Semalaman Kaila sudah mencari lowongan pekerjaan di tempat lain, karena setelah dipikir lagi ia takut dengan apa yang akan terjadi nantinya setelah ia terikat kontrak dengan pria itu. Tapi, walau pun ia menghabiskan waktu semalam suntuk untuk mencarinya pun, Kaila tetap tidak dapat menemukan pekerjaan dengan mudah, terlebih ia masih berijazah SMA. Kuliahnya selama dua tahun di UI sia – sia, tentu saja, ia kan belum lulus, apalagi mendapatkan ijazah, perjalanannya masih panjang untuk meraih gelar.
Jadi saat ada seseorang yang mengetuk pintunya dengan sebuah berkas di tangan, jantung Kaila terlonjak, akhirnya ia sudah tidak dapat menghindar lagi. Pria bertubuh pendek dan sedikit gemuk itu masuk untuk menjelaskan maksud dari kontrak tersebut. Isinya sama persis dengan yang di jelaskan Jagad kemarin. Hanya saja dalam bahasa yang lebih baku dan tertulis di atas kertas lengkap dengan materai. Kaila dengan berat hati menandatangani kertas itu.
Di dalam kontrak itu tertera jumlah yang bisa Keila dapatkan perbulan, di sana tertulis mungkin Jagad akan mengunjunginya satu kali dalam seminggu, jadi untuk empat kali kunjungan ia akan di bayar sekitar empat puluh juta. Dan jika Kaila hitung sendiri, itu artinya harga dirinya hanya setara dengan uang sepuluh juta rupiah. Ia tersenyum dengan miris melihat kontrak itu. Tapi itu justru uang dengan jumlah terbesar yang bisa ia dapatkan untuk membantu orangtuanya. Di bandingkan harus bekerja di sebuah kafe atau restoran sebagai pelayan, dia hanya akan mendapat tidak lebih dari lima juta untuk satu bulan, itu pun jika ia beruntung dan ada yang mau menerimanya sebagai pekerja di tempat mereka.
Tidak lama setelah orang itu pergi, Kaila mendapat pesan teks. Awalnya ia mengerutkan kening karena ia benar-benar mendapatkan pesan teks, bukan chat w******p atau line seperti yang biasanya anak-anak muda jaman sekarang gunakan.
081112244335 : Malam ini datang ke apartemenku, bawa semua barang yang kamu butuhkan.
Tanpa orang itu beritahu di pesan pun, Kaila tahu bahwa Jagad yang mengirimkan pesan tersebut. Sebelum pengacara Jagad pergi, pria itu memberikan sebuah alamat yang tertulis di belakang kartu nama untuk Keila, lengkap dengan satu set kunci. Dia bilang, itu adalah alamat apartemen Jagad. Yang artinya, kesanalah ia harus pergi malam ini untuk menjual jiwanya terhadap iblis m***m itu.
Dengan kesal ia menyimpan nomor orang itu dengan nama ‘Om m***m’. Apalagi kalau bukan itu? Iblis terdengar terlalu jahat baginya. Karena umurnya sudah cocok untuk Kaila panggil Om, di tambah lagi pria itu bisa dikatakan ‘membeli’ dirinya dengan uang hanya untuk memuaskan nafsu mesumnya. Tidak ada nama yang lebih cocok daripada ‘Om m***m’.
Kaila membalas singkat pada pria itu, lalu menghela napas karena ini adalah hari terakhirnya menjadi wanita yang bebas. Ia yakin, setelah ini kehidupan sosialnya akan terbatasi karena pria itu. Kaila mengikuti perintah Jagad untuk mengemas semua keperluan yang ia akan butuhkan selama di sana. Tidak banyak yang bisa ia bawa, mengingat kopernya tidak terlalu besar. Ia hanya membawa beberapa pakaian, cukup untuk kurang lebih dua minggu, itupun kalau pria itu membutuhkannya selama itu, lalu keperluan pribadi lainnya.
*
Kaila sudah berada di apartemen itu sejak setengah jam yang lalu. Tapi Jagad tidak ada di sana. Apartemen itu hanya memiliki satu kamar namun interior desainnya lumayan mewah. Kaila bingung untuk memindahkan barang – barangnya itu, ia tidak tahu apakah ia harus mengeluarkan dan menata barang – barangnya atau ia biarkan saja tersimpan di dalam koper sehingga jika waktunya tiba dan pria itu bosan dengannya, ia bisa langsung pergi dari sana tanpa repot mengemas barang – barangnya kembali.
Tapi apakah ia akan mengharapkan pria itu bosan padanya dengan cepat atau justru ia ingin mengambil hati pria itu agar mempertahankannya? Karena semakin lama pria itu bersamanya maka semakin banyak pula uang yang akan ia hasilkan dan bisa ia berikan pada orangtuanya. Entahlah, ia bahkan belum memulai pekerjaan hina ini. lebih baik ia pikirkan setelah mencobanya nanti.
Setelah menghabiskan waktu untuk mandi dan menggunakan piyamanya, Kaila menonton saluran tv hingga mengantuk. Pada saat itulah ia mendengar suara pintu terbuka, membuat matanya membuka sepenuhnya. Ia melihat Jagad dengan kemeja yang dilipat hingga siku dan dua kancing teratas yang sudah di buka hingga bulu – bulu di dadanya sedikit terlihat. Pria itu tampak muram, wajahnya kusut dan kesal. Belum apa – apa, pria itu sudah kesal padanya.
“Udah lama?” Tanya Jagad setelah memasuki ruang tv. Pria itu mengeluarkan semua isi di kantong celananya lalu duduk di samping Kaila.
“Udah dua jam yang lalu, mas.” Kaila menjawab dengan tanggap. Ia kira pria itu tidak akan bertanya padanya mengingat suasana hatinya yang terlihat tidak bagus hari ini. eh, tapi kan Kaila belum tahu suasana hati pria itu biasanya seperti apa. bisa saja perangainya memang buruk dan selalu seperti itu setiap harinya.
Pria itu memperhatikan Kaila hingga wanita itu salah tingkah. Yang semula ia duduk bersandar, kini Kaila menegakkan punggungnya. “Hm, mau minum mas?” Tanya Kaila membuyarkan fokus Jagad pada dirinya. Alih – alih menjawab, pria itu malah bertanya pada Kaila. “Kenapa kamu pake baju tidur? Kamu tahu maksud aku dateng kesini untuk apa, kan?”
Kaila bingung sendiri menanggapi pertanyaan Jagad. “Eh, iya, tapi emangnya kenapa mas kalo aku pake baju ini?” Kaila tidak merasa ada yang salah dengan pakaiannya, ia selalu memakai pakaian tidur di malam hari. Apa anehnya?
Kernyit di dahi Jagad terlihat saat Kaila bertanya seperti itu. “Ya udah, aku mandi dulu.” Pria itu menolak menjawab pertanyaan Kaila dan mengacuhkannya.
“Iya, mas.”
Sepeninggalan Jagad ke dalam kamar, Kaila menghela napas lega. “Bisa mati muda gue kalo tiap hari harus berhadapan sama cowok itu.” Bisiknya pada diri sendiri. Kharisma pria itu persis seperti dosen mengintimidasi mahasiswanya. Sehingga mampu membuat Kaila menahan napas di saat menatap matanya atau bahkan menjawab pertanyaan sepele yang dilontarkan pria itu. padahal tidak ada yang salah dengan interaksi yang di buat oleh pria itu, dirinya saja yang tidak siap berbicara dan menatap matanya. Berdekatan dengan pria asing itu memberikan sensasi aneh pada tubuhnya, ia takut dan juga penasaran di saat yang bersamaan.
Setelah sekitar sepuluh menit Jagad meninggalkannya untuk mandi, Kaila merasa seperti di rumah sendiri saat ia menyiapkan teh untuk pria itu, padahal ia tidak tahu apa yang Jagad ingin minum setelah mandi. Apa mungkin pria itu ingin kopi? Ah, ia tanya saja sendiri.
Kaila masuk ke dalam satu – satunya kamar yang ada di sana. Pria itu pasti belum selesai mandi jadi ia hanya akan bertanya di depan pintu kamar mandi. Tapi kemudian ia tahu dirinya bodoh karena perkiraannya salah. Sesaat sebelum Kaila mengetuk pintu kamar mandi, pria itu keluar dengan uap air hangat mengepul di belakangnya, bekas ia mandi.
Tadi saat Kaila pertama kali menginjakkan kaki di apartemen ini, Kaila sudah memeriksa semua sudut di seluruh ruangan untuk memeriksa apakah ada kamera tersembunyi yang terpasang atau tidak. Ia tidak ingin mengambil risiko. Pria itu bekerja di bidang perfilman, siapa tahu dia juga memproduksi film porno dan diam – diam merekam adegan ranjang dirinya dengan Kaila nanti. Dalam hati ia berdoa untuk dihindarkan dari hal menjijikan seperti itu. tapi, apa doanya akan dikabulkan jika niatnya datang kesini saja sudah tidak baik?
Saat memeriksa ruangan itu, Kaila menemukan banyak barang pria tersimpan di sana. dari mulai peralatan mandi hingga baju ganti di dalam lemari yang sebagiaan isinya masih kosong. menandakan bahwa pria itu memang akan berkunjung ke tempat itu.
Saat ini hidung Kaila berhadapan dengan d**a bidang Jagad yang masih basah dan harum maskulin, membuat hidung Kaila menggelitik. Degup jantung Kaila berdetak dengan kencang. Mulutnya tiba – tiba terasa kering, sehingga tidak mampu untuk bertanya apakah pria itu menginginkan secangkir teh atau kopi. Jagad memegang pinggang Kaila dan menunduk untuk berbicara di lehernya, “Aku masih belum selesai, kamu sudah tidak sabar ya?” Pria itu jelas menggodanya karena Kaila dapat merasakan Jagad sedikit mengehmbuskan udara di telinganya. Kaila bisa merasakan tangan Jagad yang kuat dan masih basah mencengkram pinggangnya dan berjalan lebih jauh ke bagian bokongnya.
“Maaf mas, aku.. Tadi Cuma.. mau hm.. itu..” Kaila terbata – bata, menyelesaikan kalimatnya pun ia tidak mampu. Jagad tertawa geli melihatnya, ia tidak pernah melihat wanita seperti Kaila yang dengan mudahnya tersipu dan gugup hanya karena godaan kecil seperti tadi. di sisi lain Jagad melihat sorot keberanian di mata gadis itu tapi lebih sering ia melihat Kaila tersipu malu saat sedang berbicara dengannya. Hingga membuat Jagad ingin menggodanya lebih lama.
Pria itu menurunkan matanya menjelajahi tubuh Kaila, sedangkan wanita itu sedang berdiri tidak nyaman di sana. Tapi, ia juga tidak dapat bergerak kemana pun karena pinggangnya masih di tahan oleh cengkraman tangan Jagad.
“Kamu mau menggodaku dengan pakaian tidur, Kai, yang benar aja?” Kaila baru pertama kali mendengar pria itu memanggilnya ‘Kai’. Pria itu mengatakan itu dengan nada geli dan masih tidak habis pikir. Mengapa ada seorang wanita yang tahu bahwa dirinya akan berhubungan badan tetapi malah memilih kostum baju tidur berwara merah muda dan bercorak kelinci dengan telinga panjang yang menjuntai itu.
Kaila tidak memikirkan baju apa yang pantas untuk menggoda seorang pria, lagi pula ia tidak punya baju yang cocok untuk itu. Jika ia harus membelinya, sudah jelas Kaila tidak mau. Untuk apa, toh nanti pun pria ini akan melepaskan bajunya.