"Kamu benaran tidak apa-apa?" Mas Rashad menatapku intens ketika kami sudah berada di halaman rumah di mana Mas Reksa membawaku. "Apa kita perlu ke rumah sakit?" lanjutnya dengan raut yang terlihat begitu khawatir. "Enggak perlu, Mas." Aku menggeleng lemah, masih merasa syok atas apa yang baru saja Mas Reksa lakukan. "Aku tidak apa-apa. Aku cuma mau pulang," ucapku kemudian. "Ya, sudah. Ayo kita pulang." Mas Rashad segera men-starter sepeda motornya, lalu memintaku naik. Setelah itu dia mulai melajukan kuda besinya itu meninggalkan kediaman Mas Reksa. Aku tidak tahu apakah itu memang kediaman Mas Reksa atau bukan. Rumah itu seperti lama tidak dihuni. Sepanjang perjalanan, tidak ada pembicaraan yang terjadi antara aku dan Mas Rashad. Untuk berbicara, aku seolah tidak punya tenaga. Tub
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari