BAB 10: RUMAH BARU

1336 Kata
Kembali ke masa sekarang... Jam delapan pagi di hari senin, dua hari setelah pemakaman Mariska. Asisten Pak Andreas yang bernama Tony Jayden datang ke rumah. Usia pria itu sekitar pertengahan tiga puluh, wajahnya tampan khas oriental, orangnya juga ramah dan sopan. Dia memberitahukan maksud kedatangannya adalah untuk mengantar Donny dan Morin melihat rumah yang sudah disiapkan oleh Pak Andreas. Donny takjub, dia tidak menyangka kalau bisa secepat ini. Dia pikir mencari tempat tinggal yang bisa langsung ditinggali tidak akan semudah membeli kue ulang tahun, pesan hari ini, besok sudah sampai. Tapi namanya orang kaya, tidak ada yang mustahil. Setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam tiga puluh menit, kami tiba di rumah dua lantai di kawasan menteng. Rumah ini tidak seperti rumah baru dalam artian rumah ini sepertinya masih ada yang tinggal sampai sekarang. Rumah ini cukup besar, luas tanahnya sekitar dua ratus lima puluh meter. Bangunannya dua lantai dengan taman di bagian samping hingga belakang rumah. Saat kami tiba, pengurus rumah langsung menyambut kami, namanya mbok Dian. Pak Tony memperkenalkan Donny dan Morin sebagai penghuni baru di rumah ini. Mbok Dian mengantar Donny dan Morin berkeliling. Pak Tony menunggu di ruang tamu, dia berkata akan menyiapkan dokumen perjanjian yang diminta Pak Andreas untuk diberikan pada Donny. Mbok Dian menjelaskan setiap ruangan yang ada di rumah itu. Morin sangat senang melihat kamarnya yang bernuansa princess Disney. Set ranjang, meja belajar, dan lemari semua senada, juga ada walk in closet dengan kamar mandi yang ada bathtubnya. Dia tidak mau keluar lagi dari kamarnya, dia bilang nanti dia keliling rumah sendiri saja. Mbok Dian lalu mengantar Donny ke Kamarnya. Kamar Donny pun memiliki desain modern minimalis. Dengan nuansa warna kayu untuk furniturenya. Kamar ini cukup luas dengan ranjang king size di tengah ruangan. Donny meringis saat menyadari bahwa ruang tidurnya saja lebih luas dari 1 unit apartemennya. Sekarang dia baru menyadari kalau apartemennya ternyata sangat sempit. Masih tercium bau cat dimana mana, sepertinya rumah ini baru di cat ulang kemarin. Setelah tur keliling rumah, Donny kembali ke ruang tamu untuk menemui Pak Tony. Pak Tony menjelaskan bahwa ini adalah salah satu rumah milik Pak Andreas. karena mencari rumah baru akan memakan waktu lama, jadi dia meminta Donny untuk tinggal di rumah ini saja. Rumah ini selalu dirawat karena jika ada tamu atau kerabat yang datang, maka akan tinggal di rumah ini. Selain mbok Dian, ada satu pelayan lain namanya Iis, mbok Dian bertugas di dapur dan Iis membersihkan rumah. Setelahnya Pak Tony menjelaskan bahwa rumah itu akan menjadi milik Morin setelah anak itu berusia tujuh belas tahun. Jadi Donny dan Morin diijinkan untuk mengubah rumah tersebut sesuai dengan keinginan mereka. Pak Tony kemudian menyerahkan surat perjanjian dan dokumen lainnya yang berhubungan dengan pertanggungan Pak Andreas atas kehidupan Morin ke depannya. Pak Tony juga menyerahkan kontrak kerja untuk Donny. Setelah menyerahkan semua dokumen itu, Pak Tony membawa Donny keluar ke halaman rumah. Disana sudah terparkir dua buah mobil, sebuah mobil sedan mewah dan sebuah mobil SUV keluaran terbaru, ada supir di masing-masing sisi mobil itu. Pak Tony memperkenalkan Donny pada Jono dan Supri. Jono akan membawa mobil sedan yang akan mengantar jemput Morin dan Supri akan membawa SUV yang akan mengantar jemput Donny. Tidak lupa Pak Tony menjelaskan jika Jono dan Supri sudah driver berpengalaman yang sudah bekerja lebih dari sepuluh tahun di perusahaan Pak Andreas. Setelah menjelaskan semua itu, Pak Tony pamit untuk kembali ke kantornya. **** Setelah kepergian Pak Tony, Donny kembali ke ruang tamu dan duduk disana. Dia mempelajari surat perjanjian dan dokumen dokumen untuk Morin. Isi dokumen ini sesuai dengan janji Pak Andreas, semua fasilitas disediakan untuk Morin dan Donny. Disana juga dilampirkan nama nama sekolah terbaik yang ada di dekat rumah mereka. Nanti Donny akan membicarakannya dengan Morin. Donny menatap ke sekeliling ruangan yang memiliki desain elegan dengan furniture berkelas. Rumah yang bahkan tidak pernah dia bayangkan bisa dibelinya. Rumah mewah di kawasan elite, yang bahkan biaya perawatannya bukan dia yang bayar. Bayangan Mariska melintas di pikirannya membuat perasaannya melow, bayangan kebersamaan mereka kembali berputar di kepalanya. Mariska pasti tenang di alam sana dengan suaminya, mulai sekarang hidup Morin sudah terjamin. Dia membayangkan Mariska tersenyum karenanya. Aku akan menjaga Morin untukmu sayang, tidak perlu kamu khawatirkan apapun lagi di dunia ini, batin Donny. Donny langsung mengalihkan pikirannya saat matanya mulai berembun. Dia membaca kontrak kerjanya yang tadi diberikan oleh Pak Tony. Alangkah terkejutnya Donny saat mengetahui bahwa showroom tempat dia bekerja nantinya adalah showroom mobil mewah di bilangan kuningan, jakarta selatan. Tentu saja dia tahu showroom mobil bernama One+ itu, orang kaya dan artis sering membeli mobil disana. One+ bisa mengimpor mobil mewah yang memang tidak dijual di Indonesia jika ada permintaan dari pembeli. Hal inilah yang membuat kaum hedon menyukai showroom One+, mereka bisa menjadi yang pertama yang memiliki mobil keluaran terbaru. Jantung Donny serasa melompat lagi saat melihat gaji dan tunjangan yang akan dia dapatkan. Dia sampai mengucek matanya beberapa kali, memastikan dia tidak salah lihat. Gaji dan tunjangannya seratus juta, belum termasuk insentif dari penjualan mobilnya. Donny tidak bisa mengalihkan pandangannya dari halaman di surat kontrak itu entah sampai berapa lama. Anjrit, Gaji gue kemaren cuma enam juta, sekarang gaji seratus juta mau dipake buat apa? Dasar si Donny. Gaji kecil ngeluh tidak cukup, gaji gede bingung ngabisin. **** Setelah tersadar dari lamunan akan barang barang yang selama ini dia inginkan tapi tidak sanggup dibeli, yang sebentar lagi tidak hanya jadi angan. Donny senyum-senyum sendiri seperti orang gila, bahkan dia sudah lupa akan kesedihannya saat teringat Mariska. Ponselnya berbunyi, saat melihat nama si bos yang menelepon, Donny baru ingat kalau dia belum ijin ke kantornya untuk tidak masuk kerja. Jadi Donny memberi tahu mengenai kecelakaan yang menimpanya jumat kemarin, yang membuat kakinya harus di gips dan dia tidak bisa bekerja untuk beberapa waktu. Dan sekalian Donny juga mengajukan pengunduran dirinya dari kantor tersebut. Setelah selesai menelepon, Donny beranjak dari tempatnya untuk mencari Morin, dia harus mendiskusikan perihal sekolah baru untuk anak itu. Lokasi sekolah yang lama memakan waktu lebih dari satu jam perjalanan dari rumah yang akan mereka tinggali mulai sekarang. Jadi memang Morin harus pindah ke sekolah yang lebih dekat dengan rumah mereka. Donny mengetuk pintu kamar Morin beberapa kali tetapi tidak ada jawaban, Donny pikir mungkin Morin sedang tidur. Saat akan beranjak dari tempatnya, pintu kamar terbuka dan sebuah kepala menyembul keluar. “WHUAAA….” Donny menjerit. “What the…..” Donny mundur beberapa langkah, matanya melotot. “Kenapa papa?” “Morin?” Donny memincingkan matanya, dia tahu itu suara Morin tapi wajah yang balas menatapnya mengerikan. Kelopak matanya berwarna ungu kehijauan seperti habis ditonjok, pipinya berwarna merah semua seperti baru ditampar bolak balik, bibirnya berwarna pink menyala. Morin tampak seperti banci di lampu merah. “Papa pangling ya lihat aku makin cantik?” Tanya Morin sembari mengedip ngedipkan matanya dengan genit. “Cantik dari mananya Morin? Kamu mirip banci di lampu merah!” Seru Donny. “Ih papa, jahat amat Morin disamain ma banci! Ini kan namanya dandan, wanita itu harus dandan supaya tambah cantik. Mama juga suka dandan koq” Morin mengedip ngedipkan matanya lagi dengan suara manja yang malah membuat Donny berasa mual. “ Ehm.. Morin, kamu dapat dari mana itu semua?” Donny meringis menunjuk wajah Morin. “Ada di dalam papa, kamar ini sangat lengkap, di lemari bahkan ada bermacam macam baju princess. Ini aku pakai yg cinderlela.” Morin membuka lebar pintunya dan menunjukkan baju yang sedang dipakainya. “Ada meja rias juga di walk in closet, nah disana ada banyak alat make up, warna warni sangat indah, makanya aku coba. Ini kamarku, berarti ini semua milikku kan?” “Iya Morin, ini semua memang milik kamu, tapi wajahmu itu..” Donny masih bingung mencari kata kata yang lebih halus untuk menjelaskan betapa mengerikannya wajah Morin. “Morin jelek ya?” Morin akhirnya menyadari kalau Donny menatapnya horror. DIa merunduk dan suaranya mulai tersendat. “Eh.. aduh.. bukan begitu Morin” Donny panik, air mata Morin mulai luluh ke pipinya yang membuat eyelinernya hitamnya ikut luntur dan malah membuat wajahnya makin menyeramkan. ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN