“Berhati-hatilah jika kalian membenci sesuatu….”
“Jangan memalingkan muka kalian jika tak tahu hal apa itu sebenarnya”
“Ingat kumpul makalah kalian sebelum final minggu depan! Bapak tidak akan segan-segan member F minus jika ada yang terlambat!” teriak Pak Darius ketika bel mata kuliah kedua hari itu selesai, sang dosen killer yang terkenal seantearo tempat di kampus Kesha.
“Jiah! Ngapain juga si dosen killer itu ngasih tugas kayak gituan? Bikin pusing aja! Hobi, ya?” keluh Jessy setengah berbisik di samping Kesha. Headset nirkabel dicopot dari telinga, tangannya meraih catatan yang disodorkan Kesha.
“Biar aja, Jes. Itu, kan risikonya kalau kuliah. Lagian mata kuliahnya menarik, kok. Apalagi pas diskusi.” Kesha membereskan buku paketnya setengah menghela napas, merogoh saku kanannya dan mengeluarkan permen karet rasa blueberry. “Mau?” tawarnya pada Jessy, tapi hanya dibalas gelengan kepala.
“Kau ini sudah pasrah, ya?” pekik Jessy, matanya terbelalak kaget.
Spontan orang-orang yang masih ada di dalam kelas terkejut mendengarnya.
“Hah? Menyerah apa?” tanya Kesha lambat-lambat dengan tampang polosnya.
“Soal pindah universitas! Kamu nggak mau ikut tes masuk perguruan tinggi negeri bulan depan?” tanpa tedeng aling-aling, Jessy menarik tangan Kesha. “Kamu udah nggak mau ngejar cita-citamu sebagai programmer? Halo??? kamu kesambet setan, ya ?” jessy memutar bola mata, memandang tak percaya pada Kesha yang cemberut.
"Aduh! Sakit, Jes!" keluhnya, menarik tangan dari cengkeraman Jessy yang sanggup matahin ranting pohon seketika itu juga. "Bukan gitu, Jes…. " Kesha bertopang dagu, memandang papan putih pucat yang dipenuhi corat-coret rumus ekonomi mikro.
Sebenarnya Kesha adalah salah satu dari sekian banyak mahasiswi yang salah jurusan di berbagai kota yang ada. Pada mulanya, ia mendaftar di sebuah perguruan tinggi negeri dengan sasaran konsentrasi bidang komputer, tapi gagal karena nilainya tak mencukupi persyaratan masuk di universitas itu. walaupun Kesha sudah mewanti-wanti hal itu, tetap saja masih tak percaya dengan apa yang dialaminya. Dia pintar, berbakat dan penuh talenta di segala bidang! Hanya karena tak lulus tes TPA, terpaksa impiannya sejak kecil tenggelam dalam suasana hati yang bermuram durja selama berminggu-minggu. Dasar sial! Kata-kata itu sering terlontar di hatinya saat sedang merenungi takdirnya.
Kesha nggak segitu cerobohnya kalau hanya bergantung pada satu universitas. Masih ada rencana B dan C yang belum diketahui hasilnya. Rencana B, mendaftar via UTUL dan rencana C mendaftar di perguruan tinggi swasta yang kemungkinan lulus 89,99%!
Kedua hasilnya tak membuat Kesha kecewa, dia lulus di kedua rencananya itu. sempat perang batin terjadi antara masuk swasta atau negeri. Tapi, tekadnya yang berbalut nekat, memilih perguruan tinggi swasta, padahal selama ini tak pernah terpikirkan untuk masuk swasta sama sekali. Hal ini sudah dipikirkannya baik-baik. Lagian, toh, Kesha sempat digertak oleh salah seorang calon senior di perguruan tinggi negeri gara-gara uang palak 5000 rupiah. Dan itu membuatnya naik darah, apalagi mengingat waktu itu dia juga belum bayar uang pendaftaran 4 juta, eh , malah udah dipalak duluan! Gimana kalau udah jadi mahasiswi disana??? Parah!
Dan yang paling membuat bahu Kesha lemas, jurusan yang dipilihnya baik di rencana B ataupun rencana C, sama-sama berbau ekonomi! Mudah saja karena apa, nilai syarat lulusnya rendah dan terpikir hanya sekedar cadangan. Kesha paling anti ekonomi! Dia benci! Sangat benci!! Makanya waktu SMA, masuk di jurusan IPA merupakan hal yang membuatnya girang bukan kepalang! Rekomendasi memilih ekonomi itu karena saran orang tuanya. Katanya cepat kerja, gitu?