Selamat membaca "Aku harus bagaimana?" lirih Sultan sendu. ______________________________________ Ajeng melepas tangan Sultan yang melingkar di perutnya kasar. "Kamu pikir aja sendiri!" cetusnya sarkas dan langsung membuka pintu kamar. "Ajeng!" panggilnya sambil bergegas menyusul Ajeng yang berjalan dengan langkah lebar. Akhirnya Sultan berhasil mencekal tangan Ajeng. "Kita bisa bicarakan semua ini baik-baik. Jangan pakai emosi." Ajeng langsung menoleh ke belakang. "Jangan pakai emosi?!" Ia tertawa hambar. "Andai aja aku ini wanita yang lemah lembut. Tapi maaf, sayangnya aku bukan wanita yang seperti itu," pungkasnya dingin dan menghempaskan tangan Sultan kasar. Tatapan Sultan meredup. Seharusnya ia tidak perlu mencegah Ajeng pergi, kan? Lagi pula ia tidak mencintainya, tapi