BAB 22 - Come back to New York

1056 Kata
Aku rasa yang Ana maksud mengenai di pesta itu bukannya yang berada di dalam kamar. Yang ku ingat aku kehilangan kendali, Ana melirikku lalu melirik ke arah lain beberapa kali, hal itu sudah mengganggunya bagaimana jika dia mengingat tentang kejadian tadi malam. dia pasti akan berteriak padaku dan mengatakan tentang rasa kekecewaannya yang tiada habisnya. "Itu hanya bagian dari akting, kita harus meyakinkan mereka."aku tidak yakin dengan perkataanku.   "Apa masih kurang yakin dengan gosip-gosip yang beredar, bahkan Jessica tahu pekerjaanku."gerutunya. "Dia tahu!."gumamku. "Ya. Apakah gosip yang beredar itu juga membicarakan tentang aku. Aku keberatan jika sampai mereka tahu lebih detail tentang diriku. Dan juga aku keberatan jika kau menciumku hanya karena akting.”aku menolehkan wajahku ke arahnya, kenapa dia bicara begitu? Dia tidak mau aku menciumnya karena akting, apa maksudnya itu! "Bukan itu maksudku! Bukan berarti aku mau jika bukan akting, masalahnya eugh.. pokonya! Aku tidak mau kau menciumku atau bahkan meniduriku dengan alasan apapun. Kau pikir aku ini wanita macam apa! Haruskah kita menuliskannya di dalam kontrak.”ia menutup bibirnya dengan sebelah telapak tangannya, suaranya terdengar berbisik karena tak ingin ada yang mendengar pembicaraan kami. Aku senang ia serius untuk menjaga rahasia ini. Perkataannya tadi menghiburku. “jangan membicarakan hal itu di luar Apartemen.”aku menegurnya, tak suka ia membahas hal itu di sini, bodyguard kami hanya berselang dua kursi dari tempat kami jika mereka mendengarnya aku akan berada dalam masalah. “mereka tidak akan mendengarnya, lagi pula aku berbicara dengan suara kecil.” Tiba-tiba saja Ana bangkit berdiri, wajahku mendongak menatapnya bingung. “kau mau kemana?.” “ke toilet, kau mau ikut?!.”yang benar saja apakah dia bercanda, memikirkan perkataan Ana membuat tubuhku terasa panas. Ia membuat pikiranku bergerak liar. Kita bisa melakukan s*x sambil berdiri. Sialan! ** Entah apa yang dilakukan Ana saat ini, sudah cukup lama ia tak kembali. Ana bilang ia hanya ingin ke toilet tapi sampai sekarang ia tak kunjung kembali. Apakah sesuatu terjadi padanya! aku melihat ke arah lorong lalu melirik ke arah jam tangan yang melingkar di tangan kiriku. Ia sudah pergi selama 50 menit. Aku yakin Ana tidak akan mandi. Aku memutuskan untuk bangkit berdiri, pergi menuju ke belakang untuk mencarinya. “skakmat.”suara Ana terdengar tampak riang. Aku semakin masuk ke dalam dan melihat krumunan melingkar di salah satu tempat. Aku melihat Ana duduk memblakangiku di sana, ia tertawa beberapa kali. Ternyata bermain catur, aku menunggunya di sana dan dia malah di sini tertawa bersama orang lain. Permainannya terlihat sangat seru. “anda sangat hebat.”salah seorang pelayan yang menjadi lawan mainnya memujinya, aku penasaran bagaimana jika Aku menjadi lawannya dalam bermain catur.   “terima kasih. Sekarang siapa yang mau bermain denganku?.”dia mau bermain, lagi. Astaga! Dia membuatku kesal bukan main. Bisa-bisanya dia melakukan hal ini. Aku menunggunya di sana dan dia malah asik bermain di sini.   “kemarilah.”ia meminta pelayan itu untuk duduk di hadapannya. Pelayan itu mengikuti permintaannya lalu duduk di hadapan Ana, aku berdiri di belakang Ana, mereka yang melihatku bergegas berdiri. Ana belum menyadari kehadiranku, ia mencondongkan tubuhnya lalu bertanya ada apa. Aku menunggu ia membalikan tubuhnya dan menatapku, keningku mengerut kesal melihat ekspresi kebingungan di wajahnya. Aku menarik tangannya untuk segera pergi dari sana, meninggalkan catur dan para pelayan yang masih berdiri kaku di sana. Ana mencoba untuk melepaskan genggaman tanganku, menarik tangannya yang berada digenggamanku. “Kau ini kenapa sih?.” “kau mengganggu mereka bekerja.”dan membiarkanku menunggu, duduk sendirian. “aku bosan, jika tertidur kepalaku akan sakit. Lagi pula mereka tidak kelihatan sibuk.”gerutu Ana. Aku melemparkan tatapan tajam ke arahnya. Lalu mencari-cari sesuatu yang bisa aku ebrikan pada Ana, jika masalahnya adalah kebosanan maka aku tidak akan membuatnya bosan lagi, aku harus membuatnya sibuk. Aku menerima konsol game dari salah satu bodyguardku, dia membantuku dengan benda ini. Aku memberikannya pada Ana, dan dia malah terlihat tersinggung karena benda itu. “Apa-apaa itu? Aku wanita dewasa, kau pikir aku anak laki-laki berusia 7 tahun. Aku tidak mau. Aku tidak suka permainan game seperti itu.”Tidak bisakah dia menerimanya saja dan tidak menolak hal-hal semacam ini. “tetap duduk di tempatmu jangan ganggu mereka bekerja.”Ana menyipitkan matanya, melemparkan tatapan sengit padaku.   “ya tuhan, kau benar-benar menyebalkan dan membosankan.”gerutu Ana, ia terdengar sangat muak dan terganggu. Aku bisa mengalihkan perhatiannya jika dia mau s*x denganku, aku akan melakukannya dengan senang hati, tapi aku rasa dia tidak akan mau dengan hal itu. aku kembali ke tempatku, duduk di hadapannya. Ana bangkit berdiri lalu aku kembali menariknay untuk kembali duduk di hadapanku, Ana kembali berdiri lalu aku akan kembali menariknya duduk lagi. Beberapa kali hingga akhirnya ia memilih untuk duduk tempat duduk lain, bagian lain bukannya di hadapanku lagi. Ana melirikku lalu menatap ke arah jendela pesawat, dia sangat keras kepala. Aku mengirim chat pada Philip untuk meminta sesuatu pada pelayan di belakang, sesuatu yang bisa membuat Ana nyaman, membuatnya diam tetap duduk di sana bukannya pergi ke belakang dan meninggalkanku sendirian di sini. Seorang pelayan datang membawakan sesuatu untuk Ana. Sebuah buku teka-teki silang, aku hampir tertawa melihat ekspresinya yang kelewat kesal. “kau bilang kau wanita dewasa, isi saja itu untuk waktu luangmu, lebih bermanfaat dari pada mengganggu orang lain.” Ana menggerutu sesuatu dengan suara lirih, tidak benar-benar bisa ku dengar apa yang dia katakan, lalu ia menaruh buku itu di depan wajahnya. Aku menggigit bibir bawahku menahan tawa. Ia mulai mengisinya, ada kerutan di keningnya ketika ia berusaha untuk memikirkan jawaban dari isi teka-teki tersebut. "Tristan, apakah aku akan mendapatkan hadiah jika berhasil mengisi buku ini? nenekku bilang aku bisa mendapatkan tas baru jika berhasil mengisinya dengan benar." Apa dia sedang meminta sesuatu padaku? secara tidak langsung, aku ingat ingin membelikannya gaun. "Ya. mungkin. jika kau berhasil mengisinya dengan benar. Tapi sepertinya tidak sah karena sejak tadi kau terus bertanya padaku mengenai isinya." "Tidak adil jika kau tidak mau membantuku, kau membuat otakku kerepotan memikirkan semua jawaban ini."dia menggerutu lagi. Aku menunggu Ana berkata, ayo main catur denganku. "kau adalah pria yang membosankan."aku mendengarnya berkata demikian sebelum memunggungiku menatap ke arah jendela. Aku tak tahu permainan semacam itu, jika dia menginginkan permainan dewasa maka aku akan menurutinya. Kapan dia akan membahas tentang hal itu. Ana menguap lalu memejamkan mata, ia mulai terlelap sulit mengalihkan tatapanku darinya, Ana menarik perhatianku.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN