Bab 3

987 Kata
Saat ini Zevanya Agatha Gadi tengah berada di ruang kerjanya. Ia duduk di kursi dengan pandangan yang nampak fokus menatap layar komputer di hadapannya. Ia saat ini tengah memeriksa laporan keuangan serta profit dan perkembangan hotel yang dikelolanya saat ini. Di tengah kesibukannya yang sedang bekerja, pintu ruangannya tiba-tiba kembali terbuka dan terlihat Karlina sekretarisnya yang berjalan masuk ke dalam ruangannya mendekati meja kerjanya. “Sudah kamu cek laporan yang saya minta?” tanya Zevanya pada sekretarisnya itu setelah ia sudah berdiri di depan meja kerjanya. Namun, pandangan mata Zevanya tetap fokus menatap layar ponselnya. Pertanyaan atasannya itu membuat Karlina segera membuka sebuah file yang ada di dalam ipad di tangannya lalu meletakkan benda pipih itu di atas meja Zevanya dan mendorongnya mendekati wanita itu. Tangan Zevanya segera meraih ipad tersebut dan mulai menatap lekat layar benda pipih itu. Ia membaca dengan seksama laporan yang diberikan sekretarisnya itu lalu memberikan anggukan tanda puas dengan pekerjaan wanita di hadapannya ini. “Segera adakan rapat dengan tim marketing, tim operasional dan tim keuangan untuk membahas proposal pengajuan investasi tersebut. Kita harus bisa mendapatkan Investasi dari Andaran Corps bagaimana pun caranya,” ujar Zevanya dengan penuh tekad. “Baik Bu. Akan segera saya jadwalkan untuk rapat tersebut,” jawab Karlina sambil memberikan anggukan patuh. “Selain itu Bu, saya tadi ditelepon oleh sekretaris Direktur, bahwa anda dimintai untuk segera menemuinya,” lanjutnya melaporkan. Mendengar kata Direktur yang diucapkan oleh sekretarisnya itu membuat Zevanya menghembuskan nafas berat. “Setelah saya selesai membaca beberapa laporan ini, saya akan langsung menemuinya di kantor pusat,” ujar Zevanya walau merasa begitu terpaksa. “Direktur sedang tidak ada di perusahaan saat ini Bu. Sekretarisnya bilang, beliau sedang menunggu anda di rumah saat ini.” Zevanya menghela nafas kemudian kembali memberikan anggukan. “Ya udah, langsung hubungi sopir sekarang,” perintah Zevanya. Karlina memberikan anggukan patuh kemudian segera membalikkan badannya dan berjalan keluar dari ruangan atasannya itu. Setelah kepergian sekretarisnya, Zevanya segera menutup semua laporan yang dibacanya tadi lalu mematikan komputernya. Ia segera berdiri dan kembali mengenakan jas kerja miliknya lalu meraih tas yang tergantung di samping meja kerjanya sebelum berjalan keluar dari ruangannya untuk pergi menemui Direktur Gadi’s Group yang tidak lain adalah Papanya sendiri. ***** Mobil milik Zevanya berhenti tepat di depan sebuah rumah mewah berlantai empat dengan konsep rumah Victorian yang bernuansa seperti rumah-rumah bangunan eropa yang mewah dan elegan. Sopir nampak keluar dari dalam mobil dan langsung membukakan pintu bagi Zevanya. Terlihat beberapa pria yang mengenakan setelan jas hitam dan memasang ekspresi wajah tegas nampak berjaga di depan pintu rumah tersebut. Begitu Zevanya berjalan melewati mereka untuk masuk ke dalam rumah, tentu saja mereka langsung menunduk hormat pada Zevanya yang adalah putri dari bos mereka. “BERANI YA KAMU NGELAWAN SAYA.” Begitu sampai di dalam rumah, Zevanya mendengar suara benda keras yang terjatuh dan ditambah suara bentakan seorang wanita. Ia segera berjalan lebih cepat memasuki rumah menuju ruang tengah. Ketika sampai di sana, wanita itu menemukan dua wanita paru baya dengan kondisi yang berbeda jauh. Salah seorang wanita paru baya yang nampak lebih muda terlihat berdiri tegak menatap tajam pada salah satu wanita paru baya yang sepertinya terjatuh dengan posisinya yang terkapar di lantai. “Apa yang tante lakukan pada Mama saya?” teriak Zevanya dengan nada marah sambil berlari ke arah wanita yang terkapar di lantai. Ia segera membantu wanita tersebut untuk berdiri sambil menatap khawatir pada wanita itu. “Ma,” gumam Zevanya berbisik sambil menatap sendu wajah wanita yang sudah melahirkannya itu. Wanita yang sedang dirangkul Zevanya ini adalah wanita yang sudah melahirkannya Yuliana Rastanti yang juga merupakan istri sah dari Endiwarma Gadi, Direktur Gadi’s Group. Sedangkan wanita paru baya lain yang berdiri di hadapan Zevanya sambil menatap sinis padanya adalah Natalia Dewi istri kedua Endiwarma Gadi. “Kenapa memangnya? Kamu nggak suka kalau saya dorong Mama kamu. Emang kamu kira apa yang bisa kamu lakukan sama saya?” Tanya wanita bernama Natalia itu sambil menatap Zevanya dengan tatapan menantang. Perkataan wanita perusak rumah tangga orangtuanya itu tentu saja membuat Zevanya merasa begitu murka. Ia sampai mengepalkan tangannya karena emosi yang mulai membakar hatinya saat ini. “Tolong jaga sopan santun tante. Biar bagaimanapun Mama saya adalah Nyonya yang sebenarnya di rumah ini,” bentak Zevanya merasa begitu kesal pada wanita di hadapannya ini. “Ada apa ini? Kenapa ribut-ribut?” Suara tegas yang terdengar dari arah pintu masuk ruang tengah tersebut membuat suasana di ruang tengah langsung sunyi seketika. Terlihat seorang pria paru baya berjalan mendekati tiga wanita di ruang tengah itu dengan tatapan tajam tanpa ekspresi. Pria itu memang sudah lanjut usia, yang terlihat dari uban yang mulai muncul di sela-sela rambutnya. Namun, kondisi tubuhnya masih nampak sehat dan bugar karena sering berolahraga. “Pa, ituloh si Zevanya. Baru dateng malah bentak-bentak Mama,” lapor Natalia sambil berjalan ke arah pria paru baya tersebut dan merangkul lengannya. Pria tersebut adalah Endiwarma Gadi Direktur Gadi’s Group dan Papa dari Zevanya. “Tante Natalia yang salah pa. Dia bersikap kasar pada Mama,” ujar Zevanya melaporkan perbuatan istri kedua Papanya itu. “CUKUP” bentak Endiwarma dengan suara keras menatap tajam putrinya itu. “Apa kamu pikir Papa ini hakim yang harus menentukan siapa yang salah dan siapa yang benar?” lanjutnya bertanya. Perkataan Papanya tentu saja semakin menyulutkan api amarah di hati Zevanya saat ini. “Lebih baik kamu bawa Mama kamu ke kamarnya sekarang atau hal buruk lain akan terjadi padanya,” ancam Endiwarma. Perkataan Papanya membuat Zevanya refleks membawa Mamanya ke belakang tubuhnya, takut jika wanita yang telah melahirkannya itu kembali disakiti oleh pria di hadapannya ini yang sayangnya adalah Papanya sendiri. “Setelah mengantar Mama kamu langsung temui Papa di ruang kerja. Ada yang ingin Papa katakan pada kamu.” “Baik pa,” jawab Zevanya akhirnya. Ia kemudian segera membawa Mamanya menuju lantai dua tempat kamarnya berada. Sepintas ia sempat melihat senyuman penuh kemenangan dari wanita iblis yang berdiri di samping Papanya itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN