PART. 7 MAAFKAN MITHA

960 Kata
Mitha segera turun dari atas pangkuan Yudhis, diseka bibirnya yang basah bekas ciuman. Yudhis sendiri terlonjak berdiri dari duduknya. Yuki maju mendekati mereka, satu tamparan keras melayang dan mengenai salah satu pipi Yudhis. Mitha menarik lengan Yudhis, ia berdiri di depan Yudhis, siap untuk menerima tamparan Yuki. Tangan Yuki yang sudah terangkat, lunglai seketika. Yuda memeluk tubuh Yuki, di dudukan istrinya di sofa. "Bang Yudhis tidak salah, Mommy. Mitha yang salah, Mitha yang minta Bang Yudhis untuk mengajari Mitha ciuman. Maafkan Mitha kalau sudah membuat Mommy marah, tapi Mommy tidak boleh marah sama Bang Yudhis. Ini salah Mitha, Mitha minta maaf" Mitha berlutut di hadapan Yuki, kedua telapak tangannya memegang lutut Yuki, lalu kepalanya ia letakan di atas kedua punggung tangannya. Air matanya membasahi tangan dan pakaian Yuki, Mitha bukan lagi terisak tapi sudah pecah tangisnya. "Mommy boleh pukul Mitha, boleh tampar Mitha, boleh maki Mitha, Mitha pantas untuk menerima semuanya. Karena ini salah Mitha, bukan salah Bang Yudhis" ujarnya dengan terbata-bata. Yudhis mematung di tempatnya, ia tidak menyangka kalau Mitha akan membelanya di hadapan kedua orang tuanya. "Sudah sayang, sekarang Mitha masuk ke kamar ya, Daddy dan Mommy ingin bicara dengan Bang Yudhis dulu" Yuda mengangkat bahu Mitha, agar Mitha berdiri dari berlututnya. Mitha bangun dari berlututnya, Yuda memeluk bahu mugil itu lembut, lalu dibimbingnya Mitha menuju kamar tempat di mana Mitha menginap. "Sekarang Mitha tidur ya" "Tapi Mommy marah, Daddy. Tolong jangan biarkan Mommy pukul Bang Yudhis ya Daddy. Kalau Mommy ingin marah, marah saja sama Mitha" ucap Mitha disela isakannya. "Iya, Daddy janji tidak akan membiarkan mommy pukul bang Yudhis lagi. Sekarang Mitha tidur ya sayang" bujuk Yuda. Mitha naik ke atas ranjang, Yuda menyelimutinya. "Jagain bang Yudhis ya Daddy" "Iya sayang" "Janji ya Daddy" "Iya sayang. Tidurlah, besok masih ada ujiankan?" "Heum" "Daddy ke luar dulu ya" "Iya Daddy" "Selamat malam, Mitha" "Selamat malam, Daddy" Yuda ke luar dari kamar Mitha, ia menemui istri dan putranya yang masih berada di ruang tengah. Yudhis tampak berlutut meminta ampun di hadapan Yuki. "Abang khilaf, Mommy. Tolong maafkan aku" Yudhis menggenggam jemari Mommynya dengan erat. "Mommy kecewa, Mommy tidak pernah menduga kalau kepercayaan yang diberikan, bisa disalah gunakan. Bagaimana ingin jadi kepala rumah tangga yang baik, jadi ayah yang baik, kalau diberi amanah begini saja Abang sudah khilaf" ujar Yuki sembari terisak. "Maafkan Abang, Mom." Hanya itu yang bisa dikatakan Yudhis, ia tidak mampu lagi berkata-kata. "Daddy tidak tahu harus bicara apa Bang. Jujur, Daddy juga kecewa. Kenapa ini semua bisa terjadi, andaipun benar Mitha yang memulai, harusnya Abang bisa menahan diri. Dia masih polos, masih labil, kadang belum tahu apa yang dilakukannya benar atau salah. Abang yang harus membimbingnya, mengarahkannya. Jangan justru mengikuti kesalahannya, ini salah Bang, salah" ucap Yuda dengan nada lembut namun terdengar tegas. "Maafkan aku Daddy, aku benar-benar khilaf, aku..." "Momm, Daddy!" Panggilan Mitha membuat ucapan Yudhis terputus, kepala semuanya menoleh ke arah asal suara. Mitha berjalan mendekati mereka dengan menjinjing tas miliknya. Yudhis berdiri dari berlututnya, Yudha pun ikut berdiri juga, hanya Yuki yang masih pada posisinya. "Mitha ingin pulang saja, Mitha sudah membuat keributan di sini. Maafkan Mitha, Mitha janji tidak akan pernah datang lagi ke sini. Mitha janji tidak akan melukai hati Mommy dan Daddy lagi. Mitha yang salah, bukan Abang Yudhis. Maafkan Mitha, Bang. Karena Mitha, Abang jadi kena tampar Mommy. Mitha janji tidak akan menemui Abang lagi, Mitha mengucapkan terimakasih atas kebaikan semuanya selama ini. Biar nanti Mitha yang menceritakan semuanya pada Papi dan Mami. Mitha permisi, assalamuallaikum" Mitha membawa tasnya yang cukup besar menuju pintu depan. Tiga orang itu menatapnya, rasa kaget membuat tidak ada satupun dari mereka yang bergerak atau bicara. Sesaat kemudia, Yudhis bergerak ingin mengejar Mitha, tapi tangan Yuki mencengkeram lengan Yudhis. Yudhis menatap mommynya seakan memohon ijin untuk mengantarkan Mitha pulang. Yuki menggelengkan kepalanya, Yuda yang memahami situasi segera angkat bicara. "Biar Daddy yang mengantarnya pulang" ujar Yudha. Yudhis terdiam di tempatnya, Yuki masih mencengkeram lengan putranya. "Katakan pada Mommy, bagaimana perasaanmu terhadapnya, Yudhistira!" Ujar Yuki tajam, didongakan wajahnya untuk menatap wajah putranya. Yudhis menundukan kepalanya, tatapan tajam mommynya serasa menusuk sampai ke dasar hatinya. "Aku menyayanginya Mommy. Aku, aku rasa aku sudah jatuh cinta padanya" jawab Yudhis terbata. "Lalu kamu memanfaatkan kepolosannya, begitu? Dia itu belum mengerti cinta, Yudhistira. Dia masih terlalu muda" "Dia hampir 18 tahun, Mommy. Dulu, Mommy..." "Kita tidak sedang membicarakan tentang mommy, tapi tentang Mitha. Jangan temui dia lagi, dia terlalu muda untukmu, dia juga pasti masih ingin melanjutkan pendidikannya. Jangan buat mimpinya hancur karena ulahmu!" Yuki bangkit dari duduknya, lalu menaiki tangga menuju kamarnya. Sementara itu Mitha sudah sampai di rumahnya, dengan diantarkan oleh Yudha. Bik Denok yang membukakan pintu cukup kaget dibuatnya. Mitha beralasan, ia pulang karena kangen dengan kamarnya. "Langsung tidur ya Sayang. Jangan terlalu dipikirkan kemarahan Mommy tadi ya." "Iya Daddy, terimakasih. Sekali lagi maafkan Mitha, sampaikan maaf Mitha pada mommy dan abang. Mitha sayang daddy, sayang mommy, sayang abang" "Kami juga menyayangimu, jangan menangis lagi ya" Yudha menghapus air mata di pipi Mitha, Mitha memeluk Yudha dan menangis di d**a Yudha. Yudha membiarkan Mitha menghabiskan tangisnya, diusapnya lembut punggung Mitha. Mitha mengangkat kepalanya dari d**a Yudha. "Maaf ya Daddy, kemeja Daddy jadi basah" "Tidak apa, sekarang masuk ke kamarmu, dan langsung tidur, oke!" "Iyees, Daddy" "Daddy pulang ya, assalamuallaikum" Mitha mencium punggung tangan Yudha. "Walaikum salam" Yudha meninggalkan rumah Mitha, Mitha menatap punggung Yudha hingga Yudha menghilang dari pandangannya. "Mitha kenapa, sayang?" Tanya Bik Denok yang bisa merasakan telah terjadi sesuatu, sehingga Mitha yang ceria bisa sampai menangis sesunggukan di dalam pelukan Yudha. Mitha memeluk Bik Denok, ia menangis lagi dalam pelukan Bik Denok. Mitha sungguh merasa sangat bersalah atas apa yang terjadi. Ia malu pada dirinya sendiri, ia malu pada Yudhis dan keluarganya, ia tidak tahu bagaimana harus menjelaskan semuanya pada kedua orang tuanya. Saat ini yang bisa ia lakukan hanya menangis dan menangis saja. BERSAMBUNG
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN