Aliran waktu terus berjalan begitu saja. Matahari turut menjalan beriringan, benda bersinar itu merambat mengikuti alur takdir yang sudah dibuat bersamaan dengan waktu. Mereka berjalan seiringan layaknya sahabat untuk anugerah kehidupan. Dan makhluk yang yang berada dibawah mereka hanya harus tunduk menerima, seperti makhluk di dunia Mitologi.
Saat hampir menjelang sore, Saka, Neil dan Kimi masih berenang di danau yang luas di hutan dunia Mitologi. Danau Bora-bora memang tidak terlalu luas, tapi tetap saja membutuhkan waktu untuk menyeberanginya. Apalagi makhluk di dalamnya terkenal ganas. Kedalaman dan kejernihan danau Bora-bora merupakan tempat makhluk air tumbuh dengan sangat baik. Terutama ikan. Meski mereka bukan makhluk yang bisa berubah menjadi manusia tetapi mereka dapat tumbuh besar melebihi ukuran beruang. Mereka bahkan menjadi tingkatan pertama pada rantai makanan di ekosistem danau. Andai beast yang melewati danau Bora-bora bukan Saka, Kimi dan Neil, beast itu pasti menjadi santapan makhluk air danau Bora-bora.
Ikan yang ditangkap Saka adalah contoh salah satu ikan yang tumbuh besar dan predator di puncak rantai makanan itu. Sayangnya si ikan tidak bernasib baik karena memprovokasi beast kuat pemakan daging. Kini dia berada dipunggung Neil--tewas karena pukulan tiga beast yang sudah ia provokasi.
Tidak ada hambatan lagi yang ditemui Saka dan gengnya. Mungkin saja makhluk yang menjadi teman-teman si ikan melihat nasib yang dialami si ikan. Alhasil mereka bertiga menyeberang tanpa ada makhluk air lain yang berani mendekat. Para ikan memutuskan untuk berburu mangsa di lain waktu, karena saat ini giliran mereka yang menjadi mangsa.
Jika para ikan sedang bersembunyi karena ketakutan, maka beda halnya dengan kelompok Saka. Mereka tersenyum lebar melihat tangkapan untuk Sakira.
"Sakira akan senang, dia pasti suka makan ikan besar ini, " ucap Kimi.
"Aku tidak perlu memancing lagi untuk makan Sakira, setidaknya sampai besok, " ujar Saka. Dia seakan membanggakan diri karena menjadi satu-satunya beast yang tinggal seatap dengan Sakira. Ucapannya dijawab dengusan Neil dan Kimi.
Beberapa saat kemudian kuil Naga sudah terlihat jelas. Ketiga beast yang mempercepat gerakannya agar segera sampai ke tepi danau. Gard yang membawa Sakira di punggungnya juga hampir tiba.
Kwaaaak.
Namun mereka dikejutkan dengan suara yang tidak asing yang terdengar menyebalkan. Seekor burung hitam meluncur cepat ke arah Gard dan Sakira yang terbang di atas mereka. Mereka tau jika sang burung mengincar Sakira.
"Garf awas! " teriak mereka bertiga dari arah danau. Mereka sangat panik karena bisa dilihat dengan jelas jika burung itu meluncur ke arah Sakira.
Gard menoleh karena teriakan tiga beast itu. Barulah ia sadar jika ada beast burung yang datang ke arahnya dengan kecepatan tinggi.
"Sakira, berpeganglah erat-erat! " perintah Garf. Dia bersiap menghindari serangan burung dengan kecepatan tinggi.
"Baik! " Sakira mengetatkan pelukannya pada leher Gard.
Wussh.
Kwaak.
Kwaaak.
Wussh.
Burung hitam itu berusaha keras merebut Sakira dari Gard. Dia terus mengitari Gard dan menyerang untuk mendapatkan gadis itu.
"Kyaaa! "
Sakira seolah merasa naik roller coaster berkecepatan tinggi. Gerakan Gard yang berkelit menghindari serangan burung hitam itu cukup cepat. Sangat cepat hingga Sakira tidak berani membuka matanya.
Serangan si burung hitam berhenti. Dia menatap Sakira dengan mata berbinar lalu ada semburat merah di pipinya. Kemudian pandangannya beralih ke Gard. Burung hitam itu langsung memandang galak pada Gard.
"Serahkan betina itu padaku! " tuntut Si burung hitam.
"Enak saja, kau kira aku takut padamu!? " jawab Gard. Mereka saling melotot di udara.
Hal semacam ini memang tidak asing di dunia Mitologi. Para beast jantan memang suka merebut betina yang belum memiliki tato mate. Itu disebabkan jumlah para beast betina menyusut tajam sejak terjadinya gempa.
"Kalau begitu aku akan membunuhmu. "
Saka, Neil dan Kimi melompat agar segera sampai di daratan. Saka mengawasi keadaan diatas dimana dua burung bodoh sedang bertengkar.
'Tiba-tiba aku membenci burung, ' batin Saka.
Menyadari dia tidak bisa terbang ke atas, Saka mengambil ikan yang ada di tangan Neil. Saka berniat melemparkan ikan itu ke burung hitam yang kurang ajar agar terjatuh.
Tanpa disadari semua orang, Maria datang dari arah gunung Dragon dengan kecepatan tinggi. Wajahnya yang mirip naga bertubuh manusia seperti terlihat menyemburkan api karena semangat.
"Saka... b****g anak nakal itu harus dipukul! " tangannya saling mengepal dan terdengar bunyi gemeletuk. Dia terbang begitu cepat sehingga tidak bisa mengerem tubuhnya yang menaiki awan sehingga menabrak sesuatu.
Wuzzz.
Wuzz.
Bruk!
Aggggghghhhhh...!
Gard dan Sakira melongo melihat si burung hitam tertabrak Maria dan terlempar menghilang jauh keangkasa. Secara bersamaan seekor ikan datang menghantam wanita itu.
Bhug.
"Aw."
Maria berhenti sejenak. Dia celingukan mencari sesuatu.
"Sepertinya aku tadi menabrak sesuatu, " gumannya sambil melihat ke kanan dan kiri. Lalu terlihat shok ketika melihat benda yang menghantamnya adalah ikan besar.
"Siapa yang berani melempar ikan padaku!? " ditangannya menggenggam ikan yang terlempar ke arahnya.
Gard merinding, si ibu Naga memang terkenal temperamen dan suka memukul b****g. Diam-diam dia turun ke darat dimana tiga beast jantan lainnya menunggu.
'Kenapa ikannya justru mengenai ibu!? ' Saka menepuk jidadnya.
Maria akhirnya mengalihkan perhatiannya pada empat orang disana. Dan detektornya menangkap anak nakal yang perlu diberi pelajaran.
"Saka...! " Dia menukik tajam ke arah Saka dengan wajah sangar.
Namun mata Maria menangkap siluet merah muda di samping Saka. Gadis itu menatap ke arahnya sambil memeluk lengan Saka.
Mungkin Sakira tidak sadar jika dirinya menempelkan dirinya pada Saka. Dan efek dari tindakannya mengubah wajah Maria yang seperti naga marah, sangar---menghilang digantikan dengan wajah yang mewakili kecantikan.
Dalam adegan slow motion Maria memeluk Sakira dengan begitu indah. Seperti ada banyak gelembung merah muda beterbangan .
"Akh ternyata Saka memiliki mate, aku sungguh bahagia. "
Maria menggenggam tangan Sakira. Rasanya ia terharu karena anaknya lepas dari kutukan menjadi jomblo seumur hidup. Sejujurnya ia merasa bersalah karena putranya dikutuk karena dirinya.
"Apa kau mate Saka dan---wow kau memiliki empat mate? Dasar serakah tapi aku suka gayamu. "
Ketiga beast itu merona bahagia. Sangat berbeda dengan Saka yang cemberut.
"Ahhh itu, aku---eh? "
Sakira tiba-tiba melihat Sasuke yang melingkarkan ekornya ditanah. Sekilas ia ingat film animasi di dunia modern. Hal itu membuatnya hampir tertawa.
'Mengapa tubuh Sasuke melingkar seperti kotoran yang ada di film animasi? ' batin Sakira. (๑¯ω¯๑)
"Oh... Tamuku sudah datang? " Kedatangan Ikaz menghentikan sikap lebay Maria. Meski demikian ia tetap merangkul Sakira.
Bagaimanapun Ikaz adalah orang yang bertanggung jawab pada dunia Mitologi. Secara serempak keempat beast menunduk untuk menghormatinya.
Akan tetapi, ular nakal itu segera melilit leher Ikaz setelah memberinya hormat. Dia sangat kesal dengan sikap pelit sang kakak.
"Hei, apa yang membuatmu marah Saka~!?" Ikaz memegangi ekor Saka agar tidak mematahkan lehernya.
"Aku kesini karena kau pelit menurunkan hujan di negeri Awan. Lihat ulahmu, sekarang aku sering mencium aroma darah. Sangat mengganggu indraku yang sensitif! "
'Jadi ini niatnya asli Saka? ' batin Sakira.
"Mereka yang duluan pelit, mengapa permaisuri itu hanya memberiku pear biasa. Padahal aku suka pear naga! " teriak Ikaz yang mati-matian melepas lilitan ekor Saka.
Meskipun ia berubah menjadi naga tetap saja jika Saka yang melilit lehernya dia bisa tercekik. Jadi dia bisa mati tercekik sebelum berubah menjadi naga.
"Sudah-sudah. Nak, mengapa kau khawatir dengan dunia seberang. Bukankah kau dulu tidak perduli dengan hal ini? " tanya Maria.
"Maaf, ini karena aku berasal dari negeri seberang. Aku tersesat dan masuk ke dunia mitologi. "
"Oh pantas saja aku mencium aroma Saka dari dirimu. Dia pasti memberikan kristalnya padamu agar terbiasa dengan dunia Mitologi. Nak, naga harus mendapatkan energi alam agar menurunkan hujan. Jadi persik yang dulu diberikan ratu mampu memenuhi energi alam yang dibutuhkan Ikaz. Jadi karena mereka berhenti memberikan pear naga Ikaz juga tidak memiliki energi untuk menurunkan hujan. "
"Lihat ini, wajahku jadi ada keriput. "
"Itu memang dari lahir Ikaz, " jawab Maria.
"Jadi mereka harus memberi pear naga itu jika ingin Ikaz menurunkan hujan. "
Sakira mengingat jika pear yang ia berikan pada kuil naga memang tanda seperti memiliki stempel naga. Pear itu memang ia temukan secara tidak sengaja di air terjun istana kristal.
"Bearti aku harus kembali ke negeri Awan untuk memberi Raja Ikaz pear naga itu. "
"Ya. Saka akan mengantarkanmu."
"Saka? Memangnya kenapa harus mengajak Saka? "
"Tentu saja, sebab dia juga bisa membuka pembatas dunia Mitologi. "
Glek.
Saka kembali menunduk karena ketahuan berbohong. Dia dengan takut-takut menghindari tatapan Sakira yang menghakiminya.
'Sabar Sakira, belum saatnya kau menghukum ular pembohong ini. '
"Kau akan mengantarkanku kan, Saka? " tanya Sakira dengan senyum manis tapi menakutkan.
"Tentu saja. Apa pun akan aku lakukan untukmu. "
"Karena sudah diputuskan, Saka dan Sakira bisa melakukan perjalanan ke negeri Awan besok. "
"Kalian semua silakan menginap di kuilku. "
"Terima kasih atas keramahannya, " ujar Sakira yang tidak enak hati.
"Jangan sungkan, berkat dirimu akhirnya adikku menemuiku, " jawab Ikaz.
'Adik!? ' jerit Sakira dalam hati. Ketiga beast lainnya juga ikut terkejut.
"Itu benar, Nak. Sudah lama aku tidak bertemu dengannya. Ibu sangat merindukannya. " Mata Maria berkaca-kaca melihat Saka.
'Hah? Bukankah mereka berdua naga, tapi mengapa Saka berwujud ular? ' batin Neil, Gard, Kimi dan Sakira.
Saka membuang mukanya. "Siapa yang tidak kesal mendapatkan kutukan yang menyebalkan seperti itu, " Jelas Saka marah dan meninggalkan rumah.
Akhirnya mereka menginap di kuil naga sebelum menuju dunia Awan. Sakira tidak bisa melepaskan tanggung jawabnya dan membiarkan bencana kekeringan berlanjut.
Tbc