Liuk Gemulai Tarian Prasangka

2126 Kata

    Pendulum jam antik—warisan kakek buyutnya Mas Bram—yang kupasang di ruang tamu, berdentang sembilan kali. Kutatap dengan lebih seksama mesin penunjuk waktu itu. Jarum panjang berdiri tegak di angka dua belas. Sedang jarum pendeknya rebah di angka sembilan. Tidak ada yang salah, jumlah dentangannya sesuai dengan posisi kedua jarumnya tersebut.     Kusibak gorden jendela dan melihat ke luar. Hujan masih turun, meski sudah tak selebat sore tadi. Jalanan lengang, khas suasana komplek perumahan ini di malam hari. Napas berat kuembus, entah untuk yang keberapa kalinya.      Bukannya tanpa alasan, kegelisahanku malam ini.  Mas Bram belum kembali dari mengantar pulang Kartika. Padahal, mereka tadi keluar dari rumah ini selepas dhuhur, sekitar pukul satu lebih sedikit. Jika perjalanan lancar

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN