Bab 6. Pertunangan Tanpa Ijin

1111 Kata
Grace resah bukan main. Berkali-kali ia menengok jam tangannya dan setiap detik terasa mencekik. Seharusnya Grace tidak percaya begitu saja pada janji Jason Thorn akan datang tepat waktu. Buktinya bahkan 10 menit sebelum jam enam, pria itu belum datang. “Grace?” Grace tersentak dan spontan berbalik. Bahunya turun seketika. Ayahnya, Count Edward Reitberg datang menghampirinya. Edward berpenampilan sangat formal bahkan dengan selempang khusus yang menandakan kedudukannya sebagai bangsawan. “Dad,” jawab Grace dengan nada rendah dan dingin. “Apa yang kamu lakukan di sini? Bukankah sekarang seharusnya kamu sudah masuk ke dalam?” ujarnya dengan pandangan menyelidik curiga pada Grace. Grace sedikit menggigit bibir bawahnya dengan sikap cemas. “Aku ... aku sedang ... uhm ...” “Oh iya, yang mana calon Suamimu?” tanya Edward langsung memotong lagi. Mata cantik Grace spontan membesar. “Dia ... dia sedang ke toilet!” sahut Grace lalu tersenyum kaku. Edward memicingkan matanya menatap Grace dengan pandangan makin curiga. “Aku tidak melihat ada tamu berbeda yang datang. Aku penasaran siapa calon menantuku.” Grace makin terdesak dengan kalimat intimidasi dari ayahnya. Sekalipun Edward adalah ayah kandungnya tapi Grace tidak memiliki hubungan dekat dengannya. “Sayang, aku mencarimu ke mana-mana. Apa yang kamu lakukan di sini? Oh ...” Olivia Windham datang menghampiri dan melingkarkan tangannya pada lengan suaminya, Edward. Olivia menoleh pada Grace lalu menyunggingkan senyuman sarkas seperti biasa. Olivia Windham adalah ibu dari Carl-Johan Windham Reitberg. Ia adalah wanita yang sudah berhasil menikah dengan bangsawan seperti Edward dua bulan setelah kematian istrinya, Charlotte. “Kamu ada di sini? Bukankah seharusnya kamu sudah di dalam dan memperkenalkan calon suamimu?” sindir Olivia makin tajam pada Grace. Olivia mendelik dibalik senyuman jahatnya. Grace hanya diam memasang wajah dingin memilih tak menjawab. Ia mengalihkan pandangan pada Edward lagi. “Sampai bertemu di ruang perjamuan, Dad.” Grace berbalik pergi meninggalkan keduanya dan memilih masuk ke dalam ruang perjamuan. Olivia langsung berang melihat sikap Grace yang dianggapnya tidak pernah sopan padanya. “Dia benar-benar anak yang tak tahu sopan santun. Bagaimana bisa dia tidak pernah mau menghormatiku sebagai Istrimu?” gerutu Olivia menggeram kesal. Ia benar-benar sudah emosi dengan apa yang terjadi. “Sudahlah. jangan pikirkan itu. Aku yakin jika Grace sedang menyusun rencana mengelabui Paduka Putri Margareth,” sahut Edward sambil memegang sebelah lengan Olivia yang melingkar padanya. “Kamu benar. Jika memang pria itu ada, maka aku pasti sudah melihatnya. Aku tidak sabar menunggu Grace didepak dari posisinya dan Carl-Johan akan menggantikannya.” Olivia terkekeh kecil membayangkan kemenangan sudah berada di depannya. Edward ikut tersenyum dan mengangguk. “Dari awal aku menikah dengan putri sakit itu, Charlotte. Aku sudah membayangkan akan hari ini,” ujar Edward menimpali. Olivia makin menyeringai kemenangan dan bangga. Keduanya lalu berjalan masuk ke ruang perjamuan di mana beberapa anggota keluarga sudah datang. Bahkan paduka putri Margareth sudah hadir. “Apa kita bisa melakukan pertunangannya sebelum jamuan dimulai?” tanya Putri Margareth pada Grace. Grace benar-benar sudah pucat ketakutan. Waktu sudah menunjukkan pukul enam dan Jason benar-benar tidak datang. “Grace, mana calon suamimu?” tanya Putri Margareth lagi. Grace meremas tangannya dan semua orang kini melihatnya. Olivia dan Edward saling melihat lalu tersenyum. “Uhm, Grandma. Bolehkah aku bicara sebentar denganmu?” pinta Grace dengan suara kecil. Putri Margareth menarik napas panjang dan mengangguk pelan. Grace pun mendekat setelah memperoleh ijin. “Maaf, Tuan. Anda tidak bisa masuk. Ini acara pribadi!” Tiba-tiba terdengar ribut-ribut di depan pintu koridor ruang perjamuan tersebut. Grace yang baru satu langkah mendekat lalu berbalik ke samping. Ia mendengar suara yang ia kenal. Matanya membesar dan langsung berlari ke arah pintu. Paduka Putri Margareth ikut terperangah kaget melihat Grace yang langsung pergi meninggalkannya. Beberapa pengawal mencoba mencegah Jason Thorn masuk karena ia tak dikenali. Grace muncul dari ujung koridor, berlari sambil mengangkat gaunnya ke arah Jason. “Lepaskan dia, dia tunanganku!” ucap Grace pada para pengawal tersebut. Jason dan para pengawal yang menghalanginya sampai berhenti. Para pengawal langsung melepaskan Jason dan sedikit membungkuk pada Grace. Grace sedikit terengah menatap Jason yang mengenakan jas, dasi serta kemeja yang rapi. Sedangkan Jason tertegun menatap cantiknya Grace dalam balutan gaun indah bagaikan seorang Ratu. “Ayo, kita sudah terlambat!” Grace menarik sebelah tangan Jason yang tersentak dari lamunannya. Grace berjalan cepat separuh berlari menarik Jason yang diam saja mengikutinya. Mata Jason makin membesar saat ia berhenti di depan pintu. Keningnya sedikit mengernyit tapi kakinya tak berhenti melangkah di belakang Grace. Edward dan Olivia kaget sampai sama-sama membuka mulut mereka. Keduanya saling berpandangan tak percaya. Ternyata Grace memang membawa calon suaminya secara nyata. Carl-Johan juga ikut menggeram marah melihat adik tirinya berhasil membawa pria yang akan menjadi calon suami. Tunangan Carl-Johan bernama Lisa memandang sedikit nakal pada sosok Jason yang tampan dan karismatik. “Grandma, ini ... perkenalkan ini adalah Jason Thorn. Dia adalah pacarku sekaligus Ayah dari calon bayiku,” ujar Grace dengan senyuman lebar pada neneknya, Putri Margareth. Jason langsung menoleh cepat pada Grace dan mendelik. Tapi dengan cepat wajahnya kembali pada Putri Margareth yang sedang menatapnya. Jason tersenyum dan mengulurkan tangannya hendak bersalaman. Sedangkan Putri Margareth seperti layaknya putri keturunan raja, ia mengulurkan tangan dengan posisi telapak tangan di bawah. Jason yang kebingungan langsung mendapat bantuan dari Grace yang berbisik cepat. “Cium tangannya.” Jason menoleh sejenak lalu mengambil tangan Putri Margareth dan menunduk untuk menciumnya. Sikap kaku itu langsung diatasi oleh Grace yang merangkul lengan Jason setelah. Grace terus memberikan petunjuk lewat gerakan bibirnya pada Jason memintanya untuk memperkenalkan diri. “Namaku Jason Thorn,” ujar Jason menyebutkan namanya dengan sikap kaku. Raut Putri Margareth masih datar sekaligus dingin. Ia memperhatikan penampilan Jason dari atas sampai bawah. Jason mengenakan jas dan sangat rapi. Secara umum tidak ada hal aneh yang tampak darinya. “Kalau begitu kita mulai acaranya ... Lester ...” Putri Margareth memanggil kepala butler yang dengan sigap langsung mendekat. Ia mengangguk paham pada protokoler yang harus dilakukannya. Jason yang kebingungan ingin meminta Grace menjelaskan, namun sebelum hal itu terjadi, mereka diminta untuk melakukan tukar cincin. “Malam ini kita akan melakukan pertunangan antara Lady Grace Marie-Gabriela Reitberg dengan kekasihnya, Tuan Jason Thorn,” ujar Lester Phillips memberikan pengumuman pada tamu yang hadir. Spontan Jason melotot pada Grace yang tidak memberitahukan padanya soal pertunangan tersebut. Ia mengira jika posisinya hanyalah sebagai calon suami bohongan dan bukan melakukan pertunangan di depan semua orang. Jason tidak bisa mengelak saat dua pelayan menyerahkan cincin yang harus dipasangkannya pada Grace. Sedangkan pada Grace pelayan lainnya juga melakukan hal yang sama. Tanpa bicara, Grace memasangkan cincin itu pada Jason yang sudah berkali-kali menelan ludah di tenggorokannya yang kering. Sedangkan saat Jason hendak mengambil cincin untuk Grace, ia malah tertegun dan berhenti.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN