Renata terkejut dengan kedatangan suaminya yang mendadak dan lebih cepat dari jadwal seharusnya. Dia langsung menghampiri Gemilang dengan senyum yang dipaksakan, meski bibirnya masih tampak begitu pucat saat ini.
“Kamu pulang lebih cepat dari yang seharusnya, Mas?” tanya Renata dengan lembut saat menghampiri suaminya itu.
“Nggak usah mengalihkan pembicaraan! Tadi ... kamu bilang aku mandul?” tanya Gemilang dengan suara bas yang langsung menghadirkan rasa takut dan ngeri dalam diri Renata.
“Aku nggak bilang gitu, Mas. Aku hanya membela diri karena mama nggak menghina aku karena aku belum bisa punya anak selama lima tahun pernikahan kita,” jawab Renata pula dengan tertunduk.
“Menghina? Di mana letaknya mama menghina kamu dengan kata-kata seperti itu? Semua itu memang benar! Kamu belum hamil juga setelah lima tahun menikah denganku,” ungkap Gemilang yang justru membuat d**a Renata menjadi sesak menahan rasa sedih dan sakit hatinya.
“Mas! Kamu kan liat sendiri hasil pemeriksaan aku saat itu. Rahimku sangat subur dan aku sehat secara keseluruhan,” jelas Renata dengan suara bergetar.
“Lalu, kalau kamu sehat dan subur, aku yang sakit dan nggak subur? Gitu kan maksud ucapan kamu tadi?” tanya Gemilang yang kembali melayangkan tuduhan itu kepada Renata.
“Aku nggak ada maksud dan nggak berniat sama sekali bicara seperti itu, Mas!” bantah Renata keras.
“Halah! Kamu tuh memang perempuan yang paling banyak drama selama ini, Renata. Mungkin ... selama ini aku terlalu diam dan memanjakan kamu banget! Jadinya nggak sadar diri dan ngelunjak seperti ini,” ucap Gemilang menahan rasa marah dan emosinya saat ini.
Mayang dan Deby saling berpandangan dengan senyum lebar yang tentu saja mereka merasa puas mendengar dan melihat langsung pertunjukan itu. Mayang dan Deby memang sudah lama mencari celah untuk membuat Renata dimarahi habis-habisan oleh Gemilang seperti saat ini. Selama ini Gemilang selalu lunak dan tidak banyak bicara tentang hal-hal yang berkaitan dengan Renata.
“Tega banget kamu ngomong seperti itu sama aku, Mas!” seru Renata tak percaya dan membuatnya semakin merasa lemas. Kepalanya pusing dan dalam hitungan detik pandangannya menjadi gelap.
Renata tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya setelah detik itu lagi. Saat dia membuka matanya, samar-samar terlihat atap kamar yang biasa ditatapnya saat akan tidur pada malam hari. Renata yakin bahwa suaminya lah yang membawa dirinya ke kamar tidur mereka itu.
“Mas ...,” panggil Renata dengan suara serak.
Tidak ada jawaban sama sekali dari orang yang dipanggil oleh Renata saat ini. Setelah dia mengedarkan pandangannya, ternyata Renata hanya seorang diri berada di dalam kamar tidurnya. Tidak ada siapapun di sana yang menemani dirinya, termasuk sang suami yang begitu dicintainya itu.
“Di mana kamu, Mas?” tanya Renata dengan suara yang sangat lirih.
Setelah merasa sedikit kuat, Renata berusaha turun dari ranjangnya dan mencari keberadaan Gemilang. Belum ada koper yang dibawa Gemilang pergi ke Singapore kemarin di dalam kamar tidur mereka. Itu artinya, Gemilang tidak ada di kamar mandi atau di sudut mana pun di dalam kamar mereka saat ini. Jadi, perlahan Renata mencoba untuk mencari suaminya keluar kamar.
Pandangan Renata belum sepenuhnya jelas setelah jatuh pingsan tadi. Selain ingin mencari keberadaan Gemilang, dia juga ingin mengambil minum. Sepertinya, tidak satu pun dari orang yang berbicara dengannya sebelum pingsan tadi memberikan air putih. Bibir dan tenggorokannya saat ini terasa sangat kering dan juga serak.
“Mas Gemilang belum naikkin kopernya dan masukkin ke kamar?” tanya Renata dengan kening berkerut.
Renata memutuskan untuk keluar dari kamar dengan jalan meraba-raba di dinding karena kondisinya yang memang masih sangat lema. Dia ingin mencari Gemilang dan meminta untuk diantarkan ke rumah sakit. Renata merasa bahwa sakitnya bukan sekedar sakit biasa, seperti ada hal yang memang sudah mereka tunggu selama ini datang menghampirinya.
Sementara itu di ruang tengah tepat di bawah anak tangga, Mayang dan Deby duduk berhadapan dengan Gemilang dan juga seorang gadis cantik dan tampak sangat elegan. Gadis itu duduk sangat dekat dengan Gemilang seperti memang sudah sangat akrab sejak lama.
“Jadi, kamu udah kenal sama Gemilang lama, ya Cherry?” tanya Deby dengan ramah pada gadis di sebelah abangnya itu.
“Iya. Sebenarnya udah beberapa tahun belakangan juga, tapi aku selalu takut diajak main ke sini,” jawab gadis yang dipanggil Cherry itu dengan malu-malu.
“Kenapa harus takut, Nak? Nggak apa-apa kok kalau memang Gemilang ngajakin kamu main ke sini sering-sering. Tante dan Deby pasti menerima kamu dengan senang hati di rumah,” ungkap Mayang pula dengan senang hati kepada Cherry.
“Ya ... itu kan karena mas Gemilang sendiri udah punya ... istri, Tante. Aku nggak mau dianggap sebagai perusak rumah tangga orang lain,” ungkap Cherry terdengar begitu ragu dan takut.
“Ya ampun, Nak. Jangan gitu, dong. Nggak perlu merasa seperti itu dan apa salahnya kalau memang Gemilang udah nikah? Toh, Gemilang nggak pernah serius dan cinta sama istrinya itu. Iya kan, Gem?”
Mayang sengaja melempar pertanyaan itu kepada Gemilang saat dia sedang berbicara dengan Cherry. Tidak lupa, wanita setengah abad itu memberikan kode kepada Gemilang untuk mengikuti alur yang sudah dimainkannya saat ini. Tentu saja Gemilang paham dan cepat menguasai situasi saat ini. Dia mengerti dengan kode yang diberikan oleh Mayang kepadanya itu dengan sangat cepat.
“Iya, Ma. Aku ... sebenarnya sama dia juga nggak pernah serius. Apalagi, dia nggak bisa kasih aku anak,” jawab Gemilang yang mana kata-katanya itu langsung dia tujukan kepada Cherry di sampingnya.
Cherry yang mendengar jawaban dari Gemilang itu pun tak kuasa menatap wajah lelaki itu dengan tatapan yang bahagia. Dia tidak mengira tentunya bahwa jawaban dari Gemilang akan sekuat itu untuk membuat posisinya tidak berada di jalur yang salah atau disalahkan.
“Tuh kan benar yang Tante bilang. Jadi, kamu nggak perlu takut atau sungkan kalau mau main ke sini lagi nanti-nanti, ya.” Mayang kembali berkata dengan sangat ramah kepada Cherry.
“Makasih banget, Tante. Aku nggak nyangka akan diterima dengan baik di dalam keluarga Tante ini. Padahal, aku dan mas Gilang juga hanya berteman dekat biasa,” ungkap Cherry dan tertunduk malu di depan semua orang.
“Kalau dekat dan memang serius juga nggak masalah, Sayang. Tante justru berharap kalau kamu bisa jadi istri Gemilang,” ucap Mayang tanpa diduga oleh Cherry saat ini.
“Maksud, Tante? Apa aku akan jadi istri kedua?” tanya Cherry lagi dengan ekspresi terkejut.
“Nggak, dong Cherry sayang. Aku udah memutuskan hal ini sejak lama dan sepertinya ... aku akan menceraikan istriku. Aku udah muak hidup dengan dia dan pernikahan kami juga nggak perlu dipertahankan lagi. Aku ingin menikahi kamu dan menjadikan kamu satu-satunya istri dalam hidupku,” ungkap Gemilang menyela jawaban yang akan diberikan oleh Mayang untuk Cherry.
Di tengah anak tangga, saat ini Renata mendengar dengan jelas ucapan yang baru saja keluar dari mulut Gemilang. Air matanya jatuh tanpa bisa dicegah atau ditahan lagi. Renata seakan tidak percaya bahwa semua kata tadi keluar dari mulut Gemilang.
“Jadi ... kamu memang ingin berpisah denganku setelah kamu menjadi sukses seperti sekarang, Mas?” tanya Renata dalam hatinya yang sedang terluka dalam.