Makin dekat

1065 Kata
Tubuh Arumi masih membeku, ketika Arga melepaskan ciumannya, kemudian mengusap bekas saliva yan tertinggal di sudut bibirnya. "Kamu menggemaskan sekali sayang, kenapa wajahmu selalu memerah setiap kali kita berciuman." kata Arga. Beberapa detik kemudian, Arumi tersadar jika keduanya kini sedang berakting di depan wanita yang jadi mantan kekasih Arga itu. "Eh... iya.kamu luar biasa, sa-yang." balas Arum dengan sedikit terbata. "Kamu kejam sekali padaku, Arga." Kemudian Diana menghentakkan kakinya dan pergi meninggalkan pasangan tak tahu malu itu. Arumi langsung menjauhkan tubuhnya dari Arga setelah mereka kini hanya tinggal berdua. Wajahnya masih merona bagaikan tomat, setelah beberapa detik yang lalu mereka saling bersilaturahmi bibir. "Arum, maafkan aku." kata Arga dengan lirih. "Saya... "Arumi menunduk, tidak berani menatap sang atasan, entah ia marah atau apa? Arga belum bisa mengartikannya. "Saya akan bertanggung jawab, Arumi." kata pria itu. Wanita itu seketika mengangkat wajahnya, "Maksud anda?" tanya Arumi penasaran. "Saya sudah berani mencium kamu tanpa persetujuanmu.Saya minta maaf dan saya akn bertanggung jawab." "Pak, ini hanya reflek saja, kenapa anda harus beranggung jawab segala.Ha..ha.. anda ada-ada saja." Balas perempuan itu sambil memaksakan diri untuk tertawa. "Sudahlah pak, saya sudah siap.Ayo katanya bapak mau ke suatu tempat." Arumi berjalan lebih dulu keluar restoran. Hatinya bernar-benar dibuat kaget dengan kejadian yang tiba-tiba saja di alami ini.Ia tidak pernah menyangka akan terjebak dengan situasi ini. Arga membawa Arumi menikmati indahnya kota Yogyakarta di siang hari itu.Seandainya saja waktu mereka banyak mungkin Arga akan mengajak gadis itu ke tempat lain yang lebih indah. Yogya adalah kota favorit Arga, selain karena almarhum papanya berasal dari kota ini, ia juga menyimpan satu kenangan manis disini. "Ayo." Arga mengulurkan tanganya, memabntu Arumi untuk naik keatas candi prambananan, ini mungkin tempat wisata yang paling mudah di jangkau karena letaknya yang ditengah kota dan strategis itu. "Terima kasih, pak."jawab Arumi, kembali merona. "Welcome." balas Pria itu lagi sambil memasang lesung pipitnya yang sejak tadi pagi mencuri perhatian Arumi. Arumi begitu senang hari ini, sedikit beban di hatinya berkurang, bahkan peristiwa malam na'as itu sempat ia lupakan.Arga benar-benar menadi sosok yang berbeda hari itu, mereka tidak seperti atasan dan bawahan, tapi lebih ke seperti dua orang yang sedang PDKT. Ya, mungkin.Karena Arga berencana untuk mengakui semua perbuatanya pada Arumi.Hingga kini keduanya sudah berada di hotel kembali karena acara jalan-jalan mereka yang snagat singkat. "Arum, aku ingin membicarakan sesuatu paadamu, bisa ikut saya ke kamar?" tanya Arga. Meski dengan sedikit ragu, Arumi mengangguk setuju. Arga pun mulai membuka pintu dengan menggunkan card, kemudian mereka masuk ke dalam kamar yang lumayan besar dan mewah itu. Jika dari semalam ia sudah bertekad untuk mengakui perbuatanya pada Arumi tentang dirinya yang sudah membuat gadis itu kehilangan mahkota berharganya, tapi kini ia di landa kegalauan, dimana dirinya tiba-tiba saja tidak memilki rasa percaya diri dan bingung harus mulai dari mana. "apa yang ingin anda bicarakan pak?" tanya Arumi menyentak lamunan pria itu. Buru-buru Arga berbalik badan menghadapnya, karena sejak tadi ia belum sama sekali bertatapan dengan gadis itu . "Arum, aku..ingin bicara sesuatu sama kamu." ucap Arga lagi,ia terus menatap Arumi tanpa kedip. "Ada apa pak?' "Aku minta maaf soal..." "Pak, sudah, tidak usah diperpanjang lagi.Lagipula saya tahu posisi pak Arga tadi sedang terjepit." jawab Arum. "Rum, tapi bukan itu yang..." "Pak, saya mohon jangn di bahas lagi.Saya anggap tadi terjadi apa-apa antara saya dan pak Arga." Potong Arumi. Arga hanya bisa menghela napasnya berat, kenapa disaat-saat seperti ini dirinya tidak bisa membuka mulutnya dan berkata jujur pada Arumi.Di tambah perempuan tu yang terus saja menghindari pembahasan ini. "ya sudah kita bersiap untuk ke bandara!" Akhirnya hanya itu yang bisa di ucapkan oleh Arga. "Baik pak." Arumi segera berbalik badan, meninggalkan Arga dan keluar dari kamar mewah itu. Arga langsung melempar sepatu yang ia kenakan ke sembarang arah, merutuki kebodohanya sendiri. kenapa dirinya tidak bisa berbuat apa-apa pada Arumi. JIka saja teman-temannya mengetahui kalau dirinya menjadi pecundang seperti ini pasti ia akan jadi bulan-bulanan mereka. "Kau memang bodoh Arga." ** Arumi bersembunyi di balik pohon, ketika terlihat Ryo sedang menunggunya di dekat gerbang.Setelah kejadian itu, ia sudah tidak mau lagi berjumpa dengan pria itu,bahkan sudah menganggap dirinya tidak ada hubungan sama sekali dengannya. "Mba Arumi lagi apa?" Panggil seseorang berseragam security. Arumi segera menoleh dan menempelkan ujung jarinya pada pak Asep, yang sehari-hari berjaga di area dekat lobby kantor. "Diam pak, saya lagi sembunyi dari orang itu."Jawabnya sambil berbisik. "Kenapa, Mba dia ahat juga?" balas Asep yang ikutan berbisik. "Pokoknya saya gak mau ketemu dia pak. Oh ya kalau misalnya dia nanya sama pak ASep bilang saya sudah resign.Makasih pak." Arumi berlari kembali masuk ke dalam kantor, tanpa mendengar jawaban dari pak ASep yang masih menyimpan seribu pertanyaan. Tanpa sengaja wanita itu menubruk tubuh seseorang, saking tergesa-gesanya. "Aduhhhh." ucap Arum, sambil memegangi dagunya. "Kenapa kamu?" Arumi mendongakan kepala, rupanya Argalah orang yang ia tabrak. "Eh pak Arga, maaf." balas Arumi, ia kembali melihat kearah luar, memperhatikan Asep yang terlihat berbincang dengan seseorang. Arga langsung mengernyitkan dahi saat melihat pria itu, pria yang pernah ia hajar habis habisan karena hampir saja melecehkan Arumi. "Dia? ngapain dia kesini? kamu masih berhubungan sama dia?" Kali ini giliran Arumi yang mengernyitkan dahinya, kenapa bisa bos nya tahu jika Ryo adalah kekasihnya. "Bapak kenal dia?" tanya Arumi penasaran. "Bukan hanya kenal, tapi aku pernah menghajarnya habis-habisan." celetuk Arga. "Apa? karena apa pak? kok bisa?" "Ya bisa lah, dia kan yang sudah memberim.." Arga tak melanjutkan ucapannya. "Sudahlah, pokoknya aku sudah menghajarnya, dan ini bukan urusanmu." Akhirnya hanya itu yang bisa ARga ucapkan sebagai jawaban agar Arumi tak lagi bertanya-tanya. "Oh." "Terus apa yang dia lakukan disini?" Arumi menggeleng," Entahlah pak, tapi sepertinya ingin menemui saya, tapi saya gak mau." "Lalu?" "Entahlah." Arga terdiam sebentar, hingga detik berikutnya, ia memegangi lengan Arumi dan menyeretnya keluar lobby. "Lho pak, mau bawa saya kemana?"tanya Arumi heran. "Ikut ke mobilku, kita pulang sama-sama!" jawabnya. Jody yang melihat bos nya memegangi lengan Arumi dengan sedikit tergesa-gesa, segera membuka pintu mobil tanpa di minta. Kemudian dia duduk di depan bersama supir. Mobil yang membawa Arumi dan Arga perlahan melewati Ryo yang sedang bersama Asep itu. Arga membuka kaca jendela dan menatap kearah Ryo, sambil memamerkan tangan Arumi yang ia genggam, sambil ia kecup. "Dasar, wanita sialan.Rupanya dia pura-pura jual mahal karena ingin mendapatkan pria yang lebih mapan dariku!" umpat Ryo dengan kesal, tak sengaja ia menendang kaki ASep dengan sebelah kakinya, hingga membuat pria itu mengerang kesakitan. "Hey anak muda apa-apaan kau ini?" Teriak Asep.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN