Cerpen 1: Summer in My Love - Part 7

624 Kata
Mata Kesha melirik tempat di sampingnya melalui ujung matanya. Lalu kembali menatap pemilik suara denting gelas itu, dirinya tampak seperti orang bodoh saja. Sedetik berikutnya ia sadar lalu mengangguk, mengiyakannya. Melepas headsetnya tanpa sadar.   “Terima kasih.” ia tersenyum.   Kesha tak tahu harus berbuat apa, maka ia kembali berusaha fokus dengan rumus di hadapannya, sementara orang itu duduk di sampingnya.   Dia sulit berkonsentrasi!   Si cowok musim panas berbicara dengannya! Sulit dipercaya! ini harus masuk ke catatan rekor dunia!   Oh My Gosh!   Pekiknya dalam hati.   Mereka tak berbicara selama beberapa menit sampai Kesha pamitan untuk pergi—tak tahan dengan sensasi aneh yang dirasakannya, walaupun ia menikmatinya.  Si cowok itu tanpa diduga meraih pergelangan tangannya.   Kesha terkejut.   “A…apa?” tanyanya gugup disertai panik.   Ini pertama kalinya ia berbicara dengannya.   “Maukah kau menemaniku sebentar di sini? Tidak lama, kok. Aku tak tahan sendirian. Jika kau tak keberatan tentunya.” senyum cowok itu mampu membuatnya rela terjun dari tebing!   Kepala Kesha agak miring ke kanan, bola matanya melirik rerumputan hijau yang basah terkena hujan beberapa saat lalu. “Yah.. bo… boleh saja…” jawabnya malu. Bingung kenapa dia yang harus menemaninya   Kembali Si cowok musim panas tersenyum. Kesha cepat-cepat memutar badannya untuk duduk di sampingnya.   “Kau suka melon?” tanyanya tanpa disangka-sangka.   "Apa?" refleks kening Kesha mengkerut mendengar pertanyaan aneh itu. Menatapnya seakan-akan ada tanda tanya besar yang terpaku disana.   "Kau suka melon?" ulangnya.   Aneh. Cukup aneh. Kesha berpikir kalau cowok musim panas di sampingya ini tak jauh beda dengan cowok lollipop-nya Jessy.   “Ya. Lumayan. Kau?”   “Sama.” jawabnya tenang.   Walaupun cukup lama mereka ngobrol, tak ada hal serius yang mereka bicarakan. Hanya hal-hal konyol seperti kenapa warna zebra itu belang-belang atau apa yang paling disukai seeokor kucing selain ikan. Konyol, bukan? Tapi, Kesha cukup senang hari itu, malahan senang sekali!   Ketika akan berpisah, cowok musim panas itu meminta mereka saling bertukar nomor. Surga! Jerit Kesha dalam hati. Sekalipun hanya sebuah perkenalan biasa.   Hari itu Kesha memutuskan untuk tak memikirkan kertas kumal itu lagi. Pertemuannya dengan Yuda, membuat rasa cemasnya hilang, menguap entah kemana.   ***   Hari ujian itu pun tiba. Kesha deg-degan setengah mati walaupun yakin seratus persen dengan kemampuannya. Jessy menemaninya menuju aula tempat ujian itu diadakan.   “Kau harus sukses, Kesh! Harus! Awas kalau tidak!” ancam Jessy, terpasang senyum mengerikan yang dibuat-buat olehnya.   Derap langkah mereka semakin dipercepat, takut terlambat sampai di tempat tujuan.   “Tentu, Jess! Terima kasih!” sahut Kesha lembut.   Matanya seakan-akan sudah terprogram untuk mendeksi keberadaan si cowok musim panas kemanapun ia berada. Yuda, tengah asyik ngobrol dengan beberapa temannya di ujung lorong perpustakaan. Kesha menggeleng cepat, dia tak mau konsentrasinya buyar gara-gara hal ini.   Yuda tak pernah menelponnya semenjak mereka saling bertukar nomor, bagi Kesha itu tak penting. Yang penting adalah dia telah berbicara dengan Si Cowok musim panas itu. Dia tak akan berharap ada hubungan yang tak mungkin di antara mereka. Karena itu jelas tak mungkin!   “Ada apa?” Jessy melihat Kesha menggeleng.   “Tidak apa-apa. Hanya gugup.” sanggahnya cepat.   Empat jam berlalu, Jessy duduk di luar menunggu Kesha yang menempuh ujian terbuka, alih-alih balas jasa karena telah menolongnya menghadapi ujian SNMPTN beberapa bulan lalu. Dan berkat pertolongan Kesha, sekarang ia telah kuliah di tempat yang dieluk-elukannya. Jessy kuliah di dua tempat, hanya saja mengganti kuliah online di STIE Matahari. Berhenti kuliah di STIE Matahari hanya membuatnya rugi.   Jessy memandang Kesha yang keluar dari aula dengan wajah muram, keningnya berkerut, dia berjalan menghampiri Jessy.   Tampaknya Jessy tahu jawabannya.   “Jangan cemas, masih ada tahun depan, kok! Aku akan ikut belajar bersamamu.” ujarnya menghibur.   Kesha memelas mendengar tawaran Jessy. Dia berjalan lebih dekat lagi ke arah Jessy.   “Apa?” tanya Jessy, bingung. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN