Bab 23

1008 Kata
Di rasa masih berbekas, Dellia mengambil tisue basah dan membersihkan tangan Adam. "Kenapa?" tanya Adam dengan bisikan. "Biar bersih," balas Dellia. Adam tidak perduli lagi, ia membiarkan tangannya dibuat sesuka hati oleh Dellia. "Waduh rencana kita untuk menjodohkan Adam dengan Keisha emang gagal ya, tapi pilihan kalian juga sangat cantik dan sopan," sambung Dita lagi yang disambut dengan kekehan pelan Sarah dan Alva. Oh, jadi mereka memang udah kenal sebelumnya. Oke Dellia hanya cukup tau saja. Selama pembicaraan itu, Dellia hanya diam. Ia tidak mengerti dengan arah pembicaraan mereka, berbeda dengan Keisha yang tampak nimbrung dengan pembicaraan mereka. Hal itu membuat Dellia merasa rendah. "Makasih untuk rapat hari ini, senang berkerja sama dengan kalian," ucap Bian. Setelahnya keluarga Bian beranjak pergi duluan meninggalkan keluarga Alva. Dellia tidak sengaja melihat Keisha yang mengusap bahu Adam dan wanita itu juga memasukkan sebuah kertas ke dalam saku jas Adam. Adam sudah biasa diperlakukan seperti ini, dan Adam jika ada sedang tidak suka dengan perlakuan wanita itu ia tidak segan-segan akan membentak wanita itu, tapi berhubung sekarang ada Dellia ia harus menjaga sikap. Adam melirik Dellia yang menatap tajam ke arah kantong Adam, wanita itu mengambil kertas itu dengan wajah yang cemberut. "Ish," gumam Dellia kesal, ia menatap tidak ke kertas itu, ia langsung membaca isi surat dan tertulis di sana "ke Apartment Dam" apa-apaan ini, Dellia meremas kertas itu. "Berhubung kita berkumpul di sini, kalian ginap ya di rumah Mama," ajak Sarah yang sekarang sudah duduk di samping Dellia dengan memegang lengan Dellia. Dellia mencoba untuk menenangkan dirinya, ia tidak boleh emosi. Karena di sini yang salah adalah Keisha bukan Adam. "Nggak usah Mas," jawab Adam "Kok nggak usah? Kan Mama kangen, kalian udah lama nggak ke rumah," ucap Sarah. Dellia tidak tega melihat wajah Sarah yang memelas. "Mas kita nginap ya." Adam menatap Sarah yang tersenyum bahagia, pasti ini tujuan dari mereka untuk menjodohkannya. Lihat saja Adam akan berusaha untuk memepercepat permainan pernikahan ini. Setelahnya tidak akan ada yang bisa mengatur Adam, dan setelahnya itu juga ia tidak perlu bersikap sok baik pada Dellia. *** Ini pertama kalinya Dellia tinggal di rumah mertua, ia tidak berhenti kagum melihat rumah yang sangat rapi ini. Ia juga kadang bingung harus gimana membantu sang mertua, saat tadi ingin mengepel tapi malah dilarang. Dellia melangkah menuju dapur saat wangi masakan tercium dari arah ruang TV. Dan ternyata di dapur ada Sarah dengan beberapa pelayan yang sedang memasak. Di meja sudah terhidang banyak makanan, mereka mau masak apalagi? "Ma, Dellia juga mau bantu," ia berdiri di dekat Sarah yang sedang memotong wortel. "Jangan dong sayang, hari ini Mama mau khusus masakin makanan untuk mantu Mama." Dellia hanya mengangguk dan duduk di meja sambil memperhatikan Sarah yang sangat pandai memasak. "Adam mana De?" tanya Sarah. "Mas Adam lagi di ruang kerja Ma," sahut Dellia. "Panggil dia, kita makan bersama," perintah Sarah. Dellia langsung mengiyakan, ia langsung menuju kamarnya. Di dalam kamar ada dua ruangan yaitu kamar mandi dan ruang kerja Adam. Ia mengetuk pintu terlebih dahulu, karena tidak ada sahutan Dellia langsung menerobos langsung. "Kena-," melihat kedatangan Dellia membuat Adam mengurungkan niatnya yang hendak bertanya. "Mas dipanggil Mama buat sarapan bersama," Adam menunduk ia benci diposisi nurut seperti ini. "Sini." "Hah?" Adam menepuk pahanya, Dellia yang mengerti langsung membeku. Ia malu. "Sini," Dellia berjalan dengan pelan dan berhenti tepat di samping Adam. Dan pria itu langsung menarik tangan Dellia, hingga Dellia terjatuh ke atas pangkuan Adam. Cup. Ciuman yang disertai lumatan itu terdengar kasar, Dellia tidak sanggup mengibangi. Sudah lama mereka berciuman, tapi Adam tidak kunjung mau melepas bibir Dellia. Hal ini membuat Dellia sesak. Adam yang meluapkan emosi kedalam ciuman itu menggeram kesal saat Dellia tampak meminta lepas. Adam sudah muak dengan sandiwara ini. Ia mengigit bibir Dellia keras dan terasa asin, ia melepaskan bibirnya dan bibir wanita itu mengeluarkan darah. Dellia tampak meringis sakit, ia mengelap darah itu menggunakan tangannya. "Maaf De," Adam yang melakukannya, tapi melihat wanita itu yang meringis dan mata yang berkaca-kaca membuat Adam merasa bersalah. "Maaf," Adam mengambil tisue dan mengelap bibir itu pelan, lalu memeluk Dellia. "Maaf nggak sengaja." "Hm," Dellia hanya bergumam, bibirnya sakit. "Kamu maafin Mas kan?" tanya Adam lagi. "Iya," Adam menghela nafas lega. Berabe jika sampai Dellia meminta cerai karena masalah ini. "Yaudah ayo makan malam," Dellia beranjak bangun dari pangkuan Adam, setelahnya wanita itu digandeng oleh Adam. Di meja makan, Sarah tampak memperhatikan Dellia. "Bibir kamu kok luka De?" tanya Sarah, Alva ikut melihat ke arah Dellia. Adam menahan nafasnya, jangan sampai Dellia mengadu dengan apa yang ia perbuat. "Nggak sengaja ke gigit Ma," Dellia terpaksa berbohong, ia malu jika bercerita jika Mas Adam tidak sengaja mengigit bibrinya saat ciuman tadi. "Selesai makan jangan lupa diobatin ya," Dellia mengangguk. *** "Hati-hati ya Mas," pagi kembali menghampiri dan sekarang Adam bersiap-siap menuju Kantor. "Ya, aku berangkat," Adam memberikan tangannya, karena sudah biasa dicium tangan membuat Adam jadi ketagihan. Ia suka saat bibir lembut itu bertemu dengan telapak tangannya. Tapi Dellia malah pergi ke belakang hal itu malah membuat Adam jadi terdiam, apa Dellia marah? Tapi apa salahnya. Adam mengikuti Dellia yang berjalan menuju dapur. "Kenapa De? Kamu marah ya," Dellia menggelang, wanita itu malah sibuk dengan urusan dapurnya. "Ni Mas, mulai sekarang aku bakalan masak semua kesukaan kamu. Di dalam sini udah ada ayam bakar. Kamu suka kan," Dellia memberikan bekal bewarna biru itu. "Bekal?" Adam terpaksa mengambil bekal itu. Adam tidak suka dibawa bekal seperti ini, ia bukan anak TK lagi. "Iya bekal, biar kamu nggak ribet kalau mau makan. Sebenarnya aku mau kasih bekal yang warna pink tapi aku tau kamu pasti nggak suka warna pink yaudah aku kasih buat Bina yang sekarang udah mulai sekolah lagi." Adam hanga mengangguk singkat dengan curhatan Dellia, semakin lama Dellia emang sudah sangat membuka diri dan wanita ini juga semakin berani dengan Adam. Dan semakin lama semakin banyak hal yang tidak ia sukai tapi harus Adam lakuin karena perintah Dellia. "Makasih." "Iya Mas sama-sama." Dellia langsung menyalami Adam dan mencium pipi Adam. Setelahnya ia mengatar Adam ke depan dan memperhatikan Adam yang menghilang dari pandangannya. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN