Digantikan

1350 Kata
Syara tarik napasnya dalam-dalam, lalu kembali ia buang dengan perlahan. Seraya kembali Syara memberanikan diri mendongakan wajahnya, menatap wajah sang Mama yang hingga kini menatap begitu tajam kearahnya. Dengan perlahan Syara seka airmatanya, seraya ia kembali berusaha menyunggingkan senyuman manisnya kepada sang Mama. Syara pun mengangguk pasti. "Maaf ya, Ma. Iya, Syara, yang salah. Iya, Syara, yang telah melenyapkan nyawa, Papa. Iya, Syara, yang telah menjadi pemyebab tunggal semua ini terjadi. Maka, Syara, berjanji akan bertanggung jawab penuh mengenai hal ini, Ma. Syara janji akan berusaha sebaik mungkin untuk dapat menjadi seorang wanita mandiri yang tidak akan menyusahkan ataupun bermanja lagi kepada orangtua, Syara. Apapun itu yang Mama minta, Syara janji akan melakukannya dengan sebaik mungkin asalkan, Mama, masih mau menerima, Syara, dan bersedia untuk memaafkan semua kesalahan, Syara," Mama pun mengangguk setuju seraya ia kembali menatap sinis kearah Syara. "Baik, syukur jika kamu sadar diri. Cuma satu keinginan, Mama, saat ini. Adikmu, sekarang sudah menduduki kelas dua SMA. Dia harus tetap melanjutkan sekolahnya hingga ke perguruan tinggi nanti. Dan kamu, jika memang kamu masih ingin mengejar cita-citamu, kamu juga harus terus berusaha untuk melanjutkannya. "Papa, sudah gak ada, kita sudah kehilangan, Papa, karena kamu. Kita kehilangan segalanya, kehilangan tulang punggung keluarga. Maka, Mama minta untuk kamu menggantikan, Papa, sebagai tulang punggung keluarga kita. Kamu harus bisa mendapatkan pekerjaan yang baik untuk memenuhi kebutuhan kita. "Jika, Mama, masih muda, Mama, yang akan pergi. Tapi seusia Mamamu ini gak mudah untuk mendapatkan pekerjaan itu. Jadi, Mama, harap sama kamu untuk mengerti, dan jangan pernah membantah permintaan, Mama. Jika kamu masih ingin berada disini! Untuk memaafkanmu, itu gak mudah. Buktikan saja dulu kesungguhan kamu baru kamu boleh berharap maaf dari, Mama," jelas Mama panjang lebar. Syara pun turut mengangguk setuju dengan penuh keyakinan. Sebab baginya, bukan suatu hal yang sulit untuk bekerja keras menggantikan sang Papa. Sebab ia yakin, jika dirinya masih akan tetap menjadi seorang vokalis, dan ia dapat mencari tambahan uang dengan menjadi seorang asisten dosen seperti dulu. "Alhamdulillah jika, Mama, masih memberikan kesempatan untuk, Syara. Iya, Ma, Syara, janji akan semaksimal mungkin mencari uang untuk memenuhi kebutuhan kita. Syara, janji akan bekerja keras untuk hal itu. Dan Syara janji gak akan lagi mengecewakan, Mama. Kamu tenang aja ya, Rif. Insya Allah, Kakak akan mencari solusi terbaik untuk semua ini, " ucap Syara penuh keyakinan. Syarif hanya memutar bola matanya jengah tanpa sekali pun ia mengindahkan ucapa Syara. Sedangkan Mama ia mulai mendekatkan kursi rodanya kearah Syara, seraya kembali menatapnya begitu tajam. "Kita lihat saja nati. Mama, pegang omongan kamu, Syar. Dan, Mama, harap itu bukan hanya bualan semata! Rif, antar Mama kekamar," ucap Mama dengan tegas. Membuat Syara kembali merasa terintimidasi. "Iya, Ma." Jawab Syarif seraya ia dorong kursi rodaMama kembali kekamarnya. Syara masih saja bergeming ditempatnya dengan airmata yang terus mengalir. Tak pernah ia menyangka jika seorang Mama yang sebelumnya begitu hangat juga menyayanginya, kini begitu membenci juga marah kepadanya. Hal itu membuat Syara semakin berada difase putus asanya, juga mulai merasa tak mampu untuk melewati masalahnya yang pelik ini. Namun ia telah bertekad, jika malam ini ia akan pergi ke caffe tempatnya bersama bandnya bernyanyi. Ia ingin segera menemui mereka semua, dan segera kembali mencari pundi rupiah seperti sebelum-sebelumnya dari sana. Setelah Magrib Syara mulai bersiap untuk pergi ke caffe itu menaiki sebuah ojek online yang baru saja ia pesan. Sebelum berangkat, Syara hampiri sang Mama dikamarnya, yang tenyata masih saja menangis memandangi foto mendiang Papa. Hal itu cukup membuat rasa bersalah Syara kembali mendera, hingga kini kedua matanya mulai berkaca-kaca. 'Bismillahirrahmanirrahim. Semoga saja Mama gak marah sama aku. Dan aku bisa dapat ridha dari, Mama, agar mudah mendapatkan pekerjaan itu, Aaamiiin.' Gumam Syara dalam hati. "Ma.." panggil Syara seraya ia sentuh dengan lembut bahu sang Mama. Namun lagi-lagi dengan kasar Mama kembali menepiskannya, seraya kembali menatap tajam kearahnya. "Ngapain kamu kesini? Siapa yang mengijinkan kamu masuk?!" bentak Mama dengan latang. "Mm.. maaf, Ma. Aku kesini cuma mau pamit aja kok ke Mama. Aku kepengin pergi ke caffe ketemu sama teman-teman. Siapa tau aja mereka punya info lowongan kerja buat, Syara," ucap Syara gelagapan. Sebab ia benar-benar tengah merasa takut saat ini. "Pergi jika memang kamu ingin pergi! Mama, gak peduli, Syara! Pergi!!" bentaknya lagi yang menbuat Syara tak punya nyali untuk menyalaminya takdzim. "Assalamu'alaikum, Ma.." sehingga hanya ucapan salam yang dapat ia ungkapkan tuk mendapatkan ridha dari sang Mama. *** Terlihat ojek online yang ia pesan sudah menunggunya didepan rumah. Dengan segera Syara pun menaikinya. Selama diperjalanan, selalu saja ia teringat setiap perkataan kejam Mama dan Syarif kepadanya. Semua perkataan jahat itu seakan-akan terus saling bersautan ditelinga Syara. Membut airmata itu seketika menitih dari pelupuk matanya. Namun bersusah payah ia melupakannya dan kini kembali ia fokuskan dirinya hanya pada tujuannya. Agar ketika ia tiba disana, tak akan lagi terlihat sembab kedua matanya itu. Setibanya disana, dengan langkah pasti juga senyuman manisnya Syara memasuki caffe. Berharap jika nantinya ia akan kembali bergabung dengan mereka semua, juga mendapatkan sebuah kebahagiaan dari para sahabat yang memang selalu saja peduli dan bersikap baik padanya. Namun ketika Syara berada tepat dihadapan panggungnya. Senyuman manis itu sirna seketika, bersamaan dengan saat ia dapati seorang wanita cantik yang tengah bernyanyi dengan merdunya, menggantikan dirinya dengan sebuah lagu yang biasa ia bawakan. Dion, yakni seorang drummer dari bandnya seketika menghentikan permainannya ketika ia mendapati seorang Syara disana. Melihat Syara yang tengah mematung dengan kedua bola mata yang berkaca, juga mulut yang sedikit terbuka. Hingga dengan segera Dion mengajak para temannya yang lain untuk menghampiri Syara. Meninggalkan sejenak, seorang vokalis baru yang masih berada diposisinya. Nadila yakni seorang pianis dari bandnya pun memberinya sebuah pelukan hangat sebab ia tak menyangka jika benar seorang Syara yang tengah berdiri disana. "Syaraaaa.. ini beneran lo? My God, Syar.. it's like a dream.. welcome Syar.. kita semua kangen bangeeet sama lo.. lo beneran udah mulai pulih kan sekarang?" ucap Nadila penuh kebahagiaan. Seketika Syara pun berusaha untuk menyunggingkan senyuman manisnya kembali seraya ia balas pelukan Nadila . "Alhamdulillah kondisi gue sekarang sudah berangsur membaik. Gue juga kangeeen banget kok sama kalian semua. Thanks ya bye the way. Gue dengar dari suster-suster yang rawat gue disana, kalau kalian itu sering jengukin gue. Thank you so much ones again. "Sama-sma, Syar. Kan memang sudah tugas kita sebagai seorang sahabat untuk selalu saling suport dan bantu," jawab Dion seraya ia menepuk-nepuk pelan bahu Syara. Syara pun mengangguk setuju seraya ia lepaskan pelukannya dengan perlahan. "Guys, sorry gue mau tanya. Perempuan yang disana itu siapa ya? Apa gue memang sudah bukan member Titanium band lagi?" tanya Syara yang seketika membuat ketiganya menatap sendu kearah Syara yang terlihat dari pancaran matanya jika ia tengah begitu kecewa. Dengan segera Nadila pun merangkul bahu Syara seraya ia tersenyum begitu manis padanya. "Syar, mending kita duduk dibangku sana dulu deh ya. Biar kita jelaskan segalanya disana. Biar gak ada kesalah pahaman disini, okkay," ajak Nadila dan Syara pun mengangguk setuju. Nadila pegang satu tangan Syara seraya ia menatapnya nanar. "I'm so sorry before, Syar. Sebelumnya kita udah datangin lo kerumah sakit dan kerumah untuk ijin ke keluarga lo mengenai hal ini. Dan mereka menyetujuinya. Gue kira, Syarif udah ceritain semuanya ke lo, Syar. "Jadi sebenarnya memang kita cari pengganti lo, minggu kemarin. Karena gak ada sedikit pun perkembangan dari lo, yang signifikan. Sedangkan band kita udah diujung tanduk kebangkrutan karena cukup lama fakum. Dan pada akhirnya, kita rekrut Yola, yang kualitas suaranya juga cukup bagus, sebagai pengganti lo. "Sorry banget karena sekarang kita sudah minta dia jadi vokalis tetap Titanium band, karena kita sudah hutang banyak sama dia yang udah modalin kita cukup banyak, Syar. Sekali lagi kita minta maaf, ya. Kita tahu banget kalau kita rintis semuanya dari nol itu sma lo, but keadaannya terlalu menjepit dan kita gak punya pilihan, Syar. "I swear, cukup lama kita bertahan tunggu kesadaran lo. Tapi itu tadi, lo gak sedikit pun kasih kita, kepastian atau tanda kalau lo memang bakalan segera sadar. I'm so sorry to hear that, Syar" setiap penjelasan Nadila memang begitu melukai hati dan perasaan Syara. Namun kini ia memang tak sedikit pun memiliki daya atau pun wewenang untuk marah kepada mereka. *** To be continue
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN