Keputusan Akhir

2170 Kata
Beberapa hari berlalu. Zafira pilih diam dan tidak lagi mengungkit masalah malam itu, malam saat dia mengetuk pintu kamar Nadia dan menemukan Arya, suaminya di dalam sana. Saat Zafira bertemu dengan Nadia , Zafira juga tidak begitu menanggapi segala ucapan Nadia meskipun ucapannya cukup mampu menyakiti relung terdalam jiwanya, tapi Zafira tetap berpura-pura tenang seolah itu bukanlah hal yang sama sekali tidak akan membuat nya terluka. Seperti pagi-pagi biasanya, Zafira akan tetap melayani Arya suaminya, dengan baik, menyiapkan pakaian juga membantu memakaikan dasi dan jas untuk Arya, tapi tak sekalipun ada kata yang terucap di bibir tipis itu. Zafira pilih diam karena takut kata-katanya justru menyakiti hati Arya, meski begitu, Arya juga tetap bersikap biasa-biasa saja, tidak begitu menghiraukan sikap diam Zafira karena memang Zafira bukan tipe wanita yang cerewet, tanpa pernah Arya sadari jika kali ini keterdiaman Zafira menyimpan sejuta tanda tanya. "Apa kau tidak keberatan jika mas tinggal?" Tanya Arya saat Zafira selesai memakaikan dasi juga merapikan jas-nya. Zafira hanya menggeleng dengan membagi sedikit senyum pada Arya. Semalam Zafira tiba-tiba demam, dan pagi ini dia izin tidak akan masuk kantor karena Zafira benar-benar merasa sangat pusing. Pak Antonio juga langsung menyetujuinya, karena Zafira termasuk karyawan yang jarang ambil cuti, bahkan beberapa bulan terakhir ini, Zafira malah sering lembur di kantor bahkan sampai tertidur di kantor. "Istirahatlah. Mas akan pulang cepat hari ini. Mas akan meminta Nadia juga menunggu mu jika kau butuh sesuatu!" Imbuh Arya lagi saat hendak keluar dari pintu kamar mereka. Lagi-lagi Zafira hanya mengangguk saat Arya berkata seperti tadi dan Arya masih menyempatkan mencium bibir juga kening Zafira sebelum berangkat dan meminta Zafira kembali istirahat karena tadi mereka memang sudah sarapan. Bersamaan dengan itu, Nadia juga naik dari anak tangga itu dan Arya berbalik menengok suara langkah kaki yang menaiki anak tangga yang sama. "Nadia, apa hari ini kau tidak akan kemana-mana. Mas minta tolong tetap di rumah jaga kakak mu, karena dia sedang kurang sehat!" Imbuh Arya dan Nadia hanya asal mengangguk sembari berbalik dan kembali menuruni anak tangga rumah itu untuk mengantar Arya sampai di pintu depan rumah itu. Bibik, sang asisten rumah tangga yang baru saja naik di tangga melihat Zafira masih berdiri di ujung anak tangga teratas rumah itu dan asisten rumah tangga itu terlihat menghela napas. "Ibu yang sabar ya. Jangan pernah merasa sendiri karena sejatinya bibik bertahan di sini hanya demi ibu." Ucap asisten rumah tangga itu dan Zafira hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan paruh baya itu. Ya dua asisten rumah tangganya sudah tau rencana Arya yang ingin menikahi Nadia, dan mereka juga sudah tau jika Nadia adalah adik dari Zafira. Awalnya mereka juga syok, tapi Zafira mencoba menjelaskan jika sebenarnya dari awal Arya memang sudah mencintai Nadia. Jauh sebelum Arya memutuskan menikah dengan, Zafira. Zafira sudah tau suatu saat hal ini pasti akan terjadi. Hanya saja Zafira tidak pernah menyangka jika ternyata rasanya jauh lebih sakit dari pada saat Arya menolaknya dulu. "Ayo bibik bantu ke kamar. Bibik harus mengeluarkan pakaian kotor untuk di cuci." Sambung asisten rumah tangga itu dan Zafira ikut masuk ke dalam kamar bersama bibik yang juga langsung mengeluarkan keranjang pakaian kotor. Zafira sudah kembali merebahkan tubuhnya di atas ranjangnya sembari menarik selimut untuk menutup tubuhnya yang terasa dingin meskipun kulitnya terasa panas. "Apa ibu butuh sesuatu, nanti bibik bawa untuk ibu?" Tanya asisten rumah tangga itu saat akan keluar dari kamar majikan nya dan Zafira menahan kepalanya yang pusing sembari mengatakan jika dia ingin teh hangat dengan perasan air lemon dengan sedikit gula. Dan asisten rumah tangga itu langsung paham karena minuman itu memang sering Zafira minum tiap kali merasa tidak enak badan atau capek. Pintu kembali di tutup dan asisten rumah tangga itu keluar dan turun ke lantai dasar dan menit berikutnya pintu kamar itu kembali terbuka. "Taruh saja di meja Bik, nanti aku akan minum saat sudah lebih baik!" Ucap Zafira karena mengira yang membuka pintu tadi adalah bibik , asisten rumah tangganya. "Hentikan omong kosong ini kak. Ini sama sekali tidak lucu." Ucap orang itu yang ternyata adalah Nadia, adiknya. Zafira langsung membuka matanya yang terasa panas dan menarik tubuhnya untuk duduk bersandar di punggung ranjang. Zafira tetap menarik kedua sudut bibirnya untuk membentuk senyuman, tapi Nadia masih saja berdiri sambil bersidekap d**a. "Duduklah. Kakak ingin bicara denganmu!" Ucap Zafira lembut tapi Nadia sama sekali tidak ingin duduk di tempat yang Zafira minta , dan tetap memilih berdiri sambil bersidekap d**a. "Katakan saja apa yang ingin kakak katakan!" Tolak Nadia sinis "Kakak sudah bicara dengan ayah, juga Om Erwin. Bukankah pernikahan kalian akan di adakan dua Minggu lagi, kemarin mas Arya meminta kakak untuk menyiapkan persiapan untuk lamaran juga pernikahan mu. Meskipun mas Arya mengatakan hanya akan ada lamaran dan ijab kabul, tapi kakak tetap meminta mas Arya untuk memberikan pernikahan terbaik untuk adik kakak." Ucap Zafira lembut lalu membuka salah satu laci nakas sebelah tempat tidurnya, kemudian mengeluarkan satu amplop putih yang kemarin dia pesan pada seseorang. "Sebenarnya kakak ingin memberikan ini tepat di hari pernikahan kamu dan mas Arya, tapi sepertinya kakak berubah pikiran karena kakak yakin jika nanti kamu pasti akan mendapatkan banyak kejutan dari ayah , Om Erwin, juga dari mas Arya pastinya dan kau tidak akan terkejut dengan hadiah ku ini." Sambung Zafira dengan tetap mempertahankan senyum terbaiknya. Nadia menerima amplop yang kakaknya berikan lalu membuka isi dari amplop itu. Ada dua tiket ke korea selatan dan tanggal yang tertera di tiket tersebut adalah dua belas Desember, dua Minggu dari sekarang dan itu adalah hari di mana dia dan mas Arya akan menikah. "Apa ini?" Tanya Nadia berlaga polos. "Itu hadiah dari kakak. Tiket bulan madu selama satu bulan penuh lengkap dengan penginapan dan segala pasilitas terbaik dari hotel itu. Apa lagi?" Jawab Zafira lembut dan detik itu juga Nadia langsung berhambur memeluk tubuh kakak perempuannya. Zafira juga membalas pelukan adik perempuannya. "Apa ini benar-benar nyata kakak?" Tanya Nadia masih tidak percaya saat kakak perempuan yang sebentar lagi juga akan menjadi kakak madunya memberinya hadiah tiket bulan madu ke negara yang sangat ingin Nadia kunjungi. Korea Selatan. "Tentu saja. Bukankah selama ini kau ingin ke negara yang terkenal dengan oppa-oppa ganteng itu. Awas aja kalo kamu malah berpaling dari mas Arya saat melihat sekumpulan oppa-oppa ganteng di sana!" Imbuh Zafira mencoba menggoda adik perempuannya juga menghibur hatinya sendiri. Zafira sudah lama tau jika Nadia, adalah penggemar drama Korea dan pastinya Nadia sudah lama memiliki cita-cita untuk berlibur ke negara tersebut, kalo bisa bertemu salah satu aktor idolanya. Nadia langsung tersenyum semakin manis dan Zafira benar-benar akan melepas Arya untuk kebahagian adik perempuannya. Nadia pilih pergi ke kamarnya dengan perasaan bahagia karena kali ini dia akan benar-benar pergi ke Korea Selatan dan yang paling menyenangkan lagi adalah dia akan pergi bersama Arya, padalah sebelumnya, Nadia memang sudah punya rencana untuk meminta bulan madu ke tempat itu, tapi ternyata niatnya itu sudah di baca lebih dulu oleh kakak perempuannya. Pagi itu, setelah Nadia keluar dari kamarnya, Zafira tiba-tiba ingat jika beberapa hari yang lalu dia juga mendapatkan paket surat, dan belum dia buka apa isi-nya. Dengan perasaan malas Zafira bangkit dari atas ranjangnya dan berjalan ke arah meja kerjanya kemudian membuka laci meja kerjanya di mana dia menyimpan paket surat itu. Zafira melihat paket itu masih sangat utuh di dalam lacinya. Arya memang kadang membuka laci meja kerjanya, karena Zafira memang tidak pernah mengunci laci tersebut. Tidak ada rahasia apapun yang dia ingin tutupi dari Arya suaminya, kecuali rahasia jika hatinya tengah terluka, tapi sepertinya beberapa hari ini Arya juga tidak pernah membuka lacinya, buktinya paket itu masih terbaring sama persis seperti terakhir kali Zafira meletakkannya di sana. Dengan posisi terbalik dan di tindih dengan stempel kantornya. Zafira mengambilnya lalu merobek ujung kertas berwarna coklat itu untuk mengetahui apa isi di dalam nya. Ada amplop putih di dalamnya dengan kop surat berlogo hijau, surat dari pengadilan agama. Zafira kembali merobek ujung amplop itu dan mengeluarkan dua lembar kertas di dalamnya yang mana di sana isinya jika surat tuntunan nya untuk mengungat cerai Arya sudah di kabulkan. Zafira membaca kata demi kata tulisan di dalamnya. Bahkan pernyataan jika Zafira tidak akan menuntut harta Gono gini pada Arya termasuk atas rumah yang mereka beli secara patungan . Zafira melepas semua itu untuk Arya juga Nadia. Zafira terdiam sejenak lalu kembali memikirkan semua itu. Dan sepertinya dia sudah tidak bisa lagi untuk mundur. Zafira kembali memasukan dua lembar kertas itu untuk dia simpan dalam laci, dan kali ini Zafira mengunci laci itu karena dia masih harus memikirkan ini semua secara matang, lalu memikirkan apa yang kiranya akan dia katakan pada ayah juga ibunya jika mereka tau bahwa Zafira menggugat cerai Arya. Zafira benar-benar hanya diam di atas ranjangnya sembari memikirkan jalan yang harus dia lalui setelah ini. Siang itu, Arya juga benar-benar pulang lebih awal. Tepat di jam makan siang. Arya membeli dua box bubur sumsum untuk Zafira dan Nadia. Baru saja Arya masuk di pintu utama rumah besar itu, Nadia sudah langsung berhambur ke pelukan Arya sembari melompat naik di selingkar pinggang Arya. Bibik yang baru masuk ke dalam rumah itu juga langsung terkejut saat melihat Arya juga Nadia yang seperti itu, hingga keranjang cuciannya juga ikut jatuh ke lantai. Arya juga Nadia langsung menoleh ke arah suara yang jatuh dan melihat bibik, sang asisten rumah tangga itu sedang menatapnya sambil menutup mulutnya sendiri. "Maaf tuan. Nona. Bibik tidak sengaja. Bibik hanya terkejut." Ucap asisten rumah tangga itu buru-buru mengangkat keranjang cuciannya lalu berlalu ke ruang sebelah yang dia jadikan kamarnya dengan membawa pakaian kering itu untuk di setrika. Nadia juga langsung menurunkan tubuhnya dari tubuh Arya tapi juga langsung menarik lengan Arya untuk duduk di sofa kemudian dia menunjukan dua tiket bulan madu yang Zafira berikan pagi tadi. "Kita dapat tiket bulan madu dari kak fira ke Korea Selatan." Ucap Nadia saat menyodorkan dua tiket tersebut pada Arya. Arya hanya tersenyum tipis untuk menunjukan jika dia juga sangat senang sama seperti rasa senang Nadia saat ini. "Wow. Padahal mas juga baru berniat untuk menawarimu bulan madu ke sana, tapi sepertinya kita, mas, Zafira dan kamu memiliki pikiran yang sama!" Imbuh Arya saat mengembalikan dua tiket itu pada Nadia untuk Nadia simpan hingga hari itu tiba. "Oh aku gak sabar, agar bisa cepat di hari itu. Hari di mana kita akan resmi menjadi suami istri." Balas Nadia kegirangan dan Arya hanya mengangguk setuju. Arya melihat ke arah tangga rumah dan ingat jika tadi dia membeli dua box bubur untuk Nadia dan Zafira, karena tau jika Zafira semalam demam. "Mas beli dua box bubur sumsum. Ini untukmu, dan ini untuk Zafira. Makanlah, mas akan liat Zafira dulu, semoga demamnya sudah reda." Ucap Arya lalu bangkit dari duduknya untuk melihat Zafira istrinya yang mungkin sedang berada di kamarnya, sementara Nadia juga langsung membuka bubur itu dan menuang karamel gula aren-nya untuk dia nikmati, dan membiarkan Arya pergi untuk melihat istri nya. Hati Nadia sedang sangat senang maka biarlah untuk saat ini Arya melihat Zafira, toh tidak lama lagi dia akan menjadi istri Arya, dan Nadia yakin jika dia pasti akan lebih menguasai Arya, karena Nadia juga yakin jika Arya jauh lebih mencintai nya dari pada Zafira. Arya membuka pintu kamar itu dengan membawa satu box bubur untuk Zafira tapi saat Arya membuka pintu kamar itu, ternyata Zafira tidak ada di sana. Arya juga melihat ke luar jendela balkon yang terbuka berharap Zafira ada di sana, tapi ternyata Zafira tidak ada. Arya juga mengecek kamar mandi tapi nihil Zafira juga tidak ada di sana. "Zafira." Panggil Arya tapi tidak ada jawaban dari Zafira. Arya keluar dari kamar itu dan membuka kamar di sebelah kamarnya, kamar yang rencananya akan mereka gunakan untuk kamar anak-anak mereka nanti, kamar yang juga Zafira buat sebagai sudut baca dengan beberapa rak yang berisi bacaan seperti n****+ dan beberapa buku pedoman bisnis. Tempat itu adalah tempat favorit Zafira, dan benar saja, saat Arya membuka pintu kamar itu terlihat Zafira sedang tertidur sambil duduk di sofa pojok ruangan itu. Pojok yang Zafira beri nama sudut baca, di sana ada gambar pohon apel besar dan terlihat Zafira terlelap dengan satu buku n****+ di tangannya. Arya mendekati Zafira lalu duduk di sebelah Zafira. Mengambil buku n****+ yang sedang dia baca dan menaruhnya di rak buku di bawah gambar pohon apel itu. "Zafira." Ucap Arya mencoba membangunkan Zafira dari tidurnya, tapi Zafira malah semakin ngedusel di bahu Arya masih dengan mata terpejam. Arya menyentuh kening Zafira dan sepertinya demam Zafira sudah turun. Arya tidak lagi membangunkan Zafira tapi langsung mengangkat tubuh istrinya untuk dia bawa ke kamar mereka agar Zafira bisa istirahat dengan lebih baik. Setelah membaringkan Zafira di ranjang mereka, Arya juga menaikan selimut di tubuh Zafira, kemudian mengecup keningnya sekali, sebelum akhirnya kembali keluar dari kamar itu, dan membiarkan Zafira tidur dengan nyaman. Kita memang tidak pernah tau kapan bencana akan datang dalam hidup kita. Kebahagiaan juga kesedihan semua murni adalah takdir. Sebaik-baiknya jalan yang harus kita tempuh adalah mengikhlaskan. Tapi bagaimanapun ada pepatah yang mengatakan air tenang lebih cenderung menghanyutkan, maka setenang-tenangnya jiwa manusia ada titik di mana dia akan merasa jenuh dengan apa yang telah dan akan terjadi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN