Halaman rumah Haikal sudah dipenuhi tiga jenis mobil mewah, SUV mewah X5 milik Farel, Mazda sport milik Irfan dan sedan mewah Camry keluaran terbaru milik Abi. Ketiga sahabat Haikal memang mengendarai mobil mewah ke mana-mana, termasuk ke sekolah. Hanya Haikal yang menggunakan motor, karena dia lebih nyaman menggunakannya, meskipun mamanya sudah pernah menawarinya untuk membeli mobil.
Terdengar tawa canda dari ruang keluarga rumah Haikal. Ternyata Haikal dan tiga sahabatnya tengah berkumpul di sana sambil menikmati cemilan dan minuman hangat yang sengaja dibuat Bianca khusus untuk mereka.
"Trus gimana? Diterima kan Raymondnya? Kan Haikal udah mau nih. Tapi jangan Haikal aja yang memutuskan. Kalian juga dong," tegur Bianca yang ikut nimbrung obrolan anak dan sahabat-sahabatnya. Mereka tengah membahas Raymond yang ikut bergabung dengan mereka di tugas pelajaran Biologi.
"Ya awalnya emang keberatan sih, Tan. Karena tiba-tiba dia nawarin diri. Curiga dong ada apa nih. Tapi so far dia oke kok. Di kelas juga mau berbagi informasi. Dan pinter juga...." Farel memberi pendapat positifnya mengenai masuknya Raymond ke kelompok yang diketuainya.
"Iya, Tan. Cuma rada aneh aja. Dia tuh maunya duduk di dekat Haikal melulu. Sok baik gitu ... lu lu meratiin nggak sih?" ujar Irfan yang sedikit keberatan dengan sikap Raymond.
"Tapi orangnya hmmm ... cakep, Tan. Artis kayu bersih mah lewaaaat. Ya nggak?" ujar Abi. Dia yang paling senang dengan kehadiran Raymond di kelompoknya. Karena Raymond kerap menraktirnya makanan enak.
"Ya udah. Nggak usah dipikirin dianya gimana-gimana. Yang penting hasil kerja kelompok kalian nanti sangat memuaskan dan mendapat nilai yang bagus," pungkas Bianca yang tidak ingin mereka berlarut-larut memikirkan anggota baru mereka.
Bianca memahami apa yang mereka rasakan sekarang ini. Tidak mudah menerima anggota baru. Haikal, Abi, Farel dan Irfan sudah lama bersahabat. Hubungan mereka lebih dari sekadar bersahabat. Hadirnya anggota baru ke dalam kelompok mereka pasti akan merubah suasana persahabatan.
"Kan hanya sebatas kerja kelompok. Setelah itu apa dia mau ikut-ikut deket-deket kalian juga. Belum tentu kan?" tanya Bianca tiba-tiba.
"Yah. Semoga aja sih. Tapi kalo diperatiin, dia tuh emang kayak mau coba-coba deket-deket kita, Tan," keluh Irfan.
"Ya nggak ada salahnya juga. Mungkin dia kurang merasa nyaman dengan teman-temannya dan nyaman dengan kalian..." Bianca berusaha untuk tidak menambah kekhawatiran Haikal dan sahabat-sahabatnya.
Kata-kata dan sikap keibuan Bianca inilah yang membuat Abi, Irfan dan Farel betah berlama-lama di rumah Haikal. Mereka malah merasa lebih nyaman dan merasa mendapat perhatian lebih dari sosok Bianca ketimbang Mama mereka sendiri. Pernah beberapa kali Mama Farel mendatangi Bianca dan memintanya membujuk agar Farel mau kuliah mengambil jurusan Ekonomi dan Bisnis setelah menyelesaikan sekolahnya nanti. Farel yang awalnya ingin mendalami seni rupa, akhirnya mau mendengar nasihat Bianca untuk kuliah di jurusan Ekonomi Bisnis.
"Jadi kapan mulai kerja kelompok?" tanya Bianca akhirnya.
"Besok sore, Tante," jawab Irfan dan Abi bersamaan.
***
Sore itu Bianca masih asyik berbincang-bincang dengan Haikal dan sahabat-sahabatnya. Entah kenapa dia ikut penasaran atas sosok yang bernama Raymond ini. Dia amati ketidaknyamanan yang jelas terlihat di raut wajah 'anak-anaknya' ketika bercerita tentang Raymond. Raymond yang super kaya, yang tampan dan atletis, yang segar, yang cuek, dan 'dingin', dan yang sebelumnya tidak pernah mau berurusan sedikitpun dengan kelompok Haikal.
Kini mereka sedang membahas penolakan yang dialami Haikal, yang juga tidak jauh-jauh dari sosok Raymond.
"Berarti kan Raymond itu nggak ada sangkut pautnya dengan penolakan yang dilakukan Jess, Kal. Dia kan udah punya pacar," ujar Bianca memberi pendapat.
"Tapi Beth itu biasa aja, Tan. Nggak wah kayak Jessica. Kok Raymond mau-maunya sih," sela Farel yang masih saja curiga.
"Lha namanya cinta itu nggak mandang rupa, wajah, usia. Pasti Raymond itu sudah sangat nyaman sama Beth," Bianca terus saja memberi pandangan ke anak-anaknya agar tidak terlalu mencurigai Raymond secara berlebihan.
"Hm ... wajarlah, Beth kan orangtuanya atasan pajak. Mungkin Raymond mau deket-deket dia supaya harta keluarganya bebas pajak pemerintah," timpal Irfan.
Bianca terbahak mendengar kecurigaan Irfan kali ini. Kok bisa pikiran anak itu sejauh itu. Dia rangkul Irfan sambil mengacak rambutnya.
Tampak Haikal cemberut. Sepertinya dia masih memikirkan penolakan yang dia alami. Entahlah, padahal dia sudah merasa lega dengan penolakan Jessica.
"Udah, Kal. Nggak usah terlalu dipikirin. Suatu saat lu pasti menemukan cewek yang lebih baik dari Jess," hibur Farel.
"Iya. Anggap aja pengalaman ditolak. Berarti dia emang bukan pasangan kamu sekarang...." Bianca ikut membujuk. Dia pun jadi ikut sedih melihat wajah Haikal yang tidak semangat. Ini pertama kalinya Haikal menyukai sosok perempuan dan berniat memacarinya.
"Lagian ... dia juga bukan sama Raymond. Kalo sama Raymond, lu tendang aja dia dari kelompok kita. Gue siap bantu," ujar Irfan menyemangati.
"Jangan ditendang dong," sela Abi. "Biar gue yang dorong," lanjutnya disambut gelak tawa yang lainnya.
***
Sejak mengaku sudah memiliki pacar yang bernama Bethany, anak salah satu petinggi di departemen keuangan pemerintahan, Anita merasakan perubahah yang terlihat dari Raymond, putra bungsunya. Anita senyum-senyum melihatnya. Raymond kini lebih memperhatikan gaya baju dan rambutnya, juga lebih sering memakai parfum mahal. Raymond kerap terpergok sedang melihat dirinya di depan cermin, sekadar memeriksa apakah penampilannya sudah sempurna atau belum.
Dan sekarang dia sedang memergoki Raymond yang sedang bercermin di depan cermin di ruang keluarga. Raymond terlihat sangat rapi dan gagah.
"Mau ke mana, Cello? Rapih amat. Ketemu Beth lagi?" tegur Anita. Hidungnya bergerak-gerak mencium aroma wangi parfum dari tubuh Raymond. Sebelumnya dia sudah diperkenalkan Raymond kepada Bethany. Anita sangat menyetujuinya, karena Beth sosok gadis yang sangat ramah dan sopan. Suatu sore, Beth diajak Raymond berkunjung ke rumahnya, dan Beth berpenampilan sangat anggun.
"Iya, Mi. Tapi setelah itu, aku mau ke rumah Haikal. Kerja kelompok tugas Biologi. Jadi agak sorean aku pulang," jawab Raymond.
Anita tersenyum simpul. Ternyata manfaat pacaran dengan Bethany, lumayan mengubah Raymond lebih rajin belajar, begitu pikirnya.
"Siapa Haikal? Perasaan Mami kamu biasa belajar dengan Dwayne dan Nugie," tanyanya tanpa menaruh curiga. Dwayne dan Nugie adalah dua sahabat Raymond.
"Teman baru, Mi. Yah ... kebetulan satu kelompok sama dia di pelajaran Biologi, hm ... perintah dari Pak Thomas," kilah Raymond. Padahal guru Biologi itu menyerahkan sepenuhnya ke murid-muridnya untuk memilih teman kelompok sesuka hati. Asalkan tugas tersebut benar-benar dikerjakan dengan baik dan benar, sesuai instruksi darinya. "Lagian aku nggak satu kelas lagi dengan Dwayne dan Nugie," lanjut Raymond menjelaskan.
"Oh. Gitu. Ok. Tapi jangan sampai kemalaman ya. Mami jadi sepi, soalnya Papi pulangnya malam juga."
Raymond melangkah mendekati maminya dan mendaratkan kecupan hangat di dahinya.
"Love you, Mami. Jangan khawatir ... nggak malam kok. Rumahnya nggak terlalu jauh soalnya. Malah jauhan tempat aku janji dengan Beth," ujarnya sembari menatap hangat wajah perempuan lima puluhan itu. Anita tersenyum lebar, Raymond sangat tampan. Maklum, kakeknya yang berkebangsaan Italia adalah eks artis tersohor di Italia.
Anita pun akhirnya lega melepas kepergian putranya. Sebenarnya Raymond sudah biasa pergi ke mana saja, bahkan tanpa seizinnya. Entah kenapa di siang ini dia merasa berat melepaskan kepergiannya. Apalagi putranya itu sudah mengaku memiliki seorang kekasih. Pasti lambat laun perhatian Raymond lebih besar ke kekasihnya daripada dirinya.
Bersambung