Kekacauan dan Kritis

2185 Kata

   Talana menyerah. Dia tetap mengikuti Angkasa dan terus menerus menoleh ke belakang. Begitu pun dengan Angkasa yang seperti sedang menghindari pengejaran. Mereka berjalan tergesa, seperti orang yang panik kabur namun tetap waspada dan berhati-hati tiap kali bertemu persimpangan jalan. Talana akhirnya melihat sebuah pintu di ujung lorong. Namun mendadak Angkasa berhenti sambil memberi sinyal agar Talana tak membuat suara. Talana melebarkan matanya, protes. Sementara Angkasa mulai maju dengan mengendap biasa, bukan yang benar-benar hati-hati. Baru dua langkah ke depan, Talana menarik lengan Angkasa mundur begitu ia mendengar  suara sepatu penjaga mendekat. Dua orang berjalan malas dengan sol sepatu yang menggesek lantai dengan lambat. Angkasa dan Talana menahan diri dengan sembunyi d

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN