Rasa sesak seakan tercekik mendera saluran pernapasan Keira. Gelap, tidak terlihat apapun indra penglihatannya tertutupi oleh sebuah kain berwarna hitam. Dia ingin berteriak tapi sebuah selotip menghalangi bibirnya. Dia juga menggerakkan kaki dan tangannya juga tidak bisa, dia diikat. Ketakutan melanda Keira, siapa yang menculiknya?
Sayup - sayup dia mendengar salah satu pria sedang berbicara sendiri seperti sedang menghubungi orang lain. Dia yakin kalau itu lah orang yang menyuruh menculiknya, tapi siapa?
“Sebentar lagi Bos akan datang,” ujar salah satu penculik.
“Hanya masalah wanita Bos rela mengeluarkan uang untuk menculik wanita itu,” ujar pria yang lain.
“Biarlah itu urusan si Bos dan wanita itu yang penting kita di bayar.”
“Iya juga sih. Duitnya lebih penting.”
Mereka pun tertawa. Keira jadi semakin penasaran siapa Bos yang mereka maksud. Apa mungkin Cristo? Tapi masa Cristo menculik dia, bukannya lelaki itu telah meninggalkannya demi wanita lain. Entahlah dia bingung sendiri. Dia teringat hari ini pernikahannya dengan Dean, bagaimana dengan Dean? Bagaimana dengan orang tuanya? Pasti mereka sekarang sedang sibuk dan sangat mengkhawatir dirinya.
Apa yang dikhawatirkan Keira memang benar. Walaupun malu Dean membatalkan acara pemberkatan di gereja. Arman sendiri gelisah menunggu Dean datang ke hotel, pihak keamanan hotel tidak mengijinkannya untuk melihat cctv sedangkan Rosanna hanya terdiam sambil mengucapkan berbagai doa untuk putrinya, Keira Rose.
Tak lama Dean, Ettan, Vio, dan Rudi sudah tiba di hotel. Mereka langsung menuju ruang keamanan tempat Arman dan Rosanna berada.
“Syukurlah Dean, kamu sudah tiba,” ujar Arman.
“Ke mana Keira, Pa?” tanya Dean.
“Aku tidak tahu Dean. Saat Rosa dan Vio ke kamar Keira, dia sudah tidak ada,” ujar Arman.
“Terakhir aku bersama Keira. Dia sudah aku make up-in dan sudah menggunakan gaun pengantin. Aku keluar menemui Tante Rosa akan segera berangkat ke gereja,” ujar Vio.
“Apa mungkin Keira kabur?” tanya Ettan.
Vio menggelengkan kepalanya. Walau dia tahu Keira sempat ragu dengan pernikahannya dengan Dean, tapi dia tahu sahabatnya itu tidak mungkin pergi begitu saja dari pernikahannya. Apa lagi menyangkut orang tua Keira, tidak mungkin Keira mengecewakan kedua orang tuanya.
“Aku mau lihat cctv hotel, tapi tidak diijinkan. Harus ada surat dari kepolisian,” ujar Arman lagi.
“Keira belum hilang 1x24 jam jadi belum bisa dilaporkan ke pihak yang berwajib,” ujar Dean.
Mereka semua terdiam sibuk dengan pemikiran masing - masing, tapi Dean tidak ingin berburuk sangka pada Keira. Dia tahu wanita itu dengan mengalami fase terburuk dan terberat dalam hidupnya, tapi tidak mungkin Keira pergi begitu saja dari pernikahan. Keira juga mau menikah dengannya demi orang tuanya.
“Aku akan mencari cara untuk mendapatkan cctv dari pihak hotel,” ujar Dean.
“Dean bisa kita bicara sebentar,” ujar Ettan.
Dean dan Ettan berbicara berdua menjauh dari orang - orang yang ada di sana.
“Apa yang ingin kamu bicarakan?” tanya Dean.
“Aku akan membantu, Papa ku mengenal pemilik hotel ini jadi bisa dengan mudah mengakses cctv,” ujar Ettan.
“Iya Ettan. Tolong bantu aku.”
“Tapi ada syaratnya.”
Dean menghela napasnya. Beginilah kalau berurusan dengan pengusaha tidak mau rugi. Tapi demi Keira, dia akan melakukan apapun. Di sini Jakarta, dia tidak memiliki kekuasaan dan kenalanan yang berpengaruh walau dia seorang pengacara. Dia sangat kesal Ettan mencoba memanfaatkannya saat dia sedang membutuhkan bantuan.
“Apa syaratnya?” tanya Dean.
“Kamu mau melakukannya demi Keira?” tanya Ettan lagi.
“Apapun demi Keira.”
"Yakin akan melalukan apapun untuk Keira?"
"Tentu saja Ettan."
Ettan tersenyum. Dia suka membuat penawaran apa lagi dia tadi sempat mencari tahu tentang sepak terjang Dean Angel yang seorang Lawyer Corporate pintar dan licik di Miami. Sudah banyak kasus merger, penggelapan pajak, masalah pekerja, masalah kontrak kerja dengan perusahaan lain yang diatasi Dean secara mudah. Tentu dia tidak ingin kehilangan kesempatan untuk menjadi Dean pengacara perusahaannya.
“Katakan saja apa keinginanmu, jika ingin uang aku akan memberikan berapapun yang kamu inginkan,” ujar Dean.
“Woo bro bukan seperti itu. Ini menyangkut jalinan kerjasama Luca Entertainment.”
“Aku tahu maksudmu. Kamu menginginkan aku untuk jadi Lawyer di Luca Entertainment, ‘kan?”
“Bingo. Kamu benar sekali Dean dan inilah kesempatanku.”
Dean tertawa. Pengusaha seperti Ettan memang mudah ditebak, tapi hanya demi cctv dia harus mau bekerja jadi pengacara di perusahaan milik Ettan, sepertinya itu terlalu mudah dan tidak berkelas.
“Kalau hanya demi cctv aku harus bekerja di perusahaanmu seperti tidak sebanding Ettan. Lebih tidak usah saja, aku akan mencari cara lain,” ucap Dean tegas.
Wajah Ettan berubah, dia tidak menyangka Dean akan menolaknya. Ternyata Dean memang tidak mudah untuk dia peralat, namanya juga pengacara licik dan pintar sesuailah dengan kualitas Dean.
“Begini Dean, aku akan membantu segalanya bukan hanya cctv. Aku akan menyuruh orang - orangku untuk mencari Keira,” ucap Ettan.
“Ettan, aku tahu kamu seorang pengusaha, tapi semua ada etikanya. Kalau memang kamu serius agar aku menjadi Lawyer Corporate di Luca Entertainment bukan seperti ini caranya.” Dean berkata dengan tegas pada Ettan.
Malu. Ettan sangat - sangat malu dengan apa yang dikatakan Dean. Dia salah sudah salah cara untuk bernegosiasi dengan seorang lawyer yang tidak mudah untuk ditaklukannya. Dean membalikkan badannya, dia akan menghubungi asistennya di Miami untuk mencari cara siapa orang yang memiliki kekuasaan di Indonesia.
“Dean tunggu dulu,” panggil Ettan panik.
Ettan tidak bisa membiarkan Dean pergi. Dia harus membantu Dean, entah Dean mau bekerja sama atau tidak dengan Luca Entertainment, tapi dia akan berusaha dulu untuk melunakan Dean. Dean menghentikan langkahnya, dia tersenyum tipis. Ettan terjebak sendiri dengan rencana yang dilakukannya sendiri.
“Apa maumu?” tanya Dean dingin.
“Maafkan semua yang sudah aku katakan padamu. Aku salah sudah memberikan penawaran yang tidak sesuai. Aku akan membantu semuanya tanpa pamrih apapun. Keira juga sahabat kekasihku, Vio.”
“Tidak usah Ettan.”
“Maafkan aku. Aku berjanji ini semua tidak akan terulang lagi. Aku benar - benar minta maaf Dean.”
Dengan menyunggingkan bibirnya Dean berkata, “aku akan memaafkanmu, tapi tidak ada maksud dan tujuan kamu yang aku anggap tidak ada etika sama sekali itu.”
“Aku berjanji Dean. Maafkan aku.”
Dean ingin tertawa, tapi dia menahannya. Ettan masih pengusaha baru jadi belum terlalu mengerti tentang jalinan kerjasama yang didasari oleh maksud tidak baik akan berakhir juga secara tidak baik. Inilah kesempatan Dean untuk memanfaatkan Ettan, dia tidak akan mungkin bisa terjebak oleh permainan yang diciptakan Ettan.
“Baiklah aku menerima tawaranmu, tapi tanpa ada hal lain,” ucap Dean menatap Ettan dingin.
Ettan tidak mampu berkata apapun lagi, dia sudah salah strategi. “Iya Dean. Aku membantu semuanya tanpa ada hal lain.”
“Baguslah.”
Ettan segera menghubungi Papanya untuk mendapatkan akses ke cctv. Dia harus melakukannya demi mendapatkan kepercayaan Dean kembali. Betapa bodohnya dia terjebak oleh rencana yang dilakukannya sendiri.