Lintang terbangun paginya setelah dia pingsan ketika Bramasta memp3rkos4nya berjam-jam. Tubuhnya remuk bagai tidak bersisa. Bercak darah ada di berbagai area seprei. Melirik ke samping, ada Bramasta di sampingnya, masih tertidur dan mendengkur. Berbekal sedikit tenaga yang masih ada, Lintang pun mulai perlahan turun dari kasur, berjalan tertatih menahan sakit di bagian selatan dia, ia masuk ke kamar mandi yang menyatu dengan kamar. "Asshhhh!" Lintang menjerit tertahan ketika air menyentuh daerah intim dia, bagai disengat bara api, sangat pedih, nyeri, dan sakit. Mengatupkan geraham kuat-kuat dan menautkan kedua alis, ia duduk di toilet sambil menyiram bagian intim dia di sana. Karena begitu pedih, matapun menutup erat-erat dengan suara tertahan. Sungguh sebuah perjuangan membilas di