Bab 52

1020 Kata
Dellia terus mengelus rambut Adam pelan, hingga dengkuran halus terdengar yang berarti Adam sudah tidur. Dellia mengambil kesempatan itu untuk turun ke bawah mengambil air kompres. Setelahnya Dellia kembali ke kamar dan mengompres Adam. "Cepat sembuh," Dellia mencium rambut Adam sayang, tidak lama setelahnya Dellia ikut tertidur karena nyaman berada di pelukkan sang suami. *** Tidak terasa sekarang anaknya Sankara sudha berusia dua tahun setenggah. Sankara sekarang ada di masa sedang imut-imutnya dan aktif. Hal itu terkadang membuat Dellia kualahan dengan keaktifan sang anak. "Sankara jangan lari-lari sini mandi dulu," teriak Dellia dari kamar mandi, Sankara berlari dengan keadaan tidak memakai baju. "Mas taruh dia ke sini," Adam tadi menemukan anaknya yang berlari-lari diruang tamu, malah tidak memakai baju dan badan yang masih ada sabun. "Udah, kamu ke kamar biar aku yang mandiin si Kara ni, bandel banget," Adam mengelitik anaknya yang bandelnya nggak ketulungan. Sankara ketawa cegikikan sambil mencubit tangan ayahnya, agar Adam menghentikan mengelitik. "Jangan Mas biar aku aja," ini untuk pertama kalinya setelah hamil ke dua, Dellia kembali memandikan Sankara. Itu semua karena kehamilan ini Dellia lebih lemas dari pada saat hamil Sankara. "Kasian adik Sankara sama Mamanya, udah sana keluar." "Nggak capek?" Adam menggelang, pada akhrinya Dellia mengalah dan memilih untuk segera menuju kamarnya. Ada rasa kasian jika melihat Adam yang semakin lelah akibat kerja. Biasanya Mama mertuanya yang akan memandikan Sankara, dan terkadang Siti juga ikut membantu. Awalnya Adam berniat mencari orang untuk menjaga anak, Dellia tidak setuju karena takut anaknya tidak dijaga dengan baik. Dan tetap membujuk Dellia dengan memastikan bahwa orang yang dipilih akan baik, dan tentu Adam juga mengatakan bahwa Dellia bisa memantau cara orang yang mengasuh Sankara. Kabar itu terdengar oleh mertuanya, dan Sarah tidak setuju dan mengatakan akan merawat cucunya sendiri. Makanya setelah itu saat Adam akan menuju Kantor, Adam akan lebih dulu mengantar Dellia dan Sankara ke rumah Sarah. "Mau mana?" tanya Sankara saat melihat Mamanya yang akan pergi. "Mau tidur." "Mama malah?" Sankara sudah melengkungkan bibirnya ke bawah pertanda anaknya sebentar lagi pasti akan menangis. "Nggak sayang," Dellia mencium sekilas pipi Sankara, "jangan nangis." Sankara mengangguk pelan dengan sisa air mata dipipinya dan Adam memasukan kembali Sankara ke dalam bak mandi khusus untuk anak seusianya. Dellia merebahkan tubuhnya ke atas tempat tidur, kepalanya sangat pusing rasanya seperti mau pingsan saja. Masa kehamilannya yang kedua ini sangat berat, Dellia bahkan sering pingsan. Ia juga tidak selera makan dan sering muntah, hingga berat badannya juga menurun dratis. "Mas kok basah?" Dellia menatap Adam yang bajunya sudah basah. Sebenarnya Dellia hanya berbasa-basi, karena ia tau pasti ini penyebabnya adalah anak mereka sendiri. "Biasa itu si Sankara bandel banget," Adam berbicara sambil menatap Sankara yang keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk. "Kata Mama kamu pas SMA bandel banget, ini pasti Sankara niru Ayahnya," Adam membalas dengan senyuman tipis. "Sankara sini," Adam mendudukan dirinya di atas tempat tidur. Sankara pun berjalan ke arah Adam. "Sankara sayang sama Mama?" "Ayang," "Kalau sayang jangan bandel kasian Mama capek. Kan Mama lagi sama Adek jadi ngampang capek," Sankara mengerutkan keningnya lucu setelahnya Sankara mengangguk. Dellia mengelus rambut Sankara berulang kali saat anaknya itu sudah memeluk nya erat dengan kepala yang berada di perut Dellia. "Sankara mau s**u?" tanya Dellia. "Mau," Dellia mengambil s**u di atas nakas. "ini s**u," Sankaran melepaskan pelukan dan mengambil s**u ditangan Dellia. Sankara langsung mengambil tempat di samping Dellia, dan memberingkan tubuhnya dengan s**u yang berada dimulut. "Kepala sakit?" tanya Adam sambil mengelus pelan kepala Dellia pelan. "Sakit," Dellia meneteskan air matanya. Selama hamil Dellia juga sering menangis walaupun masalah sepele pun ia tetap akan menangis. Adam memijit pelan kepala Dellia, "mau ke rumah sakit lagi?" "Nggak usah, baru aja pergi dua hari yang lalu, obat juga belum habis." Adam mengangguk. Adam mengelus perut Dellia yang hamil satu bulan itu pelan menggunakan tangan kirinya sedangkan tangan kanan tetap memijit kepala Dellia. "Kalau bisa biar aku aja yang ngerasain sakit yang kamu rasain." "Tidur ya sebentar, nanti kalau azan aku bangunin," lanjut Adam. Dellia mengangguk dan mulai memejamkan matanya. Melihat anak dan istri yang tertidur, Adam menggunakan waktunya untuk menyelesaikan tugas Kantor. Ini sudah hal biasa yang ia lakukan sehari-hari, kalau Sankara dan Dellia bangun maka Adam akan menghentikan kerjaan Kantornya. *** Adam berlari dengan cepat menuju kamarnya. Ini masih jam sepuluh pagi tapi Adam harus kembali pulang ke rumah karena sangat mendesak. Adam membatalkan meetingnya tanpa memikirkan rekannya yang bisa saja marah dan membatalkan kerja sama mereka. Adam tidak bisa menahan rasa cemasnya saat tadi Mamanya menelepon jika Dellia sakit dan terus memanggil manggil namanya. "Dellia gimana?" tanya Adam di depan pintu kamar. "Demam, tidak usah terlalu cemas," Sarah menghela nafasnya gusar, ia sendiri sebenarnya cemas dengan kondisi menantunya saat hamil anak kedua ini. "Sankara kok nangis?" Adam ikut menatap wajah anaknya yang berada digendongan Sarah. Anaknya juga sekarang sesegukkan tampak sedang habis menangis. Sankara mengulurkan kedua tanganya minta di gendong. Adam mengambil ahli tubuh anaknya. "Ini nangis karena Mamanya sakit," Adam mengangguk dan langsung membuka pintu kamar dan masuk ke dalam. Didalam kamar, Adam mengusap wajahnya pelan. Ia semakin takut dengan kondisi Dellia yang memperhatinkan. Wajah wanitanya pucat dengan bibir yang juga kering. Sakit Dellia emang tidak bisa ditebak, kadang Dellia akan sakit selama lima jam setelah itu sembuh. Dan tidak lama demam kadang kembali menghampiri tubuh istrinya. "Mas Adam, hiks," Dellia emang tidak tidur, Sarah tadi menyuruhnya untuk tidur, hanya saja Dellia tidak bisa tidur. Dellia mengulurkan tangannya persis seperti apa yang dilakukan oleh Sankara tadi. Adam tidak langsung menyambut, ia lebih dahulu meletakkan Sankara ke atas karpet berbulu dengan mainan anaknya yang berserakan. "Jangan nangis ya, kasian Mama." "Iya," jawab Sankara pelan, anak itu sudah fokus dengan mainnanya. "Mas," rengek Dellia lagi. Adam melepaskan jasnya pelan, ia duduk di atas kasur samping Dellia. Ia menuduk untuk memeluk tubuh Dellia erat. "Di rawat di rumah sakit aja ya?" "Nggak mau," jawab Dellia lagi dengan bibir yang terisak-isak, tangisan wanita itu membuat Adam semakin cemas. "Nggak tau lagi harus maksa kamu gimana lagi." Adam meletakkan telapak tangannya ke kening Dellia. Adam mengelus pelan pipi istrinya dan mengusap pelan rambut Dellia. "Mas lepas aja," Dellia memcoba melepaskan pelukan Adam dari badannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN