"Tato itu? "

1057 Kata
Arga baru saja sampai di apartement miliknya, setelah seharian bekerja pria itu lebih memilih pulang ke kediaman pribadinya daripada ke rumah utaman dimana Neneknya tinggal. Sebab jika dia pulang kesana, maka dirinya akan di pusingkan dengan permintaan sang Eyang yang meminta dirinya untuk segera menikah. "Mau apa lagi sih, Ga? umur udah cukup, harta banyak,tinggal istri dan ngasih Eyang cicit kok susahnya minta ampun sih." Kata-kata itulah yan selalu keluar dari mulut Eyang uti kesayanganya, jika dirinya pulang ke rumah besar.Sebenarnya bukan hal yang sulit mengabulkan permintaan wanita yang sudah sangat tua itu, semua gadis yang dekat dengannya berlomba-lomba untuk bisa jadi istrinya,tapi pria itu sama sekali tidak menunjukan ketertarikan. Hanya ada tiga wanita yang ia kenal dalam hidupnya,Pertama Eyang uti, Sarah mama kandungnya, dan Diana mantan kekasihnya. Ya Diana, wanita itulah alasan dirinya belum juga menikah sampai saat ini. Luka yang ditinggalkan Diana amat membekas dalam hatinya. Bagiamana mungkin? Mereka menjalin hubungan saat keduanya masih di bangku SMA, sampai akhirnya keduanya melanjutkan kuliah ke luar negeri dan akhirnya telah bekerja. TIba-tiba saja Arga menemukan Diana sedang berbagi peluh dengan pria lain.Padahal dirinya sama sekali belum menyentuh kekasihnya itu. Hubungan mereka sangat ia jaga, Arga tak igin merusak Diana, dan selama berhubungan tidak ada yang sampai di luar batas selain b******u. Sejak mengetahui penghiantan Diana terhadapnya, Arga berubah menjadi pribadi yang lebih dingin dan sedikit arogan, ia pun mulai meniduri wanita secara random, tapi ia tak lupa memakai pengaman. Tapi kemarin malam saat melakukan dengan Arumi, ia merasakan sensasi yang aneh,yang tak pernah ia rasakan saat bersama wanita lain, terlebih ia melakukannya dengan gadis perawan, hal itu benar-benar membuatnya ketagihan, Arga menginginkannya lagi. Ia langsung menghubungi asisten pribadinya, untuk memesan seorang wanita penghibur. Ia butuh pelepasan sekarang juga. Satu jam kemudian, Arga yang sudah wangi dan bersih karena sudah mandi, kemudian membuka pintu apartemen, sebab tadi ia mendegar bel yang berbunyi nyaring. Seorang wanita dengan pakaian kurang bahan tampak berdiri di depan pintu, begitu melihat Arga membuka pintu apartemen, wanita itu langsung melambaikan tangan. "Hai, Arga Akhirnya kau menginginkanku lagi." ucap Molly, salah satu wanita yang pernah ia pakai jasanya untuk menghangatkan ranjangnya. "Eitssss, jangan sentuh aku dengan tangan kotormu, Molly, kau hanya cukup melakukan tugasmu saja." jawab Arga ambil mengangkat kedua tangannya, tanda ia tidak ingin di sentuh oleh wanita itu. Molly, hanya memutar bola matanya keatas, ia sebenarnya tahu apa yang harus ia lakukan pada pria itu, hanya saja Molly sangat penasaran kenapa Arga sama sekali tidak mau di cium ataupun di peluk. padahal keduanya sudah beberapa kali melakukan hubungan. "Iya, baiklah Argantara.Aku tahu apa yang harus aku lakukan."ucap wanita itu,kemudian ia melangkah masuk melewati Arga. Wanita itu langsung duduk di sofa empuk itu, kemudian menatap Arga yang bersejedap d**a sambil berdiri. "Kau akan terus di situ? "tanya Molly. Dan Arga hanya berdecak, ia kemdian duduk di kursi kosong depan Molly, dengan kedua kaki yang melebar kesamping. "Lakukan tugasmu, sekarang!!" Dengan segera, Molly langsung melucuti pakainya sendiri kemudian melakukan apa yang Arga perintahkan padanya. ** Arum melirik jam digital yang melingkar di pergelangan tanganya, tumben sekali pesanan ojol yang ia pesan sangat terlambat dari yang biasnya. Sedangkan saat ini waktu sudah menunjukan pukul setengah delapan pagi.Dan jika dalam sepuluh menit ojol tersebut tak datang maka ia akan terlambat. Tak berapa lama, sebuah mobil mewah berhenti tepat di depan halte, dimana wanita itu berdiri saat ini. Ia sempat bingung, hingga tiba-tiba wajah Arga terlihat jelas, seiring kaca jendela yang mulai turun. "Eh, pak Arga." Kata Arumi, sedikit terkejut. "Naiklah,sebelum terlambat!" ucap ARga dengan nada memerintah. "Baik, pak." balas Arum,meski sebenarnya ia sedikit risih, dan bertanya-tanya, kenapa bisa bosnya itu lewat jalan disini, padahal jarak dari rumahnya ke sini sangat jauh dan berlawaan arah. Awalnya, Arum akan duduk di kursi samping supir , tapi saat melihat jody sedang duduk disana, pada akhirnya, ia membuka pintu belakang dan duduk di samping Arga. Jantungnya tiba-tiba berdetak lebih kencang, terkadang Arum merutuki kebodohanya itu dan bertanya tanya kenapa bisa jantungnya tidak bisa diajak tenang jika sedang bersama atasanya . "Dokument untuk perusahaan pak Anwar sudah kamu siapain, Arum?" tanya Arga,tanpa menatap kearah sang sekretaris. "Sudah, pak.Sudah saya siapkan, Tinggal di tanda tangani kedua belah pihak saja pak."jawab Arum, yang terdengar sedikit gugup. HIngga membuat Arga sedikit mengernyitkan dahinya "Ada apa dengan suaramu, Arum?" tanya Arga. "Ti..dak pak." Jawab Arum bertambah gugup. "Kamu sakit? kalau sakit jangan memaksakan diri untuk kerja." kata Arga lagi. "Tidak pak, saya baik-baik saja, benar kok.Saya hanya gugup duduk di sebelah bapak,he..he." ucap Arum. Sementara itu jody dan dan Anwar yang duduk di kursi depan, mencoba menahan tawa mereka mendegar perkatan Arum, meski sudah berminggu minggu gadis itu menjadi sekretaris Arga, tetapi Arum terlihat masih sangat polos. Di tengah jalan, tiba-tiba saja, Jody mendapat telepon dari salah satu client. "Ya halo." kata Jody. Semua orang yang ada di dalam mobil tampak hening sambil memperhatikan Jody. Kemudian, "Baik, pak.Akan saya sampaikan." Setelah itu pria yang sudah tiga tahun bekerja sebagai asiten Arga itupun menutup teleponnya. "Ada apa?" tanya Arga penasaran. "Pertemuan dengan pt.Nusantara di percepat,malam ini pak,karena Pak Natan mendadak harus terbang besok pagi ke Singapura." jawab Jody. "Sial, seenak jidad merubah jadwal, dikira aku orang nganggur apa?" Sahut Arga sedikit menggerutu kesal. "Jika Pak Arga tidak keberatan, saya saja yang kesana?" ucap Jody, menawarkan diri. Arga menggeleng, "TIdak, jod.Kamu di kantor handle urusan disana, biar aku dan Arum yang akan terbang siang ini ke Jogya.Carikan tiket pesawat untuk dua oran sekarang!" "Saya ikut juga pak?" tanya Arum sedikit kaget, karena biasnya ia tidak pernah di ajak ke luar kota oleh Arga dan tiba-tiba saja tanpa persetujuanya dia di ikut sertakan. "Iya, kamu ikutlah.Lalu siapa yang bantu saya disana? kan jody saya suruh tinggal."jawab Arga. "Baik pak." Dan disinilah mereka sekarang,di sebuah pesawat komersil tujuan Jakarta-Jogyakarta.Karena keberangkatan yang mendadak, mereka hanya mendapatkan tiket ekonomi class. Arga mengipas-ipaskan tanganya, merasakan hawa panas di dalam pesawat tersebut. "Pak Arga kenapa?'' tanya Arum. "Panas,Rum." balasnya, dengan sedikit berbisik. "Owh, pake ini saja pak."Arum mengeluarkan kipas mini yang selalu ia bawa di dalam tasnya, dan memberikannya pada sang atasan. Dengan senang hati Arga menerimanya, ia membuka dua kancing kemejanya, agar angin dari kipas itu masuk kedalam bajunya. Dan hal itu di lihat jelas oleh Arumi, yang memang duduk di sebelahnya.Kedua alisnya tiba-tiba menyatu, saat melihat sebuah tato di d**a bidang pria itu, sekelebat bayangan malam naas terlintas di kepalanya. "Tato itu?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN