Penggemar Naviza

1877 Kata

Malam.             “Senang berteman denganmu, Raka,” seru Naviza sambil mengulurkan tangannya meminta dijabat. Raka mendekat dan segera menyambut jabatan tangan Naviza sambil tersenyum renyah dengan tatapan yang teduh. “Seharusnya kita melakukan ini dari dulu,” balasnya ramah.             “Kau boleh pulang sekarang? Apa kata dokter?” tanya Naya yang berdiri di samping Raka. Mereka bertigaa masih di ruang perawatan sekolah. Jam sekolah sudah berakhir sejak matahari terbenam tadi. Tak ada lagi pembelajaran wajib di atas senja. Tapi sekolahan ini seperti tak pernah tidur. Selalu ada kegiatan mandiri para mahasiswa hingga tengah malam. Entah itu latihan kelompok, rapat organisasi, bahkan sekedar melakukan duel latihan di arena. Begitu juga ruang perawatan ini, yang selalu buka hingga p

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN