Hari sabtuku di isi dengan pergi bekerja di hotel, aku memiliki akses untuk cctv dan memerhatikan setiap pergerakan Ana dari sini. Wanita itu bekerja dengan keras dan aku kagum saat melihatnya, hanya perasaanku saja atau staff sangat lengkap hari ini. Beberapa dari mereka memaksaka diri untuk masuk kerja karena kehadiranku di sini. Aku tidak masalah beberapa orang tidak akan karena hari ini jam mereka libur dan aku datang karena mengantar Ana. Beberapa dari mereka tampak asing bagiku, karyawan baru yang belum ku lihat menatapku dengan ekspresi bingung. Mungkin karena kemunculanku yang tiba-tiba berada di sini. Hari semakin berlalu dan aku masih di sini, menunggu Ana sampai selesai bekerja. Ray ada di sini, jam 10 dia menyusulku ke hotel dan membantuku. Banyak hal yang menjadi pertanyaan setibanya aku di sini, karena sudah cukup lama aku tidak datang, seolah banyak perubahan system yang tak ku ketahui.
“sir, pria terbunuh tepat saat ia keluar dari Apartemen kita di persimpangan. Seseorang menusuknya tepat di pinggang.”
Aku sudah bisa menduganya, hal biasa. Sesuatu yang sudah tak berguna akan segera di singkirkan. Alasanku tak perlu menyingkirkannya adalah untuk tidak mengotori tangan dan menyusahkan kami untuk membuang jasadnya. Hanya akan merepotkan jika kami melakukannya, kecuali ia memberikan informasi sedikitpun, maka dia tidak akan bisa kleuar hidup-hidup.
“dia meninggalkannya di sana?.”
“mungkin tadinya ya, tapi kemudian ia kembali dan mini van hitam dengan nomor polisi palsu membawanya pergi. Mereka tidak ingin polisi menemukannya.”Tentu saja, akan sangat merepotkan jika polisi tahu, dan akan mudah bagi mereka untuk menebak jika Shiltler adalah dalangnya. Mereka cukup menonjol dengan tato yang hanya membuat mereka membongkar jati diri. Membuat polisi tutup mulut adalah hal yang tidak menyenangkan, karena kau harus menghabiskan banyak uang.
“mereka tidak akan membiarkannya di sana, Shitler tidak benar-benar terjun langsung, ia memakai jasa orang lain untuk melakukannya.”alasan utama adalah karena berada di luar New York, kota ini memiliki, 60% orang-orang yang bisa di andalkan untuk menutup mulut mereka, sementara 40% sulit untuk menyenggol mereka dan membawa pers untuk melawan, membawa masyarakat sebagai tameng.
“benar sir, sepertinya kakek anda juga sedang bergerak untuk melakukan perlawanan.”aku terkejut mendengarnya, kupikir kakek tidak akan ikut campur. Ia sangat menginginkan ku untuk bergabung namun aku jelas-jelas memisahkan diri dengan pergi ke New York, tapi sekarang aku terlibat tanpa ku sadari semuanya bermula dari melindungi Ana dan kecemburuan Jessica yang merepotkan.
“mengejutkan.”
**
Jam berlalu bergitu cepat hingga waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Aku melihat Ana tengah membereskan dekorasi dan mendapati Niel sudah pulang lebih dulu. Aku melirik ponselku beberapa kali, diam-diam berharap jika Ana akan segera menghubungiku namun tanda-tanda wanita itu akan segera menghubungiku jika melihatnya dari cctv, rasanya dia tidak akan melakukannya. Aku melihatnya sudah selesai dan siap dengan tas dan jaketnya yang sudah melekat di tubuhnya. Ia bersama seorang pria dan membuatku bergegas keluar dari ruanganku untuk pergi menyusulnya.
“ambil mobil.”ucapku pada Ray saat keluar dari ruanganku, berjalan dengan langkah tergesa-gesa menyusul Ana di lobby. Aku semakin mempercepat langkah kakiku, hampir mendekati lobby dan melihat Ana yang akan masuk ke dalam mobil, hampir saja aku berlari untuk menangkapnya, yang bisa kugapai kerah jaketnya hingga membuat kepalanya tertarik ke belakang. Langkahnya tertahan, ia menoleh ke arahku dengan wajah kesal, melihatku yang melakukannya ekspresi Ana berubah menjadi terkejut.
“kau mau kemana?.”
“Tristan,.. kau.. kau masih di sini?!,”tentu saja aku maish di sini, sudah ku katakan jika aku akan menunggumu Ana. Ekspresinya berubah kesal namun aku lebih kesal sekarang. “aku tidak tahu jika kau masih ada di sini.”
“kau bisa bertanya dengan cara menghubungiku.”Seharusnya dia meneleponku, astaga. Aku menunggunya sejak tadi, bahkan ia tak menyempatkan mengirim pesan teks, setidaknya bertanya apakah aku memilih pulang atau menunggunya. Ia melupakanku hampir seharian ini dan sibuk bekerja. Mataku melirik ke arah belakang Ana, aku tahu siapa dia, dan aku tidak suka dia berdekatan dengan Ana. Dengan rasa canggung ia mendekati Ana dan berdiri tidak jauh darinya, kenapa dia ada di sini dan ikut campur bukannya memilih untuk pergi saja.
“malam tuan Greshon.”sapa Gavin, Ana cukup dekat dengannya dan sesekali aku melihatnya tetus memandang ke arah Ana. Saat mereka bertatapan aku menatap Ana, ingin menarinya menjauh dari sisinya.
“malam. Kau bisa pulang duluan, nona Wren akan pulang bersamaku.”Kenapa dia menatap Ana seolah meminta persetujuan wanita itu. aku berbasa-basi sampai jumpa besok lalu menggenggam tangan Ana, menariknya dari pinggir lobby, bergeser ke tengah.
“baiklah. Sampai jumpa hari senin Ana.”ucap Gavin. Aku melirik Ana lalu pandanganku berputar ke arah lain dan mendapati sesuatu yang aneh. Seseorang sedang mengawasi kami dan aku tidak kenal siapa mereka, bukan berasal dari bawahan Ray. Aku tipe orang yang bisa mengingat wajah walau hanya sekilas melihatnya dan bawahan Ray aku mengenalnya semua karena mereka akan mengawalku tentu saja harus tahu dengan siapa aku, dan siapa yang akan melindungiku, dan mereka bukanlah orang nya.
“Hati-hati di jalan.”ucapan Ana membuatku melirik ke arahnya. Ana bersedeka kemudian beralih menatapku dengan wajah tertekuk kesal. Mataku melirik ke arah belakang Ana mengawasi gerak-gerik mereka.
“sir.”aku mendengar seseorang memanggilku dari arah belakang, aku meliriknya sekilas lalu kembali menatap Ana yang tengah mengedarkan pandangannya, mencari-cari sesuatu, keningku mengerut bingung apa yang sedang di acari. Aku menunjuk kea rah mereka dengan gerakan kepala, mengerti dengan maksudku, ia pergi meninggalkan kami. Mobil Ray baru saja tiba, Ana tengah memerhatikan salah seorang pengawalku yang baru saja pergi, sepertinya ada yang penasaran soal sesuatu, aku menarik bahunya mendekat, mengajaknya masuk ke mobil agar segera pergi dari sana.
“Ada apa? Apa ada yang mengikutiku?.”ia sadar apa yang sedang terjadi saat ini.
“Ya. Jadi cepat masuk.”
“dari pihak kakekmu atau bukan?.”
Aku menatap Ray ang menatapku dari kaca spion, ia tengah mendengarkan seseorang dari earphonenya, aku menghubungi salah satu pengawalku tadi dan bertanya bagaimana dengan orang-orang tadi, dan meminta ciri-ciri serta tip mobil dan plat nomornya, seperti biasa. Mereka mengirimkannya dengan cepat dan membuatku meneruskannya via email kepada salah seorang pegawaiku lainnya untuk di selidiki. Ana berusaha melihat kea rah hpku, dari ujung mataku aku memerhatikan gera-geriknya, reflek aku menjauhkan layer ponselku agar dia tidak bisa melihatnya. Ana belum saat nya kau mengetahui semua ini, dan aku tidak mau kau merasa takut. Aku kembali melihat Ana, ia tengah memandang kea rah jendela, matanya tamoak sayu dan tak lama ia menguap, terlihat sangat lelah.