Part 17 (Kesaksian)
Di ruang tahanan yang dingin dan lembap itu, Bara kembali menjemput hidayah. Ia segera melaksanakan salat Isya setelah kembali dari ruangan tempat ia bertemu dengan Pak Amin dan Rania.
Pemuda itu tak ingin lagi menyalahkan takdir, berputus asa, apalagi menyalahkan Allah atas semua yang terjadi padanya selama hidup. Dan keberadaannya di dalam jeruji besi yang dingin itu, membuatnya kian bersyukur karena ia kini menganggap bahwa itu adalah cara Allah untuk mengeluarkannya dari pekerjaan yang tak lepas dari maksiat.
Bara pun membuka buku yang diberikan Rania saat mengunjunginya tadi. Buku tuntunan salat yang diberikan gadis itu saat ia pertama kali belajar dengannya di masjid An Nur. Lalu, sebuah buku kecil yang baru diberikan Rania tadi. Buku yang berisi bacaan zikir pagi dan petang.
Bara tersenyum dan mendekap kedua buku tersebut di dadanya.
“Terima kasih, Rania ...,” gumamnya bahagia.
Ia lantas membaca bacaan di dalam buku kecil itu dan berusaha keras untuk menghafalkannya selama berada di dalam penjara.
***
Suasana di kepolisian masih seperti biasa. Ramai orang yang datang, baik untuk mengunjungi keluarga atau kerabatnya yang ditahan, maupun untuk keperluan laporan atas suatu masalah yang mereka hadapi. Tak luput para tahanan yang meringkuk di dalam ruangan dingin dan pengap. Juga aparat yang bertugas membuat laporan dan kegiatan lainnya.
Seorang wanita muda yang beberapa waktu lalu datang ke klub malam bersama seorang teman lelakinya, tampak sedang duduk di hadapan salah seorang petugas.
"Dia tidak bersalah. Teman saya yang memukulnya lebih dulu."
Seorang polisi mengetik setiap kata yang keluar dari bibir gadis itu.
"Selain kesaksian, apa kamu punya bukti yang menguatkan kalau tersangka tidak bersalah?" tanya petugas.
"Ini." Wanita itu menyodorkan sebuah flash disk di meja.
"Apa ini?"
"Rekaman CCTV di klub dan sampel minuman yang diberikan Kevin untukku. Aku meminta rekaman ini pada manajer kafe setelah membayar semua ganti rugi kerusakan di klub malam itu."
Sebelumnya, gadis itu mendatangi manajer klub malam untuk meminta rekaman CCTV pada malam kejadian. Selain untuk membebaskan Bara, ia juga ingin menghukum Kevin, teman lelakinya itu jika memang terbukti telah memasukkan sesuatu ke dalam minumannya.
Sebelum manajer klub malam membawa mereka semua ke kantor polisi pada malam kejadian itu, gadis itu sempat mengambil beberapa tetes minuman yang telah berserakan di lantai untuk membuktikan kebenaran dari ucapan Bara.
Awalnya, manajer kafe bersikeras tidak mau memberikan rekaman CCTV itu. Sebab, pria bertubuh tambun itu tak ingin apa yang terjadi di tempatnya, tersebar di kepolisian. Meskipun beberapa oknum sudah menjadi backing dalam usaha gelapnya itu.
Namun, gadis itu ternyata anak dari seseorang yang cukup berpengaruh. Dengan pengaruh orang tuanya itu, ia bisa menekan manajer klub malam untuk memberikan rekaman asli CCTV pada malam itu.
Dengan negosiasi yang cukup alot dan beberapa kesepakatan, akhirnya manajer klub malam memberikan rekaman tersebut. Gadis itu juga mengganti semua kerugian yang dialami klub malam itu demi mendapatkan rekaman CCTV yang menjadi bukti satu-satunya. Lagi pula, gadis itu juga tidak menginginkan apa pun terhadap klub malam itu. Yang ia inginkan hanyalah melihat kebejatan yang dilakukan oleh temannya itu.
Ternyata apa yang dikatakan Bara memang benar. Kevin, teman yang membawanya malam itu memang tampak memasukkan sesuatu ke dalam gelas minuman yang diberikan untuknya. Geram, gadis itu langsung bertindak agar polisi membebaskan Bara dari semua tuntutan, dan menjerat Kevin atas tindakannya.
***
Pandu tampak sibuk pagi ini. Ia mulai kembali bertugas pagi. Selama itu pula, aparat muda itu dapat memperhatikan gerak gerik Bara selama menjadi tahanan di tempatnya bertugas. Ia ingin tahu informasi tentang keberadaan Bandot dengan terus memantau Bara.
Kakak kandung dari Rania itu merupakan ketua tim khusus yang ditugaskan untuk meringkus Bandot, kepala gangster yang selama ini menjadi buronan aparat kepolisian. Pandu berkali-kali keluar masuk klub malam untuk mengendus keberadaan mantan narapidana itu. Ia bersama beberapa rekan timnya berpura-pura sebagai pengunjung untuk melihat gerak-gerik mencurigakan di setiap klub malam yang mereka datangi. Namun, usahanya masih belum mendapatkan hasil. Kini, ia tak menyangka jika pemuda yang dikabarkan sebagai tangan kanan Bandot itu ada di depan mata. Bahkan membuat Rania—sang adik—menaruh simpati padanya.
"Pak, ini laporan dari saksi. Wanita yang malam itu ada di tempat kejadian." Salah seorang anggota kepolisian menyerahkan laporan beserta flash disk dan sampel minunan pemberian wanita itu.
"Wanita?" Pandu mengernyit.
"Dia mengatakan kalau temannya yang memukul terdakwa lebih dulu dan menaruh narkotika ke dalam minumannya seperti keterangan terdakwa.
"Baik, akan saya selidiki. Terima kasih."
Pandu segera menyelidiki kebenaran atas kejadian di klub malam itu. Sekaligus membuktikan ucapan Bara. Apakah ia berbohong atau tidak saat menceritakan kronologi kejadian malam itu kepadanya.
Berdasarkan informasi yang diberikan saksi, Pandu mendatangi manajer di klub malam tempat Bara bekerja sebelumnya. Dengan wewenang yang dimiliki, ia dengan mudah mendapatkan rekaman CCTV langsung dari manajer klub malam itu. Pandu juga meminta keterangan dari beberapa pelayan di sana sebagai saksi. Pandu juga membawa sampel tersebut ke bagian terkait di kepolisian untuk mengecek apakah di dalam minuman itu terdapat kandungan narkotika seperti yang dikatakan Bara dan saksi wanita itu.
Setelah mendapatkan semua informasi yang ia butuhkan, Pandu segera kembali ke markas untuk meminta divisi yang bertugas agar menyelidiki ulang kasus ini. Ia juga memeriksa sendiri rekaman CCTV dari flash disk yang diberikan oleh saksi wanita itu, lalu membandingkannya dengan rekaman yang ia minta langsung dari manajer klub malam.
"Ia tidak berbohong," gumam Pandu setelah melihat kronologi kejadian dari laptopnya.
Dalam rekaman itu, terlihat seorang lelaki yang memaksa saksi wanita untuk minum minuman yang ia pesan dari seorang bar tender. Petugas kafe itu juga telah ia mintai keterangan sebelumnya. Dari kamera lainnya, tampak lelaki bernama Kevin itu mencampurkan serbuk putih ke dalam minuman yang ia berikan kepada saksi. Semua keterangan saksi sama persis dengan rekaman yang ada.
"Kali ini mungkin kau bisa lolos. Tapi aku akan tetap memantau pergerakanmu!" gumam Pandu.
***
Di dalam sel tahanan, seorang napi muda dan tampan tengah sibuk membaca buku tuntunan salat. Sebagian bacaannya sudah bisa ia terapkan dengan baik. Sebagian lagi masih ia hafalkan bacaannya, serta memperbaiki gerakan salat.
Dari kejauhan, Pandu memperhatikan gerak gerik pemuda itu. Tak ada yang mencurigakan yang tampak di matanya. Malah, ia melihat Bara begitu rajin membaca buku, yang ia ketahui adalah buku tuntunan salat dan bacaan zikir pagi petang.
Pandu lantas teringat akan ucapan Pak Amin dan Rania tentang Bara, yang mengatakan kalau pemuda itu ingin berubah, menjalani hidup sesuai aturan-Nya. Tiba-tiba ada yang bergetar di hati Pandu. Ia pun menyadari bahwa siapa saja yang Dia kehendaki, bisa mendapatkan hidayah, sebesar apa pun dosanya di masa lalu.
***
Rania menangis dalam sujud panjangnya di sepertiga akhir malam. Ia adukan perasaan yang kian hari kian bertambah besar dan sulit ia redam. Perasaan yang ia sadari tak semestinya diberikan kepada lelaki yang bukan suaminya. Rania menyebut nama itu dalam doa, memohon kepada Yang Kuasa untuk menjaga dan menaungi pemuda itu dalam cahaya. Serta menuntun perasaan yang bersarang di d**a agar tidak menjerumuskan dirinya ke dalam jurang dosa.
"Jagalah hatiku dari lelaki yang tidak halal bagiku, Ya Rabbi. Dan tunjukkanlah jalan yang lurus kepadanya. Berikanlah ia hidayah-Mu," rintih Rania dalam doa-doa malamnya.
***