Bab 24

1030 Kata
Adam sudah sampai ke Kantornya, dan tentu selama perjalanan banyak pasang mata yang tidak menatap tapi malah menunduk. Sesampai di dalam ruangan ia langsung duduk dan membaca laporan harian yang emang sudah di letakkan di atas meja. Tok Tok Tok. Setelah bunyi ketukan itu, Keisha, sekretarisnya langsung masuk ke dalam ruangan. "Dam, kok nggak datang sih ke Apartement gue tadi malam?" Adam sudah sangat kesal dengan Keisha, Adam tidak punya waktu melayani wanita ini. Dulu mereka emang punya hubungan itu pun berjalan selama dua bulan saja, dan tentu saja Keisha yang mengajak mereka pacaran . Dan Adam yang saat itu sedang bosan, akhrinya menyetujui. "Kan udah saya bilang ini di Kantor, harus formal dengan saya. Dan jangan pernah membahas hal pribadi seperti itu lagi. Apa kamu mau saya pecat?" Keisha gelagapan, ia tidak boleh di pecat. Kalau sudah dipecat akan susah bagi Keisha untuk melihat Adam lagi. "Maaf Pak." "Kalau nggak ada yang kamu bahas, keluar dari ruangan saya.' "Saya sebenarnya ke sini karena ingin mengabarkan bahwa produk terbaru kita mencapai target luar negeri Pak. Banyak komentar bagus dari para konsumen." "Bagus, saya akan memberi bonus untuk keberhasilan produk kita saat ini." Adam emang tidak pelit dengan bawahannya tapi Adam juga tidak segan-segan akan memecat orang yang membuat kesalahan. "Baik, terima kasih Pak." "Ini berkas yang perlu Bapak tanda tangani." Adam menandatangani semua berkas itu dengan cepat. Selama itu pula Keisha terus menatap wajah pria yang dari dulu ia kagumi, jika bukan karena kekuasaan yang Papanya miliki Keisha tidak mungkin bisa bekerja menjadi Sekretaris Adam. Keisha sangat berharap ia masih bisa berhubungan seperti dulu dengan Adam, sampai sekarang Keisa tidak tau apa alasan Adam memutuskan hubungan mereka. "Ada jadwal apa saya nanti siang?" "Bapak ada rapat jam 10 pagi, dan siang Bapak ada undangan untuk malan siang bersama rekan bisnis." Adam melirik bekal yang berada di bawah meja, sengaja ia taruh di situ agar orang tidak melihat jika ia membawa bekal. "Saya ada sesuatu untuk kamu?" "Apa Pak?" Keisha tampak berbinar, tidak sabar dengan hadiah yang akan diberikan oleh Adam. "Hah? Apa ni Pak?" "Iya makanan. Kenapa kamu nggak mau?" "Mau Pak," Keisha mengambil bekal yang disodorkan Adam, lebih baik menerima dari pada Adam marah. Padahal tadi Keisha sudah sangat berharap jika Adam akan memberikannya barang mewah. "Saya permisi Pak," Keisha berjalan keluar setelah memukuk hormat. "Keisha," panggilan Adam membuat Keisha berbalik. "Balikin bekal itu ke saya," Keisha memberikan kembali bekal itu. Keisa memberikan dengan suka rela, lagi pula ia tidak suka dengan bekal seperti itu. "Batalkan ajakan makan siang itu. Kamu katakan saja jika saya bisa besok." "Baik Pak." "Apa lagi?" tanya Adam saat Keisha yang tidak kunjung pergi. "Tidak Pak," setelahnya Keisha langsung pamit keluar dari ruangan Adam. *** Jam makan siang telah tiba. Dan Adam menatap bekal itu lama, ini bukan pertama kalinya Adam membawa bekal. Dulu Sarah sering memberikannya bekal saat SD. Adam membuka bekal itu dan aroma wangi dari nasi putih, sayur dan ayam bakar berserta kecap itu mengeluarkan aroama yang sangat enak. Karena sudah lapar, Adam langsung makan, masakan Dellia emang sudah tidak bisa diragukan lagi. "Mau lagi," gumam Adam sambil menatap bekal yang sudah kandas itu. Dellia memberikan porsi yang banyak tapi tetap saja Adam tidak cukup. "Wow," Adam yang tadi asik menatap bekal sedikit kaget dengan orany yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangannya. "Kenapa?" tanya Adam ditambah dengan suaranya yang keras. Ia benci orang yang masuk tanpa izin, dan Hito semakin lama semakin berani terhadapnya. "Wow, lo makan dibawa bekal? Gue tebak ini pasti masakan sang istri lo kan? Kenapa sih orang yang kayak lo bisa dapat istri sebaik dia," ucap Hito lirih, tapi tetap saja Adam bisa mendengar. "Maksud lo apa? Keluar dari ruangan gue!" Perintah dari Adam tidak ia hiraukan, Hito memilih untuk duduk di sofa. Ia memperhatikan poto penikahan yang berada di samping meja Adam. "Bagus banget fotonya." "Papa gue yang nempelin." "Btw, Dellia nggak pernah ke sini kan?" "Belum, gue yang larang dia. Malas banget kalau ada yang ganggu gue, termasuk elo!" Hito hanya terkekeh samar. Ia malah terus memandang wajah Dellia di poto penikahan itu, di sana wanita itu sangat anggun apalagi dengan senyuman yang menenangkan hatinya. Andai saja Hito duluan yang bertemu dengan Dellia, pasti kehidupan wanita itu tidak akan s**l seperti ini. "Woi! Ngapain lo? Suka lo sama si Dellia? Lo ambil dia nanti pas udah gue cerain," ucapan Adam membuat secercah harapan dihati Hito. "Oke, nggak sabar nunggu." Jawaban dari Hito membuat Adam menatap pria itu tajam. Tapi untuk apa ia marah? Adam tidak harus perduli dengan nasib Dellia kedepannya. "Biasa aja kali ngeliatinnya, apa jangan-jangan lo udah suka lagi sama dia?" Hito menatap curiga ke arah Adam, apa ini pertanda kesakitan hati Adam sudah berakhir? Karena Hito yakin setelah Adam menemukan cintanya, Adam pasti bisa menghilangkan panyakit dendam yang bersarang dihatinya. "Apaansih lo, udah sana keluar!" Adam sudah sangat kesal. "apa perlu gue panggil Satpam?" "Jangan, gue mau bilang sesuatu sama lo." "Apa? Setelah ini lo keluar dari ruangan gue." "Lo sesekali harus ngebiarin Dellia masuk kedalam Kantor ini Dam, kalau nggak bisa aja dia curiga. Dan lo juga harus sering ajak Dellia jalan-jalan, karena hal itu bisa membuat dia semakin cinta sama lo." Adam mempertimbangkannya benar juga dengan saran Hito barusan. Tidak rugi Adam membantu Hito, karena buktinya Hito sudah sangat banyak membantu dalam misinya ini. Hito menatap Adam yang tampak berpikir, sebenarnya Hito bukan berniat membantu Adam. Tapi Hito hanya ingin membuat Adam dan Dellia semakin dekat, dan tentu setelah ini bisa saja Adam bisa mencintai Dellia. "Oke, gue pamit dulu." Hito beranjak bangun hendak menuju pintu keluar, tapi langkahnya terhenti saat ia mengingat sesuatu. " Lo pernah ucapin kata cinta nggak sama Dellia, apa lo juga bawa-bawa kata cinta?" "Belum, apa perlu?" Hito tidak membalas, ia memilih untuk keluar dari ruangan Adam. *** Adam masuk ke dalam rumah orang tuanya dengan waktu yang masih sangat awal. Ya penyebabnya karena Dellia memaksanya untuk pulang dengan alasan Sarah menyuruh pulang. Adam melihat kesekeliling arah, dan terlihat jika Dellia sedang bercerita dengan Sarah di depan TV. Adam berdiri di belakang mereka, berharap Dellia menyadari kehadiran Adam dan segera melayaninya seperti biasa. Entah dari kapan, Adam sekarang suka jika wanita itu mengantarnya ke Kamar.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN