Naswa jatuh pingsan. Tidak hanya pucat pasi, tapi tubuhnya sudah bercucuran keringat. Ia tidak tahu ada apa dengan reaksi tubuhnya. Kepalanya pusing seperti dirinya baru saja mengelilingi permainan kuda pusing anak-anak dalam putaran kencang. Yang ia dengar hanyalah suara orang teriakan dan deru mobil di atas jalanan aspal. Ia tidak tahu bagaimana dengan nasib nyawanya malam ini. Yang ia tahu adalah perasaan nyeri di bagian tubuh tertentu hingga dadanya menjadi sesak. Kedua tangan dan kakinya tidak bisa bergerak sedikit pun. Bahkan matanya pun tidak sanggup terbuka. Bibirnya sudah membeku. Sungguh, Naswa tidak tahu ada apa dengan tubuhnya. Selain merasakan nyeri dan mendengar suara teriakan, ia juga merasa tubuhnya telah basah oleh keringat. “Cepat lari! Ambil sepeda motor kita! Cepat