teman baik

1508 Kata
Seorang pria tengah duduk menatap monitor di depannya.Pria itu menghela napas panjang lalu mengembuskannya dengan gusar. Pria itu terus menatap monitor lalu beralih menatap sebuah foto seorang gadis yang tergeletak di atas meja. "Elena," gumamnya pelan. Menatap foto gadis itu. "Mengapa aku harus dipertemukan lagi dengan seorang gadis yang berwajah sama, dengan wanita yang telah menghancurkan hidupku, " pria itu mengatupkan bibirnya menatap foto gadis itu. "Mengapa...". Sebuah ketukan pelan di pintu ruangannya membuat pria itu tetkejut. " Masuk." Ucapnya. Lucian masuk, langsung menghampiri pria itu dan berdiri disamping pria itu. "Selamat datang kembali Reegan," ucap Lucian dengan tatapan dingin, lalu ia duduk di kursi berhadapan dengan Reegan. Lucian sahabat sekaligus orang kepercayaan Reegan, tapi Lucian bukan sahabat yang baik. Dia selalu berusaha menghancurkan Reegan dari dalam demi kekuasaan. "Lucian." Reegan menatap Lucian dengan tatapan curiga. "Benarkah Alex orang luar yang selama ini kau percaya yang telah mencuri uang perusahaan?" Reegan tertegun sesaat menatap sahabatnya.Keraguan yang di rasakan Reegan terhadap Lucian bukan tanpa alasan. Lucian pernah mencintai dan membawa pergi wanita yang sangat Reegan cintai. Reegan menghela napas dalam dalam. "Salatrucha, ternyata Alex bekerjasama dengan mereka." Lucian berdiri lalu berjalan mendekati lemari tempat menyimpan file file perusahaan. Ia mengambil salah satu dokumen dan memberikannya pada Reegan. Reegan membaca isi dokumen itu." Jadi, Alex menyimpan uang itu atas nama Elena?gadis yang bekerja di kelab milikku? tanya Reegan pada Lucian. Lucian mengangguk tersenyum sinis. "Kau tenang saja, aku akan membereskan gadis itu," jawab Lucian. "Kau secepatnya membereskan Alex." Reegan menatap Lucian, ia kembali duduk dikursi. "Kau tidak perlu melakukan apa apa terhadap gadis itu." Reegan berdiri kedua tangannya mencengkram meja kerjanya. "Gadis itu, biar aku yang mengurusnya.." Lucian mengerutkan dahi menatap Reegan "Apa kau bermaksud membawanya ke dalam kehidupanmu dan membahayakan perusahaan yang sudah kita bangun?" Lucian tersenyum sinis. "Itu bukan urusanmu.." jawab Reegan melirik sekilas menatap Lucian lalu beralih menatap foto Elena. "Oke." Lucian berdiri menatap Reegan. "Aku masih banyak pekerjaan." Lucian beranjak pergi meninggalkan ruangan. Sepanjang perjalanan lorong kantor Lucian memikirkan bagaimana cara nya menghancurkan Reegan dari dalam untuk menguasai semua proyek yang sedang Reegan pimpin. Dan gadis itu, akan menjadi sebuah keberuntungannya untuk menghancurkan Reegan lewat gadis yang bernama Elena. ***** Ditempat lain Elena berjalan memasuki kafe mewah milik Samanta sahabat Elena.Ia langsung berjalan masuk ke dalam kafe dan di sambut hangat oleh Samanta dengan pelukan hangat. "Di mana parel? tanya Elena pada Samanta lalu melepaskan pelukannya. Elena memilih duduk karena kakinya merasa pegal. Disusul Samanta duduk di sebelah Elena. "Aku di sini El.." "Elena menoleh ke arah pintu luar, ia melebarkan matanya menatap Parel yang berdiri di depan pintu bersama seorang pria yang Elena kenal. " Arga? kau di sini!" ucap Elena menatap Parel dan Arga tengah berjalan mendekatinya. "Kau mengenal sepupuku?" tanya Samanta pada Elena. Elena menoleh menatap Samanta terpekik kaget. "Jadi?..dia..?sepupumu!." Samanta mengangguk mengernyitkan dahi menatap Elena raut wajahnya seperti melihat hantu. Arga tersenyum pada Elena lalu ia menarik kursi dan duduk di sebelah Elena di susul Parel ikut duduk di kursi. "El kau baik baik saja bukan?" tanya Arga tertawa kecil menatap Elena yang terlihat bingung. "Kau di sini juga?" tanya Elena menatap Arga. Arga mengangguk. "tentu saja..Samanta itu sepupuku, jadi..kau tidak akan bisa jauh dari aku,bagaimana?" Elena menatap horor Arga. "Hentikan Ga..jangan buat Elena malu." Sela Samanta lalu memanggil pelayan dan meminta di bawakan makanan dan minuman jus segar rasa jeruk. Elena hanya terdiam dan tersenyum tipis.Parel yang melihat itu menaikkan satu alisnya. "El?kenapa kau tersenyum sendiri?apa kau sudah gila?." "Parel ! ! seru Elena kesal. Parel menoleh menatap Elena "baiklah aku akan diam dan mendengarkan." Arga tertawa kecil menatap Elena "Hari ini kau tidak bekerja El?" Elena menoleh, "Kerja" jawabnya singkat. Samanta memperhatikan Elena yang terlihat murung. "Kau baik baik saja?" tanya Samanta Elena menganggukkan kepala tersenyum pada Samanta. Parel berdiri mengulurkan tangannya menyentuh kening Elena. "Suhu tubuhnya normal, artinya dia baik baik saja." Parel tertawa kecil menarik tangannya dari kening Elena. Elena mendengus kesal menatap Parel. "Sudah..makan makananmu El," ucap Arga menyodorkan sebuah jus jeruk di depan Elena. Elena terdiam menyesap jus jeruknya,ia masih terus memikirkan Risma sahabatnya yang menghilang begitu saja tanpa ada kabar apapun, atau sekedar pamit jika memang dia hendak pergi. Kebiasaan yang tidak pernah Risma lakukan padanya. "Sam.." ucap Elena pelan menoleh menatap Samanta. Samanta mengangkat kedua alisnya menatap Elena. "Ya?ada apa?" "Tidak jadi.." Elena menundukkan kepala menatap jus jeruknya. "Kau baik baik saja El?" sela Parel menatap Elena yang menoleh ke arah Parel. "Ya,aku baik baik saja," sahutnya. "Elena...kenapa kau tidak bekerja di tempat sepupuku saja?." Samanta menatap Arga sekilas lalu beralih menatap Elena. "Kau bekerja di kelab,apa tidak risih?" Elena mengangkat satu alisnya. "Kenapa?." Aku baca dari beberapa media, bahwa Kelab itu terdapat organisasi terlarang," jelas Samanta Sambil memotong steak di piring. "Benar begitu Ga?." Samanta melirik Arga sekilas. Arga mengangguk."Sepengetahuanku begitu, tapi sampai saat ini polisi belum bisa mengungkap keberadaan organisasi itu." Arga menatap Elena mengetuk ngetuk meja dengan jari nya. "Dia mana berfikir ke sana, mau bahaya atau tidak, dia tidak perduli. Mungkin otaknya sudah mulai gila." Parel tertawa kecil sambil menyesap jus jeruknya. "Parel!! seru Elena lagi lagi Parel membuatnya kesal. Samanta tertawa melihat mereka berdua yang tidak pernah akur. "Maksud kamu organisasi terlarang itu apa?" tanya Elena polos. Arga mengangkat satu alisnya lalu tertawa keras. "Kau benar benar tidak tahu?" ucapnya mendekatkan wajahnya pada wajah Elena Elena menggelengkan kepala. "Tidak." "Dasar bodoh," ucap Arga menyandarkan tubuhnya di kursi. Parel yang hanya mendengarkan akhirnya ikut tertawa. "Aku setuju dia bodoh." "Parel!! ." Pekik Elena. "Aku harap kau berhenti bekerja di kelab, El." Elena menatap Samanta menghela napas panjang. "Akan aku pikirkan kembali tawaranmu." Elena terdiam menatap jus dihadapannya, mungkin apa yang dikatakan sahabatnya benar. Selama ini hidupnya sudah banyak mengalami kesulitan.Tidak ada salahnya jika kali ini mencoba untuk menghindari masalah lain? Samanta menatap Parel bingung dengan sikap Elena yang terlihat khawatir. Entah siapa yang sedang Elena fikirkan. Parel menggelengkan kepala mengangkat ke dua bahunya menatap Samanta. *** Elena berdiri di depan rumah Risma, dari luar terlihat kotor tak berpenghuni. Sepertinya Risma memang sudah pergi lama dari rumahnya.Terlihat dari debu tebal yang ada di lantai dan kaca jendela rumah Risma.Kemana Risma menghilang?. Elena menghela napas panjang menundukkan kepala. "Kau di mana Ris." Gumam Elena pelan. Satu sentuhan tangan dipundak Elena mengejutkan. Ia berjengkit langsung balik badan menatap pria paruh baya berdiri di belakangnya. "Cari siapa nak?." Tanya Pria paruh baya itu pada Elena "Eh pak, saya mau bertemu Risma.Tapi dia tidak ada di rumah..." jawab Elena "Oh, saya ketua Rt di sini,beberapa hari lalu nak Risma terlihat membawa koper,sepertinya dia keluar kota." Ucap pria paruh baya itu. "Luar kota?". Elena mengernyitkan dahi. Pak Rt mengangguk. " Bapak permisi dulu." Pria itu balik badan meninggalkan Elena. "Kenapa dia tidak pamit? sepertinya ada masalah yang di hadapi Risma." Elena menghela napas panjang. "Aku harus mempertanyakan pada bos tempat aku bekerja,siapa tahu dia tahu." Elena balik badan meninggalkan rumah Risma. Tak lama kemudian Elena sudah sampai rumahnya.Ia terkejut melihat Arga tengah duduk dikursi depan rumahnya. Elena langsung menghampiri Arga dan duduk di sampingnya. "Kau?" ucap Elena mengerutkan dahinya tak menyangka Arga tahu rumah Elena. Arga mengangguk menatap Elena" Apa yang tidak aku tahu tentangmu gadis bodoh." Ucap Arga tertawa kecil. Elena hanya mendengus kesal menatap Pria dihadapannya. "Kau mau ngapain di sini?" tanya Elena pada Arga dengan tatapan tidak suka. "Tentu saja mengantarkanmu untuk pergi bekerja, bodoh.." ucap Arga penuh penekanan. "Kau_?." "Sstt diam." Sela Arga meletakkan satu jari di bibirnya. Elena menatap horor Arga dengan makian yang tidak jelas dari bibirnya.Lalu ia berdiri balik badan masuk ke dalam rumahnya.Untuk bersiap siap. Elena hanya butuh waktu lima belas menit untuk mempersiapkan diri, tak lama dia keluar rumah dan berdiri di depan pintu menatap Arga. "Aku bisa berangkat sendiri, kau tidak perlu mengantarkan aku." Siene menutup pintu lalu melangkahkan kakinya. Namun Arga menahan tangan Elena ia berdiri mendekatkan tubuh Elena dalam pelukannya. "Aku yang akan mengantarkan kau kemana saja, bodoh.." ucapnya pelan. Elena mendorong tubuh Arga, mendengus kesal.Lalu ia melangkahkan kakinya menuju halaman. Arga mengikuti Elena dari belakang dengan tangan kiri masih menggenggam tangan kanannya. Setengah memaksa Arga meminta Elena masuk ke dalam mobil. Akhirnya ia mengalah dan memutuskan untuk menerima tawaran Arga. Didalam mobil, Arga terus menggoda Elena dan meminta Elena untuk berhenti bekerja di Kelab. "Sebaiknya kau berhenti bekerja di kelab,kau bisa bekerja di Kafe milikku..atau..?" Elena melirik Arga sekilas. "Atau apa?" tanya Elena "Kau bisa menjadi istriku?" ucap Arga tertawa kecil menatap Elena sekilas lalu kembali fokus ke depan. "Apa?! Elena menepuk keningnya. "Dasar gila." Arga tertawa keras mendengar makian Elena. Ia mengerutkan dahi menatap Arga yang tengah tertawa. Tanpa Elena sadari ia ikut tersenyum menatap dalam Arga. "Bagaimana? kau mau?." Arga menghentikan tawanya melirik Elena sekilas. Elena memajukan bibirnya mengabaikan pertanyaan Arga. Tak terasa mereka pun sampai di Kelab tempat Elena bekerja. Arga menepikan mobilnya dan membiarkan Elena turun dari mobil sendirian. Arga menatap gadis bertubuh mungil itu melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelab, dari balik kaca mobil.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN