“Atau aku suruh aja Mbak yang datang kesini. Kalau dia yang datang kesini, pasti Mas langsung kasih uang ke Mbak, kan?” ujar pria itu menatap Panji. Naswa beralih menatap mereka, lalu tersenyum sinis. “Mbak yang mana? Mbak kunti? Mbak lampir? Mbak jal?” Naswa menyindir mereka secara halus. Panji terdiam melihat ekspresi putrinya tampak tenang. Namun, kalimat yang terlontar di bibirnya sejak tadi sungguh menyakitkan. Sedangkan mereka, ketiga saudara Panji ikut terdiam. Meski d**a mereka sudah naik turun sebab emosi yang masih bisa ditahan. Mereka sedikit bergidik ngeri melihat ketenangan sikap Naswa. Tak bertahan lama menatap Naswa, mereka saling melempar pandangan. Dia kembali melanjutkan kalimatnya. “Kalian bilang mau minta sama Mbak kalian. Ya s