Bianca heran melihat Haikal yang tampak tidak terlalu fokus dengan buku yang dia baca. Sebentar-sebentar dia bergerak gelisah, matanya mengerjap-ngerjap lalu berdecak sebal. Biasanya putranya itu duduk tegap jika membaca, malam ini malah terbaring lelah.
Hingga akhirnya Haikal yang bosan menutup wajahnya dengan bukunya.
"Apa sih gelisah-gelisah?" tanya Bianca seraya duduk di dekat sofa dekat posisi rebah Haikal, putra satu-satunya yang kini sedang duduk di kelas dua belas di SMA swasta bertaraf internasional di Jakarta Selatan.
"Lagi sebel, Ma," decak Haikal yang wajahnya masih tertutup dengan buku yang baru dia baca.
Perlahan Bianca ambil buku yang menutup wajah Haikal dan meletakkannya di atas meja di depan sofa.
"Kenapa?" tanya Bianca lembut. Dia pijat kaki Haikal pelan-pelan.
"Jessica tuh masih ngejar-ngejar Raymond...." Haikal masih saja mengingat cerita Nori di sekolah mengenai Jessica yang masih memendam rasa suka terhadap Raymond.
Bianca tersenyum hangat. Sebelumnya Haikal pernah mencurahkan hatinya bahwa dia menyukai teman sekelasnya yang bernama Jessica Gunawan, seorang perempuan yang paling cantik dan paling cerdas di sekolahnya. Haikal hendak memacarinya.
"Siapa Raymond?" tanya Bianca. Dia tidak pernah mendengar nama Raymond dalam cerita keseharian Haikal di sekolahnya. Ada tiga sahabatnya yang selalu menemani Haikal setiap hari, bahkan kerap datang ke rumah; Abi, Irfan dan Farel. Tiga sahabat Haikal sejak SMP.
"Dulu dia kelas sebelas G. Sekarang satu kelas sama aku, Ma. Ck, anak orang kaya sih. Kalo ke sekolah bawa Rubicon."
Bianca tertawa kecil.
"Julid? Cuma bisa bawa motor ke sekolah?" gumamnya. Sudah dua tahun ini Haikal mengendarai X-ADVnya.
"Bukan julid, Ma. Sebel aja sih,” decak Haikal.
Bianca terbahak melihat wajah cemberut Haikal. Haikal memang sangat terbuka dengan mamanya. Apapun perihal di sekolah selalu dia ceritakan ke mamanya. Dari masalah guru, teman, gosip seputar keluarga sahabat, hingga masalah perempuan seperti malam ini.
“Ck, mana Raymond mau satu kelompok belajar dengan aku."
"Wah. Bagus dong. Bisa kamu tanyakan langsung apa Raymond menyukai Jessica atau nggak,"
"Aku tuh nggak suka Raymond. Sok cool orangnya,"
"Ya karena kamu belum kenal dekat. Katanya kan baru satu kelas sama dia sekarang. Dulu Si Irfan juga sok cool kan awalnya,"
"Dia tuh beda dunia. Teman-temannya highclass kayak Dwayne ma Nugie,”
"Haha. Kenapa minder?"
Bianca terus memijat kaki Haikal meskipun Haikal tidak memintanya.
Bianca, 33 tahun, adalah seorang janda yang sangat cantik. Dia menikah di usianya yang masih belasan tahun hingga tidak menamatkan sekolahnya, dengan seorang pengusaha kaya raya yang bernama Dimas Subrata. Dia diceraikan Dimas saat Haikal masih di dalam kandungannya. Sang suami mengira bahwa anak yang dikandung Bianca bukan anaknya karena terhasud keluarganya yang menghitung usia kandungan Bianca yang terlalu awal.
Bianca yang tidak tinggal diam mempelajari seluk beluk usia kehamilan. Dalam keadaan hamil dan berstatus janda, dia kerahkan seluruh pikiran dan tenaganya berfokus merebut haknya dan hak anaknya. Bianca geram, karena setelah resmi bercerai dari Dimas, Dimas langsung menikah dengan seorang perempuan yang dijodohkan oleh keluarganya.
Untunglah ada seorang pengacara yang baik hati yang bernama Nanik. Nanik pun menyarankan agar Bianca bersabar hingga anak yang dikandungnya lahir. Lalu kemudian Nanik membantunya melakukan tes DNA untuk membuktikan bahwa Haikal adalah anak kandung Dimas Subrata.
Haikal pun lahir dan Bianca yang kebingungan. Nanik bersama timnya bekerja keras mendapatkan data-data kejahatan yang dilakukan keluarga Dimas, yaitu membuat laporan palsu mengenai data Bianca agar tidak ada alasan pihak Dimas untuk mengakui Haikal.
Bersama Nanik, Bianca menuntut Dimas untuk melakukan tes DNA. Awalnya tentu Dimas keberatan, akan tetapi karena pihak Bianca terus mendesak dan mengancam bahwa pihak Dimas akan mengalami kerugian yang sangat besar jika tidak melakukan tes tersebut serta bukti-bukti kebohongan yang akan mereka bongkar, akhirnya Dimas mau melakukannya.
Bianca lega, Haikal adalah darah daging Dimas dan berhak menyandang nama Subrata di belakangnya dan hak-hak Haikal harus Dimas penuhi. Setelahnya, Dimas pun melunak. Dia bersedia memberi banyak uang kepada Bianca dengan syarat Bianca tidak boleh mengganggu hidupnya lagi. Bianca menerima kesepakatan Dimas karena uang yang diberikan sangat banyak baginya, tiga milyar.
Bianca pun tidak menyia-nyiakan uang tersebut, Dia manfaatkan untuk menjalankan bisnis pakaiannya.
Sepuluh tahun kemudian, Dimas meninggal karena sakit lambung akut. Karena tidak memiliki anak dari istri keduanya, Dimas pun melimpahkan seluruh hartanya kepada Haikal. Setelah ditelusuri, sakit Dimas disebabkan karena penyesalan yang dirasakan Dimas setelah mengetahui bahwa Haikal adalah anak kandungnya. Dimas menyesal karena terhasud keluarganya yang tidak menyukai Bianca. Dia sempat mencurahkan isi hatinya kepada Bianca dan ingin rujuk kembali, tapi Bianca menolaknya karena sudah terlanjur sakit hati.
Membuktikan kasih sayangnya kepada Haikal, Dimas membuat surat wasiat bahwa seluruh hartanya dilimpahkan kepada Haikal.
Tapi Bianca bukanlah perempuan tamak. Dia pun menyuruh keluarga Dimas memilih harta yang mana yang mereka mau beri. Seandainya mereka tidak mau menyerahkan pun tidak masalah baginya. Pihak Dimas yang tidak mau berurusan dengan hukum karena sebelumnya pernah dilaporkan terbukti melanggar hukum, akhirnya dengan berat hati menyerahkan seluruh harta Dimas kepada pihak Bianca.
Kini hidup Bianca bahagia dengan putra semata wayangnya, Haikal Hadi Subrata. Bianca tidak lagi berniat ingin menikah lagi, meskipun banyak pria yang sudah ingin melamarnya.
“Menurut Mama tetap santai kalo perasaan suka kita ditolak. Hm … kalo mau pacaran kenapa nggak sama Nori aja? Dia baik dan sopan lo,”
Haikal lirik sinis mamanya. “Ih, Nori suka ma Irfan, Ma,”
Bianca tergelak, menyadari kekonyolannya.
“Oh iya. Mama lupa … kamu dulu pernah cerita kalo Nori suka Irfan … tapi Irfan nggak suka Nori kan?”
Haikal yang cemberut mengangguk.
“Biasa tolak menolak dalam percintaan. Nanti juga ada masanya kamu ketemu pujaan hati yang nerima cinta kamu,” Bianca masih saja ingin menenangkan perasaan putra semata wayangnya.
Haikal hela napas panjang. Perasaannya cukup tenang dibujuk sang Mama tersayang.
***
Seminggu yang lalu adalah masa-masa indah Haikal. Masa-masa di mana Jessica yang tiba-tiba mendekatinya dan bersikap seperti orang jatuh cinta. Sepertinya apa yang diceritakan Nori mengenai Jessica benar, karena sejak Raymond menawarkan diri sebagai bagian kelompok Haikal, Jessica bersikap ramah kepadanya. Menurut Haikal perasaan Jessica terhadap Raymond belum bisa berubah.
Akhirnya Haikal pun mampu mengendalikan dirinya saat ngobrol-ngobrol dengan Jessica di kantin sekolah.
"Sorry, Haikal. Untuk saat ini gue nggak mau lu punya perasaan yang terlalu dalam sama diri gue," tolak Jessica. Beberapa hari lalu, Haikal menyatakan rasa sukanya kepada Jessica lewat pesan w******p. Sekarang Jessica menjawabnya.
"Okay. Nggak papa, Jess. Gue suka lu terus terang dan kasih jawaban ke gue sekarang. Jadi gue nggak perlu ngarep-ngarep,"
Jessica tatap wajah Haikal lamat-lamat. Ada perasaan sedih yang dia rasakan. Entah kenapa tidak pernah dia menolak cinta seorang cowok lalu merasa sedih. Sebelum-sebelumnya dia pasti merasa senang dan lega. Tapi kali ini, dia benar-benar merasa bersalah.
"Sorry, Kal," ucapnya lagi.
Haikal terkekeh. "Udah. Ngapain lu minta maaf lagi. Justru gue yang makasih sama lu. Udah lu deketin gue meski cuma beberapa hari, bagi gue itu saat-saat yang menyenangkan dalam hidup gue. Siapa sih yang nggak senang dideketin cewek secantik dan sepintar lu," ungkap Haikal. Pandai juga dia merayu. Padahal dia belum pernah pacaran, apalagi merayu cewek?
Jessica tersenyum manis. Haikal cepat-cepat mengalihkan pandangannya dari wajah Jessica yang penuh senyum itu, khawatir dia jadi susah melupakan Jessica.
"Lu kecewa dengan Raymond?" tanya Haikal tiba-tiba. Dia sudah tidak menghiraukan perasaannya terhadap Jessica sekarang.
Jessica tersenyum kecut. "Ah. Udah deh. Emang pada tau kan kalo gue suka dia. Denger-denger dia udah jadian. Tapi sebelnya malah pada nanyain gue, mereka ngira Raymond pacaran ama gue," keluhnya.
Haikal tertawa kecil. Dia memutuskan untuk tidak menyinggung perihal Raymond yang berpacaran dengan Beth, yang dia ketahui dari mulut Nori. Dia tidak ingin membuat perasaan Jessica sedih karena Jessica sendiri, sebagaimana cerita Nori, sudah mengetahui kabar tersebut.
"Dia mah gitu. Mau disebut misterius kali. Biar cool," ujar Haikal.
Jessica tersenyum tipis. "Kita sahabatan aja yuk, Kal," ucapnya tiba-tiba. Wajahnya terlihat memelas.
"Ya. Senyaman lu, Jess," tanggap Haikal santai. Dia tidak mau berharap lebih atau berandai-andai.
Tidak dapat Haikal pungkiri perasaan sedihnya ketika ditolak Jessica, walaupun sebenarnya dia sudah siap dengan penolakan. Tapi ada yang membuat perasaannya lega. Raymond ternyata tidak 'menyukai' Jessica dan malah sudah berpacaran dengan Bethany. Paling tidak masih ada secercah harapan untuk kembali 'berdekatan' dengan Jessica. Apalagi Jessica berkenan menjadi sahabat dekat.
Akhirnya dengan perasaan tenang dia pun tidak mempermasalahkan masuknya Raymond sebagai salah anggota kerja kelompok belajar dalam pelajaran Biologi.
Bersambung