Berkat Ettan yang bisa mengakses cctv hotel dengan bantuan orang tuanya semua orang mengetahui kalau Keira diculik bukan melarikan diri dari pernikahan. Dean sangat marah, siapa yang menculik Keira?
“Dean, bagaimana sekarang?” tanya Ettan.
Dean terdiam. Dia harus mencari cara untuk menyelamatkan Keira dari orang yang menculik calon istrinya. Tapi dia juga bingung siapa orang yang menculik Keira? Di saat Dean merasa buntu dengan pemikirannya. Vio tiba - tiba menatapnya dengan pandangan yang berbeda. Dia merasa risih dengan tatapan Vio.
“Kamu kenapa?” tanya Dean.
“Aku bicara denganmu,” ucap Vio dengan raut wajah serius.
“Bicara di sini saja.”
“Ini penting.”
Dean menuruti permintaan Vio untuk berbicara berdua jauh dari orang tuanya dan orang tua Keira.
“Katakan apa yang ingin kamu bicarakan,” ujar Dean.
“Aku sedang memikirkan sesuatu,” ucap Vio.
“Apa?”
“Sepertinya aku tau siapa yang menculik Keira.”
“Siapa?”
“Cristo. Aku yakin itu Cristo.”
“Kenapa kamu bisa begitu yakin?”
“Keira tidak memiliki dendam sama siapapun, tidak pernah membuat masalah dengan siapapun, tidak pernah bergaul dengan teman yang salah. Dia wanita yang hidupnya biasa - biasa saja. Makanya aneh kalau tiba-tiba ada menculiknya.”
Perkataan Vio membuat Dean berpikir. Walau dia baru seminggu mengenal Keira, tapi dari tingkah lakunya memang benar yang dikatakan Vio kalau Keira bukanlah wanita yang suka membuat masalah.
“Bukannya Cristo meninggalkan Keira,” ucap Dean.
“Ada sesuatu yang ingin ku katakan sebenarnya sehari sebelum pernikahan kalian. Cristo menghubungi Keira, dia meminta untuk kembali, tapi Keira menolaknya. Bahkan Cristo mengatakan kalau Keira berselingkuh darinya karena begitu cepat menikah denganmu padahal kan tidak seperti itu.” Vio menjelaskannya pada Dean.
Mengingat semua yang terjadi dalam kehidupan Keira mungkin saja apa yang dikatakan Vio benar. Cristo menjadi dendam dan menculik Keira.
“Sekarang kita bagaimana Dean? Apa sebaiknya kita hubungi polisi agar cepat ditangani?” tanya Vio.
“Mungkin itu memang pilihan yang terbaik. Kita juga memiliki bukti - bukti dari cctv hotel jadi bisa memperkuat laporan,” ucap Dean.
“Aku sangat khawatir pada keadaan Keira. Baru saja dia akan memulai hidup baru denganmu walau hanya menikah kontrak tapi setidaknya dia tidak membuat orang tuanya kecewa.”
“Iya aku tau bagaimana Keira berusaha membuat orang tuanya bahagia.”
Vio dan Dean terdiam. Mereka sibuk dengan pemikiran masing - masing tentang Keira. Dean sangat kesal jika dia di Miami kejadian ini pasti dengan mudah dia selesaikan, tapi dia sekarang di Jakarta. Dia tidak memiliki jaringan yang kuat di negara kelahirannya sendiri.
Ettan datang ke arah Dean dan Vio dengan wajah sumringah seakan baru saja mendapatkan lotre. Dean jadi penasaran apa yang membuat Ettan tampak begitu bahagia.
“Aku punya kabar gembira, aku punya kabar gembira. Ayo kita bersorak … hip … hip … hura,” seru Ettan dengan semangat.
Kelakuan Ettan membuat Dean menyerngit. Di saat seperti ini malah Ettan memintanya untuk bersorak yang ada dia ingin sekali melemparkan bom molotov pada pria yang dilihatnya tak waras.
“Kamu itu yaa orang lagi pusing bukannya simpatik sedikit malah disuruh bersorak,” ucap Vio dengan mendelikkan matanya.
“Yaa ampun cintaku, Vio. Kamu ini sudah negatif thinking aja sih jadi orang, aku membawa berita bahagia yang tentu akan membuat kalian berterima kasih ke aku,” ujar Ettan.
“Apa beritanya?” tanya Dean dingin.
“Jangan dingin gitu dong Dean. Kamu dingin membuat tubuhku yang suka kehangatan ini jadi mencair nanti.”
“Sudahlah jangan kebanyakan ngomong. Cepetan bilang basa - basi dan muter - muter aja sih.” Vio berkata dengan kesal melihat kelakuan kekasih berondongnya tersebut.
Dengan wajah yang serius Ettan menyuruh Dean dan Vio mendekatinya.
“Apa cepat katakan?” tanya Dean.
“Ini sesuatu tentang Keira,” ucap Ettan.
“Iya apa informasinya?” tanya Dean lagi.
“Keira diculik Cristo loh.”
“Sudah tau.”
“Masa sudah tau.”
“Kamu cuman mau bilang itu aja?”
“Ada lagi ini informasi terbaru.”
“Apa?”
“Ga jadi deh nanti kamu udah tau lagi Dean.”
“Aku janji akan mendengarkannya. Cepat katakan.”
“Aku ingin mengatakan kalau aku …” Ettan berhenti berbicara membuat Dean dan Vio jadi penasaran.
“Apa cepat bilang sayangku, Ettan.” Vio berusaha menahan emosinya.
“Aku ingin mengatakan kalau aku udah ga punya informasi lagi.” Ettan mengatakan hal tersebut dengan wajah polos seperti orang suci yang tidak memiliki dosa.
Mendengar perkataan Ettan membuat Dean hampir hilang kesabarannya menghadapi CEO Luca Entertainment tersebut, dia yakin Ettan kalau bukan karena orang tuanya kaya raya pasti tidak akan seperti ini. Memang susah berurusan dengan anak orang kaya yang suka seenaknya saja.
Ettan tertawa terbahak - bahak dengan reaksi Dean dan Vio yang terlihat tampak kesal dengan leluconnya. Sebenarnya dia hanya ingin membuat suasana tegang menjadi lebih santai sejenak dari tadi Dean dan Vio tampak tegang.
“Sorry … sorry … aku ga ada maksud untuk menggoda kalian. Aku sebenarnya ingin mengatakan kalau mobil yang membawa Keira sudah terlacak plat nomor polisinya,” ucap Ettan.
Mata Dean melirik Ettan dengan tajam. Bagaimana mungkin berita sepenting ini malah sengaja dibuat lelucon untuk Ettan. Jika tidak mengingat orang tua Ettan yang memiliki banyak koneksi di Jakarta ingin sekali dia menghajarnya.
Vio pun reaksinya sama seperti Dean. Dia sangat-sangat kesal dengan kelakuan Ettan, memang usia mereka terpaut 5 tahun dan kekasihnya itu seumuran dengan Keira tapi bukan berarti bisa bercanda dalam situasi yang sedang tidak kondusif. Ettan semakin hari semakin kekanak - kanakkan membuatnya sangat kesal.
“Sekarang di mana mobil itu terlihat terakhir kalinya?” tanya Dean.
“Di daerah Puncak, Bogor, tapi untuk tepatnya belum bisa diketahui. Masih dalam proses pencarian, aku sedang menyelidiki di mana saja Villa milik keluarga Josep berada.”
“Keluarga Josep? Siapa mereka?”
“Yaa ampun Dean sepertinya kamu benar - benar tidak mengetahui dengan pasti keluarga mantan kekasih Keira yaa. Si Cristo itu nama keluarga Josep.”
Entah mengapa perkataan Ettan membuat Dean kesal. Dia memang akan menikahi Keira, tapi apakah perlu dia mengetahui tentang Cristo lebih dalam. Mengetahui Keira diculik oleh Cristo saja sudah membuatnya kesal.
“Aku mau ikut mencari Keira,” ujar Dean.
“Memangnya kamu tau jalan ke sana?” tanya Ettan.
“Walau aku sudah 10 tahun tidak ke Puncak tapi aku yakin jalannya tetap sama ‘kan?”
“Jangan pergi sendirian nanti bareng aku saja, ga tega aku sama kamu, Dean.”
Dean tersenyum menatap Ettan. Dia memang sebaiknya pergi bersama Ettan saat ini hanya kekasih berondong Vio lah yang bisa menolong Keira.
“Sayang, aku ikut yaa,” ujar Vio.
“Jangan Sayang. Ini berbahaya aku takut kamu akan terluka,” ucap Ettan.
“Tapi aku juga ingin membantu Keira.”
“Aku harap kamu di sini saja Vi menunggu kabar dari kami.”
Vio pun menuruti perkataan Ettan. Dia hanya bisa berharap Dean dan Ettan bisa membawa Keira kembali.