Sudah seminggu, Darren semakin merasakan perubahan sikap Natt. Wanita itu lebih sering menghabiskan waktu dengan mamanya. Bahkan menginap di sana tanpa memberitahu dirinya terlebih dahulu. Membuatnya harus menyusul Natt ke sana demi tak ingin tidur sendirian. Rasanya begitu kosong tidur dengan sisi lain ranjang yang tak ada Natt. “Apa aku melakukan kesalahan?” tanya Darren pagi itu saat keduanya duduk di meja makan. Natt yang sedang menyendokkan nasi ke mulut mengangkat wajah dengan perlahan ke arah Darren. Melihat wajah Darren yang dilumuri kekesalan. “Kau tak banyak bicara.” “Aku memang tak banyak bicara.” Natt tak sepenuhnya berbohong. Meski kali ini sikap diamnya terhadap Darren memiliki alasan yang cukup masuk akal. Darren tahu, tapi ia merasa tak bisa berhenti merasa ada yang