Dentuman jantung Saka terus menerus terdengar seakan menjadi melodi indah pada tubuhnya. Memacu darah berdesir lebih kuat yang menerbitkan emosi Saka yang tadinya tertidur.
Sakira dan kecantikannya yang berkali lipat karena kristal yang ia berikan, secara terus menerus mengusik tidur Saka dan menyebabkannya terbangun berkali-kali. Hal tersebut juga berimbas pada hasratnya yang terpendam. Baiklah, pria jablai mana yang bisa tenang ketika ada gadis cantik tanpa pakaian yang layak terlelap di sampingnya. Jawabannya adalah tidak ada satu pun yang bisa tenang. Begitu pula dengan Saka.
Malam semakin larut, suasana rumah pohon yang hanya disinari cahaya bulan tidak bisa mengaburkan penglihatan beast ular ini. Matanya mampu menangkap dengan jelas karena berkah dari pertapaannya yang mampu menyempurnakan saraf penglihatan Saka. Dan mata itu kini membuka lebar seakan tidak bisa mempercayai penglihatannya.
Gadis ini menjadi seperti peri dalam ingatannya. Rambut Sakira yang tadinya gelap sudah sepenuhnya menjadi merah seperti bunga di pohon dekat rumah. Rambutnya yang pink memanjang tersebar terlihat cantik. Wujudnya sekarang seperti pohon bunga cantik yang sering Saka kagumi.
Di samping itu semua, ada sesuatu yang membuat jantung Saka berdetak kencang. Sesuatu yang membuat jantung dan pikirannya tidak bisa berpikir normal. Hal spesifik itu adalah tubuh Sakira yang kembali terlentang dengan gaun yang sudah tidak pada tempatnya. Itu membuat sebagian tubuhnya terekspos begitu saja.
Semua ini menimbulkan keinginan liar Saka untuk kembali merasakan kulit Sakira. Saka merasa tak berdaya dengan godaan manis ini. Candu berupa kelembutan kulit gadis bak peri tersebut mengaburkan segala pikiran warasnya.
"Baiklah, aku akan menyentuhnya, tapi sedikit saja. Ya, hanya sedikit agar aku tidak penasaran terus, " guman Saka lirih.
Dia beringsut lebih mendekatkan tubuhnya pada Sakira. Berkat ketegangan yang ia rasakan, Saka harus menelan ludah berkali-kali. Apel adamnya bergerak naik turun dalam usaha membasahi tenggorokannya.
Kembali telunjuknya terulur dalam dan bergetar. Sedikit demi sedikit jarinya memangkas jarak yang memisahkan.
Poke!
Tes.
Tes.
"Hah?! "
Saka terkejut dengan darah yang menetes di hidungnya. Beast itu sangat panik dan mundur seketika. Akibat terlalu tegang dia mengalami mimisan. Namun dia tidak menyesal karena senang bisa merasakan kelembutan benda itu lagi.
"Umh... "
Suara berisik Saka membuat mata Sakira berkedip-kedip lalu membuka. Dia mengeluh lembut sebelum mendudukkan dirinya.
Jantung Saka seakan ingin melompat keluar. Dia panik sekaligus takut jika Sakira melihat dirinya yang meneteskan darah. Saka takut jika Sakira akan jijik melihatnya yang berlumuran darah di hidungnya. Selain itu dia juga merusak baju milik Sakira.
"Eh, kau mimisan, " Sakira segera merangkak menuju Saka yang bersandar di dinding rumah pohon. Dia hendak menolong Saka yang sedang mimisan. Sakira sama sekali tidak sadar dengan penampilannya saat ini. Dengan telaten ia memberitahu cara menghentikan mimisan Saka.
"Pegang hidungmu seperti ini dan mendongak. "
Usai menolong Saka, barulah Sakira merasakan ada yang aneh pada dirinya. "Eh, mengapa aku merasa lega? ' batin Sakira. Saat ia melihat tubuhnya, ternyata dia dalam kondisi yang tidak layak. Tubuhnya sepenuhnya terekspos karena bagian depannya sobek sempurna.
"Mengapa pakaianku bisa robek menjadi dua!? " teriak Sakira. Dengan cepat dia meraih sisa gaun yang terkoyak untuk menutupi tubuhnya.
"I-itu karena kau terlihat kepanasan jadi aku menyobek bajumu. Lagi pula negeri ini dalam musim panas jadi bajumu akan membuatmu gerah, " ucap Saka panik. Dia takut Sakira menganggapnya m***m.
"Dengan kata lain kau yang merobeknya? "
"Iya."
Brak.
"Tidur di luar! " usir Sakira.
"Eh? "
Saka terbengong-bengong karena diusir dari rumahnya sendiri. Dia hanya berdiri terdiam menatap pintu rumah pohon ditemani angin malam yang bertiup. Lalu mencari cara agar Sakira tidak lagi marah dan mengijinkannya masuk ke rumah.
"Apa yang harus aku lakukan... "
Saka hanya berputar-putar mengelilingi rumah pohon. Lalu dia memutuskan untuk melihat Sakira dari jendela rumah pohon dengan bola mata membesar seperti kucing dibuang. Itu adalah ciri khas beast dunia Mitologi untuk membujuk betina agar tidak marah.
Sakira yang mendapatkan serangan berupa keimutan wajah Saka merasa tak berdaya. Itu hampir melelehkan hati Sakira yang sedang kesal. Sakira yang tadinya marah hingga ingin mengupas kulit Saka untuk dijadikan bajunya perlahan luntur dengan serangan tatapan memohon Saka.
'Terkutuklah diriku yang lemah terhadap pria tampan, ' batin Sakira melemah. Dia terpaksa membukakan pintu rumah pohon dan menyuruh Saka masuk.
"Masuklah..."
Wajah Saka seketika menjadi cerah. Dia melata masuk ke rumah pohon, melingkar dan bertingkah baik.
Sakira hanya bisa mendesah melihat Saka yang penurut. "Jangan merobek pakaianku lagi, Okey? "
"Iya, " jawab Saka sambil tersenyum manis. Dan itu membuat ketampanan Saka serasa menyilaukan. Sakira tidak tahan berlama-lama melihatnya.
"Apa yang harus aku kenakan, " keluh Sakira. Bungkusan yang ia bawa dari istana jatuh entah kemana. Namun dia tidak ingin berakhir seperti beast di dunia ini yang tidak memakai baju.
Saka segera mengambil kain berbahan dari kulitnya lalu menyerahkan pada Sakira.
"Kau bisa memakai kain ini."
Sakira terpaksa memakai kain dari kulit Sasuke. Dia membentuknya seperti memakai pakaian sari dari India. Karena tidak ada jarum dan benang, terpaksa dia mengenakan pakaian dengan model seperti ini.
"Ugh... tanpa pakaian dalam, jadi terasa sejuk, ' pikir Sakira.
Ketika matahari sudah menyinari negeri Mitologi. Saka tidak bisa mengalihkan tatapannya dari Sakira. Sedari tadi Saka tidak berbicara karena terpesona oleh mata gadis itu. Ternyata tidak hanya rambutnya yang berubah. Matanya juga ikut berubah. Saat ini dia iris Sakira berwarna hijau seperti daun.
Sakira tanpa sengaja melihat bayangannya ketika hendak minum.
"Apa ini bayanganku? " guman Sakira sambil menatap wajah berisi air itu. Pantulan dari air dalam wadah menunjukkan jika dia memiliki rambut pink dan mata hijau. "Kyaa kenapa rambutku bisa berubah warna, apa ini sihir?!" teriak Sakira yang terkejut. "Tapi ini cantik sekali hehehe. "
Berkat teriakan Sakira, Saka jadi tersadar. Ia sadar jika sekarang gadis di depannya adalah mate-nya. Ia pun mendekat ke Sakira dan memeluknya.
"Hari masih pagi hari. Tidurlah, " bisik Saka pada Sakira. Pria yang tadinya polos ini perlahan berubah. Itu karena Sakira sudah sepenuhnya menerima kristalnya.
Deg.
Deg.
'Siapa yang menabuh drum, ups salah ini suara detak jantungku. Apa yang terjadi mengapa aku jadi menyukai pelukan Saka, jantungku jadi berdetak kencang, ' batin Sakira.
Entah mengapa ia merasakan rasa nyaman ketika dipeluk beast ular jantan ini. Padahal kemarin saat Saka memeluknya dia merasa geli karena dingin.
Kenyamanan itu membuat Sakira tertidur cepat di pelukan Saka.Mereka berdua tidur dengan nyenyak di atas jerami. Semua rasa nyaman yang dialami Sakira karena kristal Saka bereaksi dengan pasangannya. Jadi Sakira mampu beradaptasi dengan suhu tubuh Saka, bahkan menyukainya.
>
Sayangnya para penggangu hadir di tengah situasi yang membahagiakan. Tetua beast mengirim beast burung elang Akashi untuk menemui Saka dan Sakira. Itu disebabkan ketiga beast jantan yang dilempar Saka tadi malam mendatangi tetua beast negeri Mitologi lalu mengajukan tuntutan pada beast ular tersebut.
Mereka menuduh Saka menyalahi aturan dunia Mitologi yang melarang beast jantan menghalangi pendekatan beast jantan mana pun pada betina yang belum memiliki simbol beast. Jadi Gard, Kimi dan Neil menuntut Saka tidak menghalangi mereka saat melakukan pendekatan pada Sakira.
"Saka, ketua Ashira memanggilmu. " Sosok elang perak itu berubah menjadi pria tampan berambut perak bermata abu-abu yang memiliki bekas luka di matanya. Dia mengetuk rumah pohon yang dihuni Saka dengan keras. Menyebabkan adegan yang tadinya romantis terhenti begitu saja.
"Sepertinya tidak ada yang membiarkanku hidup tenang dengan Sakira. Padahal aku tidak pernah mengganggu beast manapun dengan betinanya," gerutu Saka kesal. Saka melepaskan pelukannya dari Sakira. Lalu keluar menemui Akashi.
Sakira menjulurkan kepalanya untuk melihat tamu yang datang. Dia hampir memekik kaget ketika bongkahan p****t bulat pria berambut perak yang menyambut penglihatannya.
"Akh! ugh... Mengapa pagi-pagi aku disuguhi b****g!? " pekik Sakira tertahan. Dia benar-benar jengkel dengan pria di dunia ini yang seenaknya memamerkan tubuh mereka. Bagaimana tidak, kemarin dia disuguhi bagian depan beast negeri ini, sekarang dia disuguhi bagian belakang.
"Hanya Saka yang benar-benar aman dilihat karena tubuhnya yang separuh ular dan manusia, " guman Sakira sambil mendudukkan dirinya di kasur jerami rumah pohon.
'Apa boleh aku melihat b****g itu lagi? Hehehe bercanda. '
'Astaga, apa yang otakku pikirkan barusan!?' Sakira terkejut dengan pemikiran mesumnya. Entah mengapa dia tiba-tiba ingin melihat tubuh seorang pria.
'Ini pasti karena aku tertular mereka.'
Sakira mendudukkan dirinya sambil memeluk lututnya sambil menunggu Saka masuk. Hanya itu yang bisa ia lakukan. Karena faktor tidak memakai celana dalam, dirinya jadi tidak bisa bergerak dengan leluasa karena merasa sejuk. Jadi dia memilih duduk dan mendengar percakapan mereka.
"Neil, Gard dan Kimi mengajukan tuntutan atas betina yang kau temukan. Kalian diminta datang ke alun-alun. "
"Jika aku menolak?"
"Saka, kami tau kemampuanmu sangat tinggi. Tetapi kaun kita, termasuk kau----sudah bersumpah pada Naga untuk mematuhi peraturan dunia Mitologi, atau kau akan diasingkan. "
"Aku---"
"Saka, ayo kita pergi menemui tetua beast. " Sakira yang mendengar ucapan Akashi bergegas keluar dari pohon. Dia harus menegaskan jika tidak ingin memilih beast untuk menjadi suaminya.
"Sakira... "
Sakira mendatangi mereka berdua dan segera menuju ke arah Saka. Meskipun bersikap tegas, diam-diam dia menahan matanya agar tidak melihat ke arah milik Akashi. Pemikiran m***m yang menghampirinya sungguh sangat mengganggu.
'Semoga saja di sana tidak ada yang telanjang, ' batin Sakira.
Tbc.