14

1236 Kata
Rasa sesak akibat cengkraman tangan Cristo di lehernya semakin membuat Keira kesulitan mengambil oksigen. Dia tidak bisa melakukan apapun, tangan dan kakinya terikat bahkan berteriak pun tak mampu. Wajahnya pucat pasih, Tubuh Keira tak bisa lagi bergerak, sudah tak ada suara kesakitan, matanya secara perlahan menutup merasakan ketenangan seakan membuatnya melayang. Tiba - tiba tubuh Cristo terjungkal. Seorang pria yang menatapnya marah memukuli Cristo dengan membabi buta. Cristo yang tidak memiliki kesiapan untuk membalas hanya bisa pasrah saat dirinya dihantam bertubi - tubi pukulan mengenai wajahnya. “Dean sudah Dean. Laki - laki b******k. itu sudah tak bisa berkutik lagi,” ujar Ettan menarik Dean yang terus menerus memukuli Cristo. Cristo tidak mendengarkan suara Ettan, dia masih dikuasai oleh emosinya. Terpaksa Ettan menampar Dean membuat pria itu tersadar apa yang telah dilakukannya. Tangan berdarah tapi bukan darahnya. “Dari pada mengotori tanganmu lebih baik kita menolong Keira,” teriak Ettan. Dean melihat Keira yang terduduk dengan keadaan terikat dan tubuh Keira yang terkulai lemas, seketika dia langsung menghampirinya. Membuka semua ikatan dan menyadarkannya. “Kei, bangun Kei,” ucap Dean dengan panik. “Keira ... bangun Keira,” teriak Dean lagi. Tapi tidak ada respon dari Keira. Dean membaringkan Keira di lantai, memeriksa denyut nadi di pergelangan tangannya juga disisi lehernya yang terasa begitu lemah dengan cepat dia melakukan CPR untuk mengembalikan fungsi jantung dan napas. Setelah beberapa saat keadaan terdengar tarikan napas Keira yang membuatnya merasa lega. Keira terbatuk-batuk menatap Dean dengan lemah. “Dean ... aku ..." Air mata menetes dari manik - manik mata indah Keira. "Tenanglah Sayang ... aku ada di sini bersamamu." Dean memeluk Keira berharap gadis tersebut baik - baik saja. Dia sangat terluka melihat keadaan Keira. Dengan cepat dia membawa Keira dalam gendongannya masuk ke dalam mobil. Ettan yang sudah bersiap dibalik kemudinya melajukan mobil secepat mungkin ke rumah sakit. “Ayo lebih cepat,” ucap Dean sambil terus memegang tangan Keira. Keira hanya menatap Dean dengan lemah. “Kei ... jangan tutup matamu. Kamu harus membuka matamu terus Kei,” ujar Dean. “Aku tidak bisa kehilanganmu, kamu harus tetap sadar demi orang - orang yang mencintaimu. Ada Om Arman, Tante Rosanna yang menantikanmu kabar juga ada aku yang sangat mengkhawatirkanmu, Kei.” Keira tersenyum tipis. Dean sangat baik padanya jika bukan karena pria ini dia mungkin sudah tidak ada lagi di dunia ini. Tak lama mereka pun tiba di salah satu rumah sakit terdekat dari Villa Cristo. Dean dengan sigap menggendong Keira berlari - lari masuk ke ruangan IGD. “Dok tolong istri saya Dok,” teriak Dean. Dokter dan suster di IGD langsung memeriksa keadaan Keira memberikan perawatan padanya. Dean terduduk lemas di ruang tunggu bersama Ettan. “Tenanglah Dean, Keira pasti akan baik - baik saja,” ucap Ettan memberi semangat pada Dean. “Aku juga berharap demikian,” ujar Dean. “Keira wanita yang kuat aku yakin dia bisa melewati semua masalah ini. Dia ada kamu yang selalu membantunya.” “Aku merasa sangat sedih dengan keadaan Keira. Aku lalai dalam menjaganya, aku seakan menjadi pria yang tidak bisa bertanggung jawab pada wanita yang akan menjadi istriku.” “Ini semua diluar rencana kita Dean.” Dean hanya bisa diam. Teringat akan masa lalunya tentang seorang wanita. Dia dulu tidak memperdulikan wanita manapun, baginya dirinya lah yang paling penting. Bisa dibilang dia egois tapi berbeda dengan Keira. Entah mengapa Keira begitu penting baginya. Tak lama dokter pun keluar memberitahukan keadaan Keira pada Dean. “Bagaimana keadaan istri saya Dok?” tanya Dean. “Keadaan istri anda sudah semakin membaik Pak. Hanya tadi memang mengalami kekurangan oksigen dan berkat pertolongan pertama yang anda lakukan nyawa pasien dapat terselamatkan,” ujar Dokter. “Untuk sekarang pasien akan dirawat untuk sementara waktu setelah menebus obat dan vitamin, istirahat yang cukup di rumah.” “Syukurlah. Terima kasih Dok.” Dean sangat bersyukur keadaan Keira baik - baik saja, dia tidak berharap apapun yang penting Keira sehat kembali. Keluarga Keira dan Ayah Dean bersama Vio datang ke rumah sakit dengan sedih. Mereka tidak menduga Keira mengalami musibah yang membuat keadaannya seperti sekarang. “Terima kasih Dean. Aku tidak menyangka pria psikopat itu terobsesi pada Keira,” ujar Arman. "Iya Dean. Kamu memang anak Ayah yang cekatan menolong wanita yang kamu cintai," ucap Rudi menatap putranya dengan bangga. Dean terkejut dia khawatir orang tua Keira mengetahui kalau dia bukan Cristo. "Vio sudah menceritakan semuanya pada kami. Keira beruntung memiliki calon suami sepertimu yang selalu mencintai, melindungi, dan menjaganya. Terima kasih banyak Dean sudah menolong putri kami," ujar Rosanna dengan mata berkaca - kaca menatap Dean. Dean bingung dengan perkataan Ayahnya dan orang tua Keira. Dia pun menatap Vio yang mengedipkan sebelah matanya pada Dean, hal tersebut membuatnya aneh. “Tenang saja aku sudah menciptakan drama yang bagus. Aku ini berbakat jadi novelis loh,” bisik Vio. Dean hanya mengangguk-anggukan kepalanya lalu Vio mengajak Dean berbicara berdua. “Drama apa yang kamu buat?” tanya Dean. “Aku mengatakan kalau kalau ada teman Keira yang menyukainya dan tidak terima kalau Keira akan menikah lalu menculiknya,” ucap Vio. “Jadi orang tua Keira tidak mengetahui kalau aku bukan Cristo?” “Iyalah. Aku tidak akan memberitahukan hal seperti itu bisa berbahaya untuk kalian.” “Terima kasih.” “Aku ingin ucapan lebih dari terima kasih.” “Apa maksudmu?” “Tidak ada maksud apa - apa aku hanya ingin kamu selalu bersikap baik pada Keira.” “Tentu saja aku akan memperlakukannya dengan sebaik mungkin selama pernikahan kami.” “Iya Dean.” “Kalau begitu aku permisi dulu, aku harus menemai Keira.” Vio tersenyum canggung menatap kepergian Dean. Tidak bisa dipungkirinya Dean memang mempesona membuatnya tertarik ingin memiliki pengacara flamboyan tersebut, tapi dia tidak memiliki keberanian untuk mengatakan hal tersebut. Dean terlihat tidak tertarik padanya dan tatapan juga pikiran Dean hanya tertuju pada Keira. Sepasang mata menatap tajam kedekatan Vio dan Dean dengan curiga. Tatapan mata tajam tersebut milik Ettan yang merasa janggal dengan Vio, dia berpikir Vio tertarik pada Dean. Vio memang wanita yang selalu tertarik pada pria - pria seperti Dean. Wajah yang rupawan, memiliki badan atletis, tinggi, pekerjaan yang mapan, dan mempesona. Dean memapah Keira pulang dari rumah sakit, dia tidak mengijinkan Keira dan orang tuanya menginap di hotel. Rudi juga menginginkan calon menantu dan besannya tinggal di rumah mereka. Baginya Keira sudah menjadi menantunya walau belum sempat melakukan pemberkatan pernikahan. “Apa tidak masalah aku menginap di rumahmu?” tanya Keira merasa tidak enak. “Tidak ada masalah apapun. Aku hanya ingin melindungi dan menjagamu sampai kita menikah nanti bahkan setelah kita menikah,” ucap Dean dengan serius. Mendengar perkataan Dean membuat Keira menjadi tersipu malu. Dean memang pria yang bisa membuat wanita nyaman berada bersamanya. Dia menjadi takut kalau sampai jatuh hati pada Dean mengingat pernikahan mereka hanya pernikahan kontrak. “Kamu harus aku lindungi, kamu sangat berharga untukku.” Dean mengecup dahi Keira. Ingin sekali Keira berteriak dengan kencang dan melompat - lompat kegirangan. Semua ucapan dan perlakuan Dean padanya mampu membuatnya klepek - klepek, meleleh bagaikan coklat batangan yang kepanasan. Seandainya mereka memang pasangan sebenarnya tentu semua ini akan terasa lebih indah dan bahagia seperti di n****+ - n****+. Tapi Keira tidak ingin memikirkannya yang dulu untuk sekarang dia akan menikmati semuanya. Kapan lagi dia akan mendapatkan perlakuan bagaikan ratu oleh pria setampan Dean? Mungkin saat - saat inilah waktu yang tepat baginya untuk mendapatkan hadiah indah yang telah diberikan Tuhan untuknya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN