Aliran air sungai Desa Pagelaran itu cukup deras, dengan batuan kalinya yang besar-besar, namun kejernihan airnya menyejukkan mata siapa pun yang memandangnya. Deva duduk di sebuah batu besar dipinggiran sungai, tak ada siapa pun di sana, Deva memang sedang ingin sendiri, tak tahu lagi mesti bagaimana lagi dia menyikapi perasaan cinta yang kian hari kian dalam kepada Sukesih, namun Deva tak mampu berbuat apa-apa, dia hanya bisa saling berbagi pandang dan senyuman tiap kali Sukesih berjalan melewati pematang di sawah milik kakeknya, Mbah Sastro. Peringatan keras dari Mbah Sastro agar dia tak mendekati Sukesih terasa bagai sayatan pisau yang mengiris hatinya, Deva dengan terpaksa memendam saja perasaannya, jangankan untuk menyatakan cinta, sekedar mendekati saja Deva sama sekali tak berani