BAB 5: KENALAN SAMA DONNY

994 Kata
Donny POV Namaku Donny Christian Hartadi. Tahun ini aku berumur dua puluh tujuh tahun. Banyak orang bilang wajahku cukup tampan. dengan rambut yang hitam, alis tebal yang membingkai mata hitam kelam membuat aura misterius yang sering membuat wanita penasaran, hidung mancung, bibir tipis dan dengan dagu belah yang membuatku terlihat sexy. Wajahku agak sedikit berbeda dengan orang Indonesia kebanyakan, karena nenek dari Ibuku adalah orang Belanda, jadi aku mewarisi beberapa karakteristik kaukasia. Aku termasuk orang yang sabar walau aku cukup ambisius. Bagiku yang penting usaha semaksimal mungkin. Hasil tidak akan mengkhianati usaha. Dengan tinggi badan seratus delapan puluh sentimeter dan berat tujuh puluh lima kilogram, bentuk tubuhku cukup ideal. Aku bukan tipe yang suka ke tempat olah raga untuk membentuk tubuh, biasanya di hari sabtu dan minggu aku lari keliling apartemen beberapa putaran untuk menjaga staminaku agar tetap prima. Sekarang aku tinggal di sebuah apartemen sewaan di daerah Grogol, apartemen tipe studio empat belas meter persegi, interior dalamnya mirip dengan hotel, hanya ada sebuah ranjang single, satu televisi layar datar, satu lemari dua pintu, satu kamar mandi, dapur kecil, meja makan merangkap meja kerja, dan ada balkon kecil. Aku memilih apartemen ini juga karena jaraknya tidak jauh dari kantor. Dengan mengendarai motor memakan waktu sekitar dua puluh menit. Karena lalu lintas di Jakarta ini semrawut sekali, apalagi di jam berangkat dan pulang kerja. Jadi lebih praktis memilih tempat tinggal sedekat mungkin dari kantor. Aku berasal dari Surabaya, saat ini keluargaku pun masih tinggal di Surabaya. Orang tuaku adalah seorang pendidik. Ibuku, Rosaline Hartadi dulunya adalah guru sekolah, tapi dia berhenti bekerja setelah kakakku lahir. Wajah Ibuku setengah bule karena nenek kami yang orang asli Belanda itu. sampai saat ini pun wajahnya masih cantik, walau sudah ada garis-garis halus menghiasi wajahnya di usianya yang sudah masuk lima puluhan. Saat muda ibuku sangat cantik. Kulitnya putih, matanya besar dan berwarna biru, tubuhnya juga lebih tinggi dari wanita pada umumnya, seratus tujuh puluh sentimeter. Karena penampilan fisiknya, banyak yang menawarkannya menjadi model, tetapi dia menolak dan memilih menjadi guru, katanya itu adalah cita citanya dari kecil. Anehnya dia maunya jadi guru bahasa Indonesia, muka bule tapi ngajar bahasa Indonesia. Ayahku, Adianto Hartadi adalah seorang dosen, dia adalah Profesor di salah satu kampus terkenal di Surabaya. Ayahku sangat kaku, dia tidak banyak bicara, berbicara hanya seperlunya saja, sifat itu menurun pada kak Darius. Walaupun ayahku kaku, tapi kisah cinta ayah dan ibu sangat romantis, kisah cinta jarak jauh karena mereka tinggal di kota yang berbeda, ibuku di Jakarta dan ayahku di Surabaya. Saat itu media komunikasi yang ada hanyalah melalui surat . Cerita cinta romatisme surat cinta mereka nanti ada novelnya sendiri. Kami tinggal di komplek Dosen dekat universitas tempat ayahku mengajar. Aku dan kedua saudaraku juga kuliah di universitas ini, selain karena kampusnya merupakan salah satu yang terbaik di Surabaya, ada potongan biaya juga untuk keluarga karyawan. Sebagai anak pendidik, sejak kecil kami diajarkan sopan santun, budi pekerti, kewajiban sebagai sesama manusia, etika bicara terutama dengan yang lebih tua, penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan lain-lain. Terutama karena Ibu adalah mantan guru bahasa Indonesia, jadi kosa katanya harus sesuai dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kata-k********r dilarang, bahasa gaul juga dilarang, bibir kami akan dijepit dengan jepit untuk menjemur pakaian kalau kami melanggar. Yang paling jarang kena adalah kak Darius, karena dia irit bicara. Aku punya seorang kakak, namanya Darius Jonathan Hartadi, dia lebih tua satu tahun dariku. Wajah kami mirip, tapi rahangnya persegi dan tatapan matanya tajam. Kalau ditatap lama oleh kak Darius rasanya bikin merinding, seperti sedang di interogasi polisi. Kak Darius orangnya serius dan kaku seperti ayah, dia jarang bicara. Dia lebih suka memperhatikan sekelilingnya dan mendengarkan orang bicara. Kadang aku merasa dia cocok jadi detektif, apalagi dengan kemampuan mengingatnya yang luar biasa. Cukup sekali melihat, maka dia akan mengetahui jika barang tersebut berubah posisi di lain waktu. Kak Darius baru saja berangkat ke Inggris untuk melanjutkan study S3-nya di salah satu universitas terkenal disana setelah batal menikah, karena calon istrinya memilih untuk menikah dengan adiknya yang juga adalah adikku, Darren. Kak Darius juga bilang kalau dia mau lanjut S3 biar bisa sepintar ayah dan mendapat hak mendebat ayah. Sejak kecil kami jarang bisa mendebat ayah karena memang pengetahuannya luas. Namun jika terdesak, maka ayah akan menjawab “Sekolah dulu sampai lebih pintar dari ayah, baru akan ayah dengarkan” lah dia aja udah Profesor! Sekarang anggota terakhir di keluargaku, adikku Darren Noah Hartadi, yang mencuri calon pengantin kakaknya sendiri, Eloisa Renata. Darren ini gantengnya luar biasa, wajahnya berbeda denganku dan Kak Darius. Darren lebih banyak mewarisi gen ibuku. Kulitnya putih, rambutnya cokelat, wajah seperti artis K-pop dengan mata berwarna biru. Dengan wajah oppa tapi bermata sebiru langit, membuat banyak gadis kelepek-kelepek. Usia Darren baru dua puluh dua tahun saat dia menikahi Eloisa bulan lalu. Eloisa adalah dosen di kampus yang sama dengan ayahku mengajar, juga tempat Darren kuliah. Darren kuliah sembari bekerja sebagai model part-time, wajah dan postur tubuhnya sangat mendukung. Diantara kami bertiga, hanya kak Darius yang melanjutkan kuliah ke S2, dan sekarang S3. Sebelum berangkat ke Inggris, kak Darius juga mengajar di kampus yang sama dengan ayahku, disanalah dia mengenal Eloisa, mantan tunangannya. Kisah cinta kak Darius ini agak mengenaskan, pertama pacarnya yang sudah berpacaran enam tahun dihamili temannya sendiri. Kemudian dia dijodohkan dengan Eloisa, tapi dua hari sebelum hari pernikahan, Darren menculik Eloisa. Ternyata mereka saling mencintai. Akhirnya kak Darius mengalah, pernikahan tetap dilangsungkan, tetapi pengantin prianya diganti. Untuk diriku sendiri, tidak ada cerita menghebohkan seperti mereka. Setelah lulus kuliah, aku merantau ke Jakarta bersama beberapa temanku. Kami berharap dapat pekerjaan dengan gaji besar. Tapi ternyata itu hanya angan saja, persaingan di Jakarta sangat ketat. Setelah sampai Jakarta, aku sempat menganggur selama dua bulan, menghabiskan sebagian besar tabunganku untuk biaya hidup di ibukota yang mahal. Akhirnya setelah aku berganti ganti pekerjaan selama satu tahun, aku bekerja di salah satu bank sebagai staf bagian pendanaan perusahaan. Setelah bekerja keras selama tiga tahun, aku berhasil menjadi supervisor sampai sekarang. ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN