Luka Tak Berdarah

2529 Kata
Hari itu, Arya kembali mengutarakan niatnya untuk kembali menikah, dan lagi-lagi Zafira hanya bisa menghela napas sembari mengangguk dengan pasrah. Ini sudah kali kesekian Arya mengutarakan niatnya itu, meskipun dari sebulan yang lalu Zafira sudah mengatakan iya, dia mengizinkan Arya untuk menikah lagi dengan Nadia, tapi Arya tetap menunggu sampai Zafira istrinya benar-benar rela tanpa ada yang harus tersakiti atau menyakiti. "Bukankah aku sudah mengatakan jika aku tidak apa-apa jika Mas ingin menikah dengan Nadia, kenapa masih menanyakan ini lagi?" Tanya Zafira saat menarik satu pakaian dari dalam lemarinya untuk dia bawa ke kamar mandi dan berganti pakaian karena pagi ini dia harus sudah berada di kantor karena kemarin Zafira membuat jadwal meeting untuk pak Antonio, dan secara otomatis dia juga harus berada di meeting itu sebagai sekertarisnya pak Antonio. "Mas tau. Tapi jujur Mas juga bingung harus memulai mengutarakan rencana Mas ini pada Om Gunawan. Apa dia akan mau menerima keputusan kami ini?" Tanya Arya saat mengutarakan kegundahan jika om Gunawan, ayah dari Zafira dan Nadia justru akan menolak keinginannya ini, dan rasanya ini justru jauh lebih berat dari sekedar melamar anak gadis seseorang untuk di poligami. "Bukankah Mas, dan Nadia sama-sama saling mencintai? Lalu kenapa harus takut untuk mengatakan tujuan baik ini. Mas juga bisa mendatangi ayah, bersama Nadia dan kalian bisa mengatakan hal ini, jika Mas Arya ingin menikahi Nadia dan Mas juga harus mengatakan jika aku sudah menyetujuinya. Apa perlu aku juga ikut mengatakan hal ini pada ayah?" Jawab Zafira di ikuti pertanyaan, tanpa berani menatap lawan bicaranya karena bola matanya Zafira kini sudah sangat panas dan pandangannya sudah mulai buram, dan Zafira yakin, sebentar lagi, dia pasti akan menangis dan sungguh Zafira tidak ingin terlihat rapuh di hadapan laki-laki yang sangat dia cintai. Dia sudah berjanji untuk mengabulkan semua yang Arya inginkan, selagi Arya bisa bahagia, maka dari itu agar Arya tidak menyadari jika saat ini Zafira terluka maka, sebisa mungkin Zafira memang harus meninggalkan ruangan itu untuk menghindari tatapan Arya, dan Zafira buru-buru masuk ke kamar mandi lalu menutup pintu itu dan menguncinya dari dalam. Zafira diam sejenak lalu menahan dadanya sembari menghela napas dalam-dalam. Kembali melakukan hal yang sama agar rasa sesak di dadanya bisa sedikit berkurang. Zafira duduk sebentar di atas closet, mendongakkan kepala untuk menormalkan rasa sesak di dadanya. Belakangan ini Zafira memang agak sensitif. Kadang saat Arya berkata manis pun, Zafira akan terluka, anggap saja Zafira memang bukan wanita yang baik, karena tetap tidak bisa berpikir jernih setiap kali di sadarkan dengan kenyataan jika saat ini, perjuangannya akan benar-benar KANDAS terlebih lagi kemarin Nadia juga kembali menuntut satu janjinya, janji untuk membahagiakan adik perempuannya, dan satu di antara tiga janji itu, kini Nadia tuntut. Seperti yang Nadia ucapkan kemarin, 'kebahagiaan terbesarnya saat ini adalah bisa menikah dengan mas Arya, tapi tanpa harus membagi mas Arya pada siapapun,' termasuk Zafira sendiri. Zafira ingat. Zafira ingat pernah mengucap tiga janji Zafira pada adik perempuannya lima tahun yang lalu, dan tiga janji berupa keinginan Nadia yang akan dia kabulkan tanpa syarat, dan dua keinginan itu sudah Zafira kabulkan, dan ini adalah permintaan sekaligus keinginan Nadia yang ketiga yang harus Zafira kabulkan. "Baiklah Zafira, kau bisa. Kau pasti bisa. Kau hanya hidup selama dua tahun setengah sama Arya, dan sebelumnya kau pernah hidup tanpa dia lebih dari dua puluh lima tahun. Dunia tidak akan runtuh hanya karena kau kehilangan mas Arya. Dunia tidak akan berakhir hanya karena kau dan mas Arya berpisah. Semua akan baik-baik saja. Ini hanya butuh sedikit saja kesabaran, maka kau juga akan bisa kembali seperti dulu lagi. Tenanglah. Tenanglah. Kau bisa Zafira, kau pasti bisa." Ucap Zafira dalam hati untuk menyemangati dirinya sendiri karena untuk saat ini dia benar-benar tidak ingin konsentrasi nya terpecah karena pagi ini dia harus bisa memenangkan tender besar itu dan ini akan menjadi prestasi terbesar nya untuk perusahaan pak Antonio. Perusahaan yang sudah memberikan Zafira banyak pelajaran dan pengalaman. Maka Zafira tidak ingin hanya karena masalah pribadi nya ini, dia justru tidak bekerja secara maksimal dan profesional. Zafira bangkit dari duduknya lalu buru-buru memakai pakaiannya. Zafira juga langsung memoles make up-nya di dalam kamar mandi karena tadi Zafira memang sengaja membawa make up-nya ke kamar mandi hanya untuk menghindari obrolan dengan Arya, suaminya, karena meskipun berkali-kali Zafira mengatakan sudah rela, tapi ada rasa sakit yang ternyata masih Zafira rasakan setiap kali memikirkan ini. Saat Zafira keluar dari kamar mandi, ternyata Arya sudah tidak ada di kamar mereka, tapi pakaian yang sebelumnya dia siapkan untuk Arya, juga sudah tidak ada di atas meja di ruang ganti , maka Zafira menyimpulkan jika Arya sudah menggunakan pakaian itu dan keluar dari kamar mereka dan mungkin saat ini Arya sudah berada di meja makan untuk menyelesaikan sarapan nya, karena tadi Zafira juga mengatakan jika sarapan sudah tersedia. Zafira meraih dua map untuk dia bawa dan memasukan flashdisk dan laptopnya di tas jinjingnya sendiri karena semua materi untuk persentase ada di flashdisk tersebut dan sebagiannya lagi ada di laptopnya. Zafira keluar dari pintu kamar itu dan langsung melihat Arya yang sedang berdiri di depan pintu kamar Nadia dan sepertinya Arya sedang meminta bantuan pada Nadia untuk memasangkan dasinya. Arya memang tidak melihat jika di belakang punggungnya ada Zafira, tapi Nadia langsung melihat saat pintu kamar Zafira dan Arya terbuka dan Zafira tampak keluar dari pintu itu juga langsung melihat ke arahnya. Nadia malah sengaja berjinjit untuk mengecup bibir Arya sembari berbisik 'jika penampilan mas Arya sudah sangat sempurna dan itu semakin membuatnya, jatuh cinta.' Zafira langsung berbalik dan menuruni anak tangga rumah itu, dan buru-buru ke arah meja makan, lalu mengambil satu potong roti yang sudah di oles mentega, juga meminum sedikit tehnya, kemudian berbalik untuk mengambil kunci mobil di nakas sebelah televisi untuk segera berangkat ke kantor karena dia benar-benar tidak ingin terlambat atau membuat tamunya atau klien barunya menunggu lama. "Zafira, kenapa buru-buru?" Sapa Arya saat baru turun dari anak tangga terakhir rumah itu. "Maaf, Mas. Aku sedang buru-buru. Pagi ini ada meeting dengan klien baru jadi aku tidak ingin mereka sampai menunggu hanya karena aku yang datang terlambat." Ucap Zafira sembari memencet remot kontrol untuk mobilnya. "Istri macam apa kakak ini, suami belum sarapan , sudah mau pergi begitu saja. Setidaknya tunggu Mas Arya selesai sarapan dulu kek, baru mikirin hal yang lain. Ini jelas suami baru turun untuk sarapan dia malah,,," "Sudah. Gak apa-apa. Mungkin ini proyek penting untuk kakakmu, Mas juga gak apa. Semoga kau bisa mendapatkan tender itu." Ucap Arya yang terdengar seperti sepenggal doa di telinga Zafira dan Zafira langsung mengucap amin tanpa menghiraukan apa yang baru saja Nadia ucapkan lalu meraih tangan Arya untuk dia cium punggung tangannya dan Arya juga langsung mencium ujung kepala Zafira sebagai mana biasanya , dan percayalah hal yang seperti ini yang membuat Nadia merasa tidak rela untuk membagi Arya dengan wanita lain termasuk Zafira kakak nya sendiri. Zafira juga mengulurkan tangan pada Nadia agar Nadia bisa menyalami nya dan Nadia dengan sangat malas menerima tangan Zafira lalu mencium punggung tangan Zafira dengan pipinya sambil menghela napas seolah dia tidak ikhlas untuk melakukan itu. "Aku berangkat duluan ya, Mas. Kalian sarapan saja. Semua sudah aku siapkan." Ucap Zafira lagi dan Arya langsung mengangguk. "Hati-hati di jalan, sayang. Jangan ngebut, meskipun kau akan sedikit terlambat. Keselamatan mu jauh lebih penting!" Imbuh Arya dan Zafira langsung membagi senyum nya sembari mengangguk dan mengatakan iya pada suaminya, sebelum akhirnya Zafira juga masuk ke mobilnya dan meninggalkan bagasi juga halaman rumahnya, sementara Arya dan Nadia juga langsung menuju meja makan untuk menyelesaikan sarapan mereka. "Apa Mas tidak ada jadwal yang cukup penting di kantor hari ini?" Tanya Nadia saat mereka , Arya dan Nadia sedang berada di meja makan. "Tidak. Kenapa?" Tanya balik Arya saat memasukkan potongan roti ke mulutnya. "Aku bosan di rumah terus. Tidak bisakah kita jalan-jalan siang nanti, saat jam istirahat Mas? Kita mungkin bisa makan siang di luar lalu jalan-jalan sebentar untuk merefresh otak kita. Mas juga harus tetap santai, biar gak cepat keriput!" Ucap Nadia dengan gaya manjanya. Kali ini Nadia duduk di sebelah mas Arya, kursi yang biasanya Zafira duduki. Arya terlihat diam sejenak sembari mengingat jadwalnya di kantor dan Arya merasa tidak ada pertemuan penting atau cukup penting di kantornya hari ini , dan mungkin dia bisa mengabulkan keinginan sederhana Nadia. "Baiklah. Kita makan siang di restoran jingga. Nanti Mas juga akan minta Zafira ke sana jadi kita bisa makan siang bertiga, dan mungkin Zafira juga mau ikut jalan-jalan dengan kita!" Imbuh Arya yang malah membuat Nadia langsung terlihat tidak setuju dengan usul Arya. "Tidak, Mas. Aku ingin makan siang berdua saja sama, Mas. Lagi pula belum tentu kak Zafira juga mau jalan-jalan. Mas tau sendiri jika kak Zafira bukan tipe wanita yang suka berjalan-jalan. Dia mah lebih suka dan asik dengan dunianya sendiri!" Tolak Nadia to the poin, dan Arya juga langsung mengingat-ingat apa saja kebiasaan Zafira selama dia mengenal Zafira. Dan sudah lebih dari dua tahun dia dan Zafira menikah, tidak sekalipun Zafira pernah meminta di ajak jalan-jalan meskipun hanya sekedar berbelanja pakaian. Tidak pernah sama sekali. "Baiklah. Terserah kau saja." Jawab Arya pada akhirnya dan senyum Nadia juga langsung terlihat mekar sempurna. Pagi itu di kantor, Zafira benar-benar datang terlambat. Bukan terlambat, hanya saja hampir terlambat. Karena dia datang berbarengan dengan klien yang akan meeting dengan mereka. Pak Antonio juga pak Alfian juga ternyata sudah datang lebih dulu, dan kali ini Zafira benar-benar malu saat kedua bosnya itu malah datang lebih dulu dari dirinya. "Maaf pak. Zafira sedikit terlambat karena di tengah jalan tiba-tiba bensin mobil Zafira habis. Maaf sekali lagi." Lirih Zafira pada Antonio juga putranya, Alfian E Barack. "Tidak apa-apa. Sudah lah . Toh juga mereka juga baru datang!" Imbuh Antonio dan Zafira bisa bernapas lega. "Lebih baik besok jika ada meeting penting seperti ini, aku saja yang menjemputmu ke rumahmu, Fira. Agar kau tidak terlambat!" Ucap Alfian sembari mengedipkan matanya untuk menggoda Zafira dan Antonio langsung menepuk paha putranya karena Alfian tetap saja tidak mau sekedar untuk tidak menggoda Zafira. Zafira hanya tersenyum tipis tapi tentu saja dia tidak akan terbuai dengan godaan Alfian. Alfian memang kerap menggodanya seperti itu, tapi sungguh, Zafira tidak pernah menanggapi nya lebih, karena Zafira sudah menganggap Alfian seperti adiknya sendiri. Umur Zafira dan Alfian terpaut tiga tahun, dan Zafira lebih tua dari Alfian, dan Alfian juga tau jika Zafira sudah menikah, Alfian juga tau siapa suami Zafira, karena mereka memang kerap bertemu untuk sekedar mengobrol masalah bisnis saat Arya menjemput Zafira di rumah Alfian saat Zafira mengunjungi atau sekedar menemani ibunya Alfian membuat kue. Seakrab itulah Zafira dengan bosnya, bahkan dulu sebelum Zafira menikah dengan Arya, Antonio terang-terangan menawarkan Zafira pernikahan dengan putranya. Meskipun Antonio juga tau jika umur Zafira lebih tua dari putranya, tapi Antonio memang sudah menyukai Zafira sejak pertama kali mereka bertemu, hingga Antonio juga menawarkan jabatan sekretaris pribadinya pada Zafira terlebih lagi Mayang istrinya juga sangat menyukai gadis cantik itu, Zafira putri Gunawan. Meeting itu berjalan dengan sangat baik, dan seperti yang telah Antonio prediksikan, mereka pasti akan memenangkan tender itu dan lagi-lagi Zafira melakukan pekerjaannya dengan sangat baik hingga mampu meyakinkan kliennya untuk bekerja sama dengan perusahaan mereka. Hari itu juga perusahaan Antonio juga langsung memandangi kontrak kerja sama untuk proyek terbesar yang pernah dia dapatkan dan semua berkat persentase Zafira yang sangat memuaskan hingga kliennya juga yakin untuk memberikan proyek itu di perusahaan mereka, perusahaan pak Antonio Barack. Lalu bagaimana Antonio tidak akan berpikir jika Zafira adalah Dewi keberuntungan untuk perusahaannya. "Selamat. Selamat untukmu Zafira. Kau kembali membuat kita mendapatkan tender ini." Ucap Antonio memberi ucapan selamat pada Zafira yang sejatinya ini tidak sepenuhnya Zafira lakukan sendiri. Karena tadi Antonio juga Alfian ikut meyakinkan dua klien mereka. "Bapak bisa aja. Ini juga pasti karena Bapak dan pak Alfian. Tidak mungkin mereka akan menyerahkan tender ini jika hanya Zafira yang melakukan persentase ini." Tolak Zafira sembari menyusun beberapa file di meja itu. "Ayolah, Zafira. Aku bahkan tidak memanggil mu Mbak, hanya karena usia mu lebih tua dariku. Aku masih cukup muda, dan aku yakin aku jauh lebih muda dari mas Arya, tapi kenapa kau terus saja memanggilku, Bapak!" Tolak Alfin tapi Zafira hanya menggeleng begitu juga dengan Antonio. "Aku akan tetap memanggilmu Bapak saat kita berada di kantor, pak Alfian. Tapi mungkin aku bisa memanggil mu Mas, hanya saat kita di luar kantor. Ini hanya profesional kerja pak Alfian. Bukan kah begitu pak Anton?" Tanya Zafira lagi dan Alfian malah semakin kesal dengan panggilan bapak yang Zafira ucapkan lagi. Siang itu. Usai menandatangani kontrak kerja samanya, Antonio juga Alfian berniat makan siang bersama Zafira dan Mayang istrinya di salah satu restoran, untuk merayakan keberhasilan mereka pagi ini. Zafira tidak menolak dan langsung setuju saat tau jika Mayang istri pak Antonio juga akan ikut di makan siang itu. Benar saja, siang itu mereka berdua, Zafira dan pak Antonio berangkat ke restoran yang sudah dia boking, sementara Alfian memilih mengemudikan mobilnya sendiri, dan untuk Mayang, akan di antar oleh sopir ke restoran. Antonio dan Zafira sampai lebih dulu, di susul Alfian dan Mayang, ibunya. Makan siang itu berlangsung sangat baik, ada canda yang tercipta di tengah mereka, dan ada kehangatan yang ikut Mayang rasakan setiap kali menghabiskan waktu bersama dengan Zafira. Makan siang itu masih berlangsung saat tiba-tiba Mayang ingin makan salad buah tapi makanan itu tidak tersedia di restoran tersebut, tapi ada di toko yang ada di pusat perbelanjaan di seberang jalan, dan Zafira tau toko itu karena beberapa kali memang Zafira dan Mayang memang membeli makanan itu, salad buah di sana. Akhirnya Zafira menawarkan diri untuk pergi membeli salad itu untuk Tante Mayang, dan Alfian malah menawarkan diri untuk menemani Zafira pergi membeli makanan yang ibunya inginkan. Zafira asal mengangguk, karena Alfian memang sudah langsung membawa tas milik Zafira dan keluar lebih dulu dengan menarik lengan, Zafira. Mereka hanya menyebrangi jalan untuk sampai di pusat perbelanjaan itu dan langsung menuju toko yang menjual makanan itu. Zafira membeli dua box salad ukuran sedang dan Alfian hanya menunggu Zafira di depan pintu kaca toko itu saat tiba-tiba pandangan Alfian menangkap sosok yang sangat dia kenal baru keluar dari salah satu toko pakaian dengan seorang gadis. Pandangan Alfian masih tertuju pada kedua orang itu yang terlihat bergandengan mesra dengan sang pria merangkul pinggang wanita itu intens dan wanita itu juga terlihat bergelayut manja di lengan sang pria dan saat itu pula Zafira keluar dari toko itu sudah dengan peper bag di tangannya dan melihat Alfian yang hanya terfokus ke satu arah. Zafira mengikuti arah pandang Alfian, dan langsung di suguhkan dengan pemandangan tidak enak di depan sana. Pandangan tidak enak saat dia, Zafira harus melihat suaminya, Arya juga Nadia tengah menghabiskan waktu berbelanja dan berjalan-jalan dengan sangat mesra. Arya juga Nadia semakin hari semakin terang-terangan menunjukan kebersamaan mereka, bahkan kali ini mereka bahkan tidak lagi canggung untuk sekedar b******u di tempat umum. Dan Zafira pilih pura-pura tidak melihat mereka dan justru menarik lengan Alfian untuk kembali ke restoran di mana ibu dan ayah Alfian masih menunggu. "Ayo Mas. Tante pasti sudah sangat menginginkan salad nya!" Imbuh Zafira mengalihkan fokus Alfian. Zafira tidak ingin Alfian berpikir yang tidak-tidak dengan semua ini, karena bagaimanapun masalah ini hanya masalahnya , dan Zafira tidak ingin masalah ini malah merembet kemana-mana. Apa lagi jika sampai Alfian juga akan ikut campur dengan masalah ini. Tidak.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN