"Kau. Kau tidak membawa penutup telinga. Di sana dingin. Kau tak akan cukup hanya dengan jaket, nona.”
“Apa? Tapi… hey! Bagaimana bisa kau berangkat bersamaan denganku! Aku, kan, dipercepat!” kening Kesha berkerut. Benar-benar aneh semua ini!
“Tenanglah.. akan kujelaskan kalau pesawat sudah lepas landas. Cewek musim panasku!” Yuda mencium kening kiri Kesha dan tersenyum lembut.
“Hey!” protesnya kikuk.
Kesha tak sempat membalas keisengan Yuda karena pesawat akan segera lepas landas saat itu juga. Jantung Kesha berdegup kencang, dia menutup mata. Agak takut kalau pesawat sedang lepas landas.
Tangan Kesha digenggam erat oleh Yuda, hangat. Dia membuka mata, menatap Yuda yang tersenyum ke depan. “Tenang saja, ada aku di sini.”
Entah apa yang telah terjadi, namun Kesha merasakan akan ada sesuatu yang begitu menarik yang akan terjadi di Amerika.
Roda pesawat terbang kini perlahan terlipat dan masuk ke tempatnya, naik semakin tinggi dan tinggi. Seirama dengan degup jantung Kesha.
Cowok musim panas-nya ada di sampingnya, menggenggam erat tangannya.
Sungguh ajaib dan romantis…!
Pikir Kesha .
Dan ketika pesawat sudah dalam keadaan stabil, Yuda menceritakan semua kisahnya yang bermula ketika ia yang kecewa dan putus asa serta patah hati mendengar tentang puisi cowok musim panas itu sampai telepon Jessy yang tiba-tiba membuatnya kembali merasakan hidup.
Dia bercerita kalau ia mendatangi rumah sang rektor hanya untuk mengajukan keberangkatannya dan menelepon pihak bandara hanya untuk mengecek di kursi nomor berapa Kesha duduk, siapa di sampingnya, dan jika bisa ia ingin membeli kursi itu tiga kali lipat dari harga normal.
Sukses dan lancar! Yuda mendapatkan apa yang diinginkannya. Apalagi pesawatnya sedang terhadang badai. Keberuntungan selalu menyertai Yuda!
Kesha yang mendengar dari awal sampai akhir hanya memasang tampang tak percaya.
“Ya. Begitulah. aku dan Jessy berbarengan kemari, asal kau mau tahu.” Jelas Yuda lagi.
“Tapi…. Ba… bagaimana mungkin?”
“Ya… mungkin saja… karena aku mencintaimu…” nada suara Yuda terdengar lembut, penuh emosi dan kejujuran. Entah apa yang akan Kesha lakukan ketika mendengar pengakuan itu.
“Kenapa…? Apa alasanmu menyukaiku….?” tanya Kesha masih tak percaya kalau cintanya tak bertepuk sebelah tangan.
“Kenapa? Karena aku mencintaimu…… alasannya? Sama denganmu…. Kenapa kau mencintaiku ? itulah perasaanku padamu… ” kedua tangan Yuda menggenggam tangan Kesha.
"Tapi…." Kesha masih tak percaya.
“Ssssst……” telunjuk kanan Yuda dilekatkan di bibir Kesha, menggeleng pelan. “Saat ini aku hanya ingin bersamamu setelah merasakan perasaan patah hati dan kehilangan yang begitu besar…” dia tertawa kecil.
Kesha tak mampu bergerak ataupun mengedipkan mata. Cowok musim panas itu benar-benar telah menyihirnya dengan kata-kata yang begitu indah.
“Aku rela dikutuk untuk mencintaimu selamanya tanpa ruang dan waktu, dan aku pasti senang sekali jika mendapat kutukan seperti itu, walaupun hanya akan ada dirimu dalam pikiranku yang membuatku tampak seperti orang i***t… aku tak keberatan… ” Yuda mencium kedua tangan Kesha, pipi Kesha memerah mendengarnya apalagi perlakuan Yuda yang berlebihan itu. Ingin sekali Kesha melompat keluar pesawat antara senang, malu, bahagia dan berbagai macam perasaan yang campur aduk.
“Yu… Yuda….” Kesha terlihat kikuk.
“Hey… aku sudah lama menderita gara-gara memendam perasaanku padamu. Jadi, biarkan aku menikmati pengakuan cintaku padamu….” Yuda mengedipkan sebelah matanya.
OH. MY. GOSH!!!!!!!
Tusuk aku dengan belati!!!!
Jerit Kesha dalam hati.