Mau tak mau, demi melanjutkan kuliah, Kesha mati-matian kuliah di STIE Matahari. Hari demi hari berkutat dengan pelajaran, yang demi langit lapis paling terakhir sangat memuakkan dirinya. Dan selama hampir tiga semester kuliah, hal yang dipikirkannya saat para dosen sedang memaparkan mata kuliah, otaknya sibuk memikirkan nasibnya yang malang.
Terkena karma karena membenci ekonomi.
(Herannya dia sangat mudah memahami semua mata kuliahnya dengan cepat!)
Entah kenapa, tapi ia sangat tak suka pada pelajaran satu itu. Sampai-sampai membuang muka saat melihat buku paket berbau ekonomi. Namun….
Itu dulu….
Sesuatu yang membuat mata hati dan pikiran Kesha terbuka… sesuatu yang tak pernah disadarinya selama ia kuliah di STIE Matahari….
Hati Kesha luluh…. Ekonomi seakan-akan memberinya chemistry… sesuatu yang membuat dia sadar, kalau ekonomi bagai magnet yang menarik dirinya. Semakin kuat ia berlari, semakin kuat pula ekonomi menariknya. Yang artinya, semakin ia membenci ekonomi, semakin ia sadar bahwa jurusan yang ia jalani saat ini adalah jurusan yang amat begitu penting di masyrakat. Walaupun banyak yang memandangnya sebelah mata…
Ekonomi adalah tiang dari suatu negara hingga dapat berdiri… kapan goyah atau roboh… maka… negara itu akan hancur dengan sendirinya yang dimulai dari sebuah keluarga kecil sederhana… berdampak sistemik, seperti setumpuk kartu domino yang berdiri tegak dan jatuh tumpah tindih dari awal hingga baris terakhir…. Lama atau takkan dapat pulih….
Hal itu disadarinya ketika beberapa minggu lalu melihat sebuah berita, seorang buruh yang terkena PHK, terpaksa melakukan bunuh diri sekeluarga karena tak sanggup membiayai kelangsungan hidup mereka sehari-hari… bahkan sesuap nasi tak sanggup dipenuhi barang sehari pun… semua harta mereka telah ludes untuk dijual demi membayar tunggakan listrik dan air yang amat mahal bagi orang yang gajinya di bawah pendapatan per kapitan (pendapatan rata-rata penduduk di suatu Negara).
Dan saat itu… hati kecil Kesha seakan-akan menjerit marah karena nasib malang keluarga itu…
Dia tak ingin ada yang mengalami hal itu lagi, tak ingin ada yang terkena PHK lagi, tak ingin ada orang yang tak sanggup makan sesuap nasi barang sehari saja. Dia ingin memiliki kekuatan, kekuatan yang mampu mengubah hal itu. Sesuatu yang harusnya dapat ia lakukan. Ya… tentu saja! Kesha berniat membuka lapangan kerja sebanyak mungkin dan mengurangi pengangguran yang merajalela dan mendirikan lembaga untuk wirausaha mandiri . Hanya satu yang mampu untuk mewujudkan niatnya.
Mengusai ilmu ekonomi…
Mendirikan perusahaan…
Dan berguna bagi nusa dan bangsa… lebih besar lagi peranannya…
Sesuatu yang berhubungan dengan apa yang dia benci, sesuatu yang tak seharusnya dia sepelekan… Kesha ingin menjadi ahli ekonomi terkemuka yang mampu mengurangi masalah ekonomi yang melanda negerinya.
"Bukan begitu, gimana? Kau mau merusak rencana D kita? Rencana untuk meraih cita-cita kita? Bulan depan ujiannya bakal digelar, Kesh!!!” sembur Jessy berapi-api. “Aku nggak ngerti jalan pikiranmu! Kau boleh saja tetap disini, tapi aku nggak bisa kuliah dengan hal yang nggak aku suka!” Jessy bersandar sambil melipat tangan di d**a.
Mulutnya mengerucut, tak habis pikir rencana mereka berdua yang sudah disusun lebih setahun untuk mendaftar sebagai MABA tahun ini bakal hancur oleh teman baiknya sendiri. Teman seperjuangannya. Ya! Jessy juga senasib dengan Kesha. Salah jurusan. Bedanya, Jessy lulus di PTN tapi gagal gara-gara salah mengisi kode, bukannya kode jurusan HI (Hubungan Internasional) yang tercantum saat pengumuman, tapi malah kode jurusan pertanian yang membelalakkan matanya hingga nyaris pingsan saat itu dan sialnya, nilai Jessy mencukupi untuk lulus dijurusan HI! Kesha sempat iri, mengingat nilai HI lumayan tinggi.