tanyanya lagi dengan nada seakan membentak. Sultan tersentak kaget ketika mendengar nada suara Prabu yang garang. Bahkan tatapannya begitu tajam seakan ingin membunuhnya. Dari awal ia sudah mengetahui jika Prabu memang tidak pernah menyukainya. "Maaf, Kek. Sultan sibuk, jadi___" "Sibuk?!" potong Prabu emosi. "Jadi pekerjaan kamu itu lebih penting daripada istri kamu? Begitu?!" "Eh?" "Maksud Sultan___" "Pergi kamu! Saya tidak mengijinkan Ajeng balik ke Jakarta!" pungkasnya tegas. Sultan membelalakkan matanya lebar. "Tapi___" "Apa? Mau melawan? Hah?!" Sultan langsung diam membisu. "Sultan tidak berani, Kek," jawabnya menunduk lesu. Prabu berdecak. "Ngapain masih di sini? Pergi sana!" Sultan memejamkan matanya sejenak. Ia sudah mengorbankan dan membuang waktu berharganya hanya untuk menjemput Ajeng, jadi ia tidak akan pernah menyia-nyiakannya begitu saja. Percuma saja ia jauh-jauh datang ke sini jika tidak bisa membawa Ajeng pulang. "Sultan tidak akan pergi tanpa Ajeng," tuturnya keras kepala. Prabu tersenyum miring. "Tidak mau pergi?" "Boleh, boleh," ucapnya sambil berjalan perlahan memutari Sultan. "Lintang!" panggil Prabu. Lintang langsung menghampiri Prabu ketika namanya dipanggil. "Iya, Kek. Ada apa?" Prabu tidak menjawab pertanyaan Lintang. "Lawan Lintang!" tukasnya tajam sambil menatap Sultan dingin. Sultan menaikkan alisnya sebelah. "Kalau kamu menang, kamu boleh bawa Ajeng pulang." Tanpa memikirkan konsekuensinya Sultan langsung menyetujuinya. Sultan benar-benar meremehkan Lintang, karena Lintang masih muda. Ia tidak tau jika Lintang sudah berlatih bertahun-tahun dan jago dalam hal berkelahi. Walaupun Sultan mempunyai tubuh yang kekar, tapi tentu saja kekuatannya tidak bisa di bandingkan dengan kekuatan seseorang yang sudah terlatih. Saat pertarungan mereka di mulai, Prabu tidak henti-hentinya tersenyum jahat saat melihat Lintang terus menghajar Sultan yang mulai kualahan menghadapi cucunya yang brutal. Cucu laki-lakinya itu memang tidak akan segan-segan menghajar seseorang ketika sedang bertarung. Sultan terkesiap kaget ketika merasakan pukulan Lintang yang luar biasa kuat. Sungguh, saat ini tubuhnya terasa remuk. Meskipun sebenarnya ia sudah mengetahui jika ia akan kalah. Tapi kenapa ia tetap bertahan? Dan rela tubuhnya merasakan sakit? Karena ia mempunyai alasan yang kuat dan sudah bertekad untuk bertahan sampai akhir. Tapi tiba-tiba tekadnya pudar ketika bertatapan dengan mata Ajeng. Kenapa Ajeng menatapnya seperti itu? Tatapan sinis seakan menatap seorang pecundang. Tidak pernah ada seseorang di dunia ini yang menatapnya rendah seperti itu. Karena semua orang selalu memuji dan menyanjungnya. Sultan meringis kesakitan saat tiba-tiba merasakan nyeri di hatinya. Ia terus menatap Ajeng dan tidak fokus dengan Lintang. Yang akhirnya membuat ulu hatinya terkena pukulan keras dari Lintang. Uhuk Uhuk Uhuk Darah segar langsung keluar dari mulutnya. Sultan memegang dadanya yang terasa sesak. pukulannya seakan menghancurkan organ dalam tubuhnya. Bahkan ia merasa jantungnya seakan dicabik-cabik secara paksa. Murid-murid Prabu bergegas menolong Sultan dan segera membawanya ke rumah sakit terdekat, karena kondisi Sultan yang cukup parah. Sedangkan Prabu dan Lintang benar-benar tidak peduli dengan kondisi Sultan yang sangat memprihatinkan itu. Bahkan Ajeng hanya menatap Sultan datar dan langsung masuk ke dalam ruang latihan pribadinya. Ajeng sama sekali tidak sadar jika Sultan terus menatapnya dari kejauhan dengan tatapan yang sulit di jelaskan. TBC.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN