Beberapa hari berlalu.
Seperti yang sudah Zafira rencanakan sebelumnya. Dia akan tetap tenang dan bertahan di rumah mereka, setidaknya sampai surat pengajuan nya di terima oleh hakim, dan saat itulah Zafira akan benar-benar melepas mas Arya untuk berbahagia bersama Nadia, karena itu juga yang Nadia inginkan. Menginginkan dirinya untuk pergi dari kehidupan mereka.
Sejak pulang dari rumah sakit, baik Zafira ataupun Nadia lebih terlihat saling menjaga jarak. Bukan Zafira yang ingin menjaga jarak, tapi Zafira hanya tidak ingin saat dia melihat mas Arya dan Nadia justru hatinya akan kembali merasa sakit. Zafira memang berkali-kali mengatakan akan merelakan mas Arya untuk Nadia, tapi ternyata sisi wanitanya tetap jauh lebih mendominasi. Di satu sisi dia sangat mencintai mas Arya, tapi di sisi lain, Nadia juga mengatakan jika dia juga mencintai mas Arya, terlebih lagi mas Arya juga mengakui jika mas Arya juga sangat mencintai Nadia dan Zafira juga sangat menyayangi adik perempuannya. Maka apa yang di katakan Nadia memang tidak sepenuhnya salah, jika di sini Zafira lah orang ketiga dari hubungan mereka. Meskipun Zafira adalah istri sah mas Arya, tapi sejatinya Zafira juga sangat memahami jika sebenarnya mas Arya jauh lebih mencintai Nadia di banding dirinya. Zafira sadar akan hal itu, terlebih lagi mas Arya juga berkali-kali mengatakan jika dia, Arya Katon Fujiparingga memang masih sangat mencintai Nadia, sangat mencintainya tanpa pernah tau jika kata-kata itu ternyata mampu melukai hati Zafira, istrinya.
Berkali-kali Zafira mencoba menepis segala rasa cemburunya, juga rasa sakit hatinya atas apa yang mas Arya dan Nadia lakukan, tapi berkali-kali itu pula Zafira gagal untuk berdamai dengan hatinya. Bagaimanapun Zafira hanya seorang manusia biasa, terlebih lagi dia hanya seorang wanita, yang akan lebih di identik dengan kata lemah dan tidak berdaya.
Sejak pulang dari rumah sakit, Zafira benar-benar menyibukkan diri di kantor bahkan Zafira lebih sering mengambil jam lembur dan sesekali justru ikut pulang ke rumah bos nya dan menghabiskan waktu bersama istri dari bos nya. Tentu sebelumnya Zafira meminta izin pada mas Arya jika dia harus lembur, dan Arya tidak pernah sekalipun melarang Zafira untuk lembur karena sejatinya dia juga tau bagaimana kinerja Zafira di kantor tempat dia bekerja. Karena pak Anton sendiri yang mengatakan jika dia tidak bisa bekerja tanpa bantuan Zafira, karena Zafira merupakan kunci dari semua keberhasilan yang pak Anton dapatkan lima tahun belakangan ini.
Hari itu, Zafira pulang saat hari sudah hampir petang, karena hujan dan dia tidak bisa menerobos hujan, jika pada akhirnya mobilnya malah akan bermasalah. Selain itu, sebenarnya Zafira agak malas pulang ke rumah karena sudah pasti dia akan kembali menerima luka yang di buat oleh suaminya juga Nadia. Entah seburuk apa hati yang Zafira miliki , karena hal sekecil apapun yang akan mas Arya dan Nadia lakukan di rumah itu akan mampu membuat Zafira terluka lagi dan lagi, entah itu di sengaja atau tidak tapi kenapa rasanya tetap saja sakit untuk Zafira tanggung.
Zafira baru sampai di depan rumah dan sudah melihat jika di garasi ada mobil Arya, suaminya, dan Zafira yakin jika Arya sudah pulang dari sebelum hujan turun karena mobil itu terlihat kering dan tidak kotor sama sekali. Zafira diam sebentar di teras depan rumahnya, menarik napas dan menghembuskan nya dengan sangat lelah, seolah ada gunung yang sedang ikut dia topang di atas bahunya.
Dengan perasaan hampa , Zafira membuka pintu utama rumah besar itu, rumah yang dia beli dua tahun lalu saat dia genap sebulan menjadi istri mas Arya. Rumah yang dia beli dari hasil patungan dengan mas Arya karena mas Arya tidak ingin Zafira membayar sendiri rumah itu dan begitu pula yang Zafira rasakan, dia juga tidak ingin mas Arya membayar sendiri rumah yang akan mereka jadikan tempat tinggal mereka, meskipun itu sepenuhnya adalah tanggung jawab mas Arya sebagai suaminya, tapi sungguh waktu itu Zafira benar-benar tidak ingin memberatkan Arya karena bisa memiliki mas Arya sebagai suaminya saja sudah membuatnya merasakan bahagia yang luar biasa.
Saat Zafira membuka pintu rumah itu, asisten rumah tangganya juga langsung terlihat menyapa Zafira dan membantu membawa tas yang Zafira bawa karena Zafira juga tadi sempat mampir di swalayan untuk membeli kebutuhan pokok.
"Apa mas Arya sudah pulang, Bik?" Tanya Zafira lembut sambil mengelap sisa percikan hujan di rambut dan bajunya.
"Sudah mbak. Sudah dari jam empat sore tadi." Jawab bibik asisten rumah tangga Zafira saat berjalan ke arah dapur dengan membawa dua kantung plastik yang sebelumnya Zafira bawa.
Zafira juga langsung berniat menuju kamarnya, untuk segera mandi dan berganti pakaian karena hari sudah hampir gelap. Zafira menaiki anak tangga, masih dengan mengipas sisa percikan hujan di bajunya saat tiba-tiba Nadia keluar dari kamarnya, kamar yang dia dan mas Arya tempati dengan rambut yang di bungkus handuk dan Nadia juga masih mengunakan handuk kimono miliknya, milik Zafira.
Pandangan Zafira langsung terfokus pada Nadia dan penampilan Nadia saat keluar dari kamar itu. Nadia hanya menggunakan handuk dan rambut yang masih basah dan di bungkus handuk pula. Apa yang dia lakukan di kamarku? Pikir Zafira.
"Nadia. Kau habis dari kamar kakak?" Tanya Zafira dengan nada biasa-biasa saja, tapi Nadia justru terlihat memutar bola matanya asal.
"Ya. Emang kenapa kak?" Tanya Nadia tanpa merasa bersalah atau tidak enak di hatinya.
"Apa kau membutuhkan sesuatu, sampai harus masuk ke kamar kakak segala?" Tanya Zafira, tapi Nadia justru terlihat menghela napas, seolah pertanyaan itu sangat tidak bermutu dan tidak pantas untuk dia jawab.
"Tidak. Aku sama mas Arya kok di dalam. Aku gak sendirian kak. Lagi pula sebentar lagi kamar ini juga akan menjadi kamar aku dan mas Arya, jadi wajar dong jika aku juga akan sering keluar masuk kamar ini." Jawab Nadia dengan sangat tidak beretika. Zafira dan mas Arya masih sah sebagai suami istri tapi dia seolah menganggap jika di sini dia, Nadia lah yang menjadi tuan rumah di rumah itu.
"Jaga ucapan mu, Nadia. Kakak masih istri sah mas Arya, dan tolong hormati keberadaan kakak di sini. Kakak menang sudah setuju untuk mengizinkan mas Arya untuk menikah dengan mu, tapi kakak mohon jagalah kehormatan kamu sebelum kau benar-benar menikah dengan mas Arya lagi." Tolak Zafira tapi Nadia justru tidak menghiraukan apa yang baru saja Zafira ucapkan dan menganggap itu hanya sebatas angin lalu.
"Lagi pula, apa yang kau lakukan di dalam kamar kakak, dengan mas Arya? Jangan bilang,,,,"
"Ya. Tentu saja. Aku dan mas Arya menghabiskan waktu bersama di ranjang. Apa lagi?" Jawab Nadia dengan sangat tidak berperasaan dan Zafira langsung syok saat menyadari kebenaran dari apa yang Nadia ucapkan. "Bukankah kakak dan mas Arya sudah menikah lebih dari dua tahun? Kenapa sampai saat ini kakak tidak juga mengandung anak mas Arya? Apa sebenarnya kakak itu mandul, atau bagaimana?" Sambung Nadia dengan sangat tidak berperasaan tapi Zafira hanya pilih menghela napas dengan menahan dadanya. Sakit rasanya saat dia harus mendengarkan pertanyaan itu dari mulut adik perempuan.
"Apa yang kau katakan, Nadia?" Tolak Zafira seolah tadi dia hanya salah dengar dengan apa yang Nadia katakan, jika Nadia dan mas Arya baru saja menghabiskan waktu di atas ranjang, di atas ranjang mereka, ranjang Arya dan Zafira. Oh tiba-tiba kepala Zafira langsung berdenyut nyeri saat membayangkan itu benar-benar terjadi.
"Ya. Aku dan mas Arya sudah bercinta, dan aku yakin jika dalam hitungan bulan aku pasti akan bisa mengandung anak untuk mas Arya. Dan saran aku masih sama untuk kakak agar kakak mundur dari hubungan ini, karena sudah pasti kakak tetap akan tersingkir dari hati juga hidup mas Arya saat aku sudah menikah dan memiliki anak dengan mas Arya nanti." Tolak Nadia dengan sangat pedas dan menekan kan kata-kata tersingkir pada kakak perempuannya. Zafira tidak lagi berkata apa-apa karena dia juga sebenarnya sudah sangat yakin jika dirinya yang akan tersingkir dari sini, maka dari itu keputusan nya sudah benar-benar mantap untuk melepas Arya, tapi kenapa rasanya tetap saja sakit. Nadia juga langsung berlalu tanpa merasa bersalah sama sekali pada kakak perempuannya setelah mengucap kata-kata pedasnya, dan kini dia dengan sangat bangga berlalu dan masuk ke kamarnya sendiri yang hanya berjarak tiga kamar dari kamar yang Zafira dan mas Arya tempati.
Zafira masih mematung di depan pintu saat seorang asisten rumah tangga terlihat naik dan mengatakan jika menu untuk makan malam nanti sudah jadi dan tinggal di hangatkan.
Zafira membuka pintu kamar itu dan kembali menghela napas dengan sangat berat. Bayangkan dari ucapan Nadia tadi juga kini memenuhi pikiran Zafira. Bayangan saat mas Arya, suaminya bercinta dengan Nadia adik perempuannya benar-benar membuat kepercayaan dirinya hancur. Bagaimana mungkin mas Arya tega melakukan itu pada Nadia , adik perempuannya, juga sepupu bagi mas Arya. Bagaimana mungkin mas Arya tega merusak martabat keluarga mereka dengan melakukan hal seperti ini, dan saat pikiran-pikiran itu memenuhi kepala Zafira, Zafira hanya bisa menahan nyeri di d**a karena ini benar-benar sangat menyakitkan untuk sekedar di bayangkan apa lagi untuk di hadapi.
Zafira kembali menghela napas lalu menghembuskannya, dan sekali lagi menghela napas dan menghembuskannya berharap rasa sakit juga kecewa di dadanya bisa sedikit berkurang meskipun dia juga tidak yakin jika ini bisa meringankan rasa sakit itu. Sekali lagi Zafira menghela napas cukup dalam sebelum akhirnya dia benar-benar melangkah ke dalam kamar itu dan melihat mas Arya masih terlihat tidur di ranjang mereka dengan tubuh tengkurap dan di tutupi selimut. Punggung mas Arya juga terlibat tanpa baju dan itu juga semakin memperkuat keyakinan Zafira jika apa yang baru saja Nadia ucapkan benar adanya. Jika mas Arya dan Nadia baru selesai melewati hari dengan bercinta di ranjang miliknya, milik Zafira dan mas Arya.
Zafira tidak membangunkan mas Arya, namun justru langsung ke kamar ganti untuk menaruh tas dan mengambil satu stel pakaian santai dari lemarinya. Zafira membawa pakaian itu ke kamar mandi, kemudian langsung melepas pakaiannya untuk membersihkan diri dengan keramas dan berendam dengan air dingin.
Di luar masih hujan, meskipun tidak besar, dan tadi Zafira juga sempat kehujanan dan untuk menghindari demam dan flu, Zafira juga membasahi kepalanya. Selain karena tidak ingin demam dan flu, Zafira juga sebenarnya ingin mendinginkan hawa tubuh dan hatinya yang tetap saja terasa panas saat melihat dan membayangkan apa yang mas Arya lakukan tadi dengan Nadia.
Arya terjaga karena suara gemericik air di dalam kamar mandi dan Arya yakin jika Zafira sudah pulang. Arya diam sejenak di bibir ranjang memijit tengkuk juga bahunya lalu menatap ke arah luar jendela yang masih terlihat gerimis, namun jelas terlihat jika hari sudah gelap. Arya berjalan ke arah ruang ganti , mengambil handuk untuk dia bawa ke kamar mandi, berniat ingin mandi bersama dengan sang istri, tapi baru saja Arya membuka pintu kamar mandi, Zafira malah sudah berdiri di balik pintu kamar mandi itu sudah dengan rambut basah dan di bungkus handuk.
"Kau sudah pulang, sayang? Kenapa tidak membangunkan ku?" Tanya Arya tapi Zafira pilih mengabaikannya karena ternyata hatinya kembali terasa sakit hanya dengan pertanyaan sederhana dari suaminya. "Sayang. Apa kau baik-baik saja?" Tanya Arya saat Zafira tidak menjawab pertanyaannya karena Arya juga ingat jika beberapa Minggu lalu Zafira juga sakit karena kehujanan.
Zafira menghela napas dengan sangat pelan lalu melepasnya dengan sangat pelan pula. "Aku gak kenapa-kenapa mas, aku hanya kehujanan jadi karena itu aku juga langsung mandi dan keramas agar tidak demam dan flu!" Imbuh Zafira lembut namun tanpa berbalik atau melihat mas Arya, lawan bicaranya. Ada helaan napas lega yang ikut lolos di bibir mas Arya dan Zafira mendengar itu.
"Oh. Syukurlah. Mas pikir kau ada masalah." Balas Arya saat memeluk punggung istrinya dan menopang wajahnya di bahu istri. Zafira tidak menolak sentuhan itu karena sampai saat ini dia masih berstatus istri sah dari mas Arya dan tentu sikap seperti ini bukanlah sikap yang tidak baik, tapi percayalah Zafira justru merasa sangat buruk saat ini. Sangat buruk karena dia tetap saja tidak bisa tegas. Dia tidak bisa tegas dengan hatinya sendiri dan malah pasrah dengan keadaan.
Tangan Zafira terangkat dan menyentuh rahang laki-lakinya. Laki-laki yang sangat dia cintai, bahkan saking cintanya, Zafira memilih mundur untuk merelakan laki-lakinya bahagia dengan wanita yang sangat mas Arya cintai, dan Zafira yakin jika Nadia juga bisa mencintai mas Arya seperti mas Arya yang mencintainya hingga saat ini. Zafira juga yakin jika Nadia bisa memberikan anak untuk mas Arya dalam waktu dekat seperti apanya yang Nadia ucapkan sebelumnya. Nadia masih muda dan cantik dan nilai plusnya adalah Nadia juga wanita yang mas Arya cintai dari dulu hingga saat ini.
"Mandilah. Karena hari sudah beranjak petang. Aku akan menyiapkan pakaian mas, dan setelah itu kita turun untuk makan malam." Ucap Zafira dan Arya langsung mendaratkan satu kecupan di pipi Zafira sebelum benar-benar meninggalkan Zafira dan masuk ke kamar mandi.
Zafira lagi-lagi merasa sangat buruk, bahkan dia tidak bisa protes apa lagi marah pada laki-laki yang baru saja memeluk juga menciumnya, namun justru kembali menguatkan hatinya jika ini tidak lama lagi akan berakhir, dan dia akan terbebas dari segala sumber rasa sakitnya.
Usai mandi dan berganti pakaian, Arya dan Zafira juga langsung turun ke ruang utama untuk makan malam. Arya pilih menunggu di ruang tengah sambil menonton televisi sementara Zafira pergi ke dapur dan membantu bibik memanaskan juga menyiapkan makan malam untuk mereka semua. Arya baru bergabung di meja makan saat Zafira mengatakan semua sudah siap, dan Nadia juga baru turun dari kamarnya dan langsung duduk di meja makan, tepat di depan Arya.
Pandangan Arya dan Nadia sempat bertemu di udara dan ada senyum yang terukir di wajah keduanya. Senyum yang terlihat penuh tanda tanya namun juga penuh kebahagiaan dan Zafira melirik dari ekor matanya, dan lagi-lagi Zafira yang terlalu egois hingga Zafira justru merasa sakit dengan isyarat yang mereka, mas Arya dan Nadia lakukan lewat tatapannya. Zafira sakit, karena kembali di sadarkan jika inilah kenyataan yang harus dia terima. Kenyataan jika sebenarnya dia hanya sebagian kecil di hati suaminya.
Percayalah, semakin besar rasa cinta di hatimu pada orang yang mengaku mencintaimu, maka semakin besar pula rasa sakit yang akan kau rasakan untuknya. Maka cintailah dia sesederhana mungkin. Agar saat kau terluka dengan perasan itu, kau tidak akan merasa begitu sakit yang teramat dalam, karena semua yang berlebihan itu memang selalu tidak baik.