Bab 14

1543 Kata
Daniel terlihat begitu fokus menyetir mobil yang melaju di jalanan kota Jakarta. Di kursi belakang Zevanya nampak duduk tenang menatap ke arah luar jendela dengan tangan yang terlihat menggenggam sebuah benda tidak bisa dilihat jelas oleh Daniel. “Anda sepertinya cukup dekat dengan Mama anda,” ujar Daniel yang tiba-tiba mengajak ngobrol Zevanya setelah beberapa menit tadi hanya ada kesunyian di dalam mobil. Zevanya yang tadinya fokus melihat pemandangan jalanan kota Jakarta di luar jendela mobil segera melirik ke arah Daniel yang duduk di depannya. “Bukan urusan kamu,” jawab Zevanya dengan nada ketus seperti biasanya. Daniel tertawa kecil mendengar nada bicara Zevanya yang sama sekali tidak ramah padanya. Sepertinya ia akan mulai terbiasa dengan nada bicara wanita itu yang selalu ketus dan kasar padanya. “Kedepannya kita akan selalu berinteraksi Nona Agatha. Sampai kapan anda mau terus bersikap ketus pada saya?” Tanya Daniel. Zevanya tertawa sinis mendengar perkataan Daniel yang sepertinya mengharapkan mereka berdua untuk menjadi akrab. “Apa kamu sedang mengharapkan saya untuk bersikap baik sama kamu? Nggak usah konyol kamu. Jelas-jelas keberadaan kamu itu berniat untuk mengekang saya dan melaporkan semua kesalahan yang saya lakukan pada Papa saya, bagaimana bisa tugas kamu yang bertentangan dengan saya itu membuat kita harus menjadi akrab?” ujarnya dengan nada meremehkan. Daniel mengangkat kedua bahunya santai. "Nggak ada salahnya kan.” Zevanya mendengus kesal mendengar perkataan Daniel. “Dalam mimpi kamu,” ujarnya dengan nada ketus. Daniel akhirnya memilih diam dan tidak menjawab perkataan wanita yang duduk dibelakangnya saat ini. Suasana di dalam mobil akhirnya kembai sunyi tak bersuara karena dua insan manusia yang berada di dalam mobil tersebut mulai sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. ***** Mobil yang dikendarai Daniel berhenti sempurna di area basement gedung apartemen Zevanya. Setelah mesin mobil sudah dimatikan, seperti biasa Daniel segera keluar dan membukakan pintu bagi Zevanya. Beberapa detik menunggu wanita itu, sama sekali tidak ada tanda-tanda bahwa Zevanya akan keluar dari mobil. Daniel yang kebingungan segera menunduk untuk melihat ke dalam mobil dan ternyata ia menemukan Zevanya yang sudah terlelap tidur saat ini. “Sejak kapan dia tidur?” gumam Daniel yang kebingungan melihat Zevanya yang terlihat begitu lelap. “Nona Agatha,” panggil Daniel yang berusaha untuk membangunkan Zevanya. Namun, beberapa kali berusaha memanggil serta sedikit mengguncang tubuh wanita itu, tetap saja tidak ada respon dari ya. Nampaknya wanita yang sedang terlelap ini memang sangat kelelahan sehingga tertidur begitu nyenyak di dalam mobil. Menyadari jam yang sudah semakin larut tentu saja dirinya tidak bisa hanya diam menunggu sampai Zevanya terbangun dari tidurnya apalagi membiarkan wanita itu untuk tetap tidur di mobil. Akhirnya Daniel segera meraih tubuh Zevanya ke dalam gendongannya dan membawa wanita itu keluar dari mobil. Berada di dalam gendongan Daniel sama sekali tidak mengganggu tidur Zevanya. Ia malah menenggelamkan kepalanya di dalam dad* Daniel seakan merasa begitu nyaman dalam gendongan pria tersebut. Setelah mengunci mobil, Daniel akhirnya berjalan masuk ke dalam gedung apartemen dengan membawa tubuh Zevanya yang begitu tenang dalam tidurnya. Ia berjalan masuk ke dalam lift menuju unit apartemen tempat Zevanya tinggal. Tidak memerlukan waktu lama hingga akhirnya Daniel sudah masuk ke dalam apartemen zevanya. Ia segera membawa Zevanya ke dalam kamar wanita itu lalu secara perlahan menurunkan tubuhnya ke atas ranjang. Ketika tubuh Zevanya sudah berbaring di atas ranjang, tangan wanita itu yang tadinya terkepal kuat karena memegang sesuatu tiba-tiba melonggar sehingga benda yang ia pegang terjatuh ke lantai. Menyadari ada yang jatuh, Daniel segera mengarahkan pandangannya ke arah lantai. Ia kemudian meraih sebuah kalung yang tergeletak di lantai setelah baru saja jatuh dari tangan Zevanya dan menatap lekat benda tersebut. Daniel beberapa kali menatap benda di tangannya serta Zevanya yang sedang tertidur lelap secara bergantian. “Kak Alvin dimana? Jangan tinggalin aku,” gumam Zevanya yang tiba-tiba mengigau di tengah tidurnya saat ini. Benda yang ada di tangan Daniel saat ini adalah sebuah kalung perak dengan mainan hiasan berbentuk bunga matahari. Daniel segera berdiri tegak dengan mata yang tidak lepas menatap Zevanya yang saat ini nampak tidak tenang dalam tidurnya. Tanpa ia sadari dirinya tiba-tiba menunduk dan tangannya bergerak mendekati wajah Zevanya lalu mengusap dahi wanita itu yang sedikit berkerut menunjukkan bahwa walau sedang tertidur banyak pemikiran di dalam kepalanya saat ini. Tidak ingin terlalu lama larut dalam perasaan yang tidak penting menurutnya ini, Daniel segera meletakkan kalung di tangannya itu ke atas meja kecil samping ranjang Zevanya, barulah ia berjalan keluar dari kamar wanita itu. Begitu keluar dari kamar Zevanya, pria itu berjalan menuju ke arah dapur dan mengambil sebuah gelas lalu menuangkan air putih ke dalam gelas yang ada di tangannya setelah itu meneguk sedikit air tersebut. Di tengah kesunyian dalam apartemen ini, suara dering ponsel yang tiba-tiba berbunyi dari saku celana Daniel tentu saja mengagetkan pria itu. Ia segera merogoh saku celananya dan mengeluarkan benda pipih yang terus berbunyi itu. “Halo,” jawab Daniel setelah sudah menekan tombol hijau dan menempelkan ponselnya ke telinga. “Selamat Malam Tuan. Saya ingin melaporkan terkait informasi dari beberapa pemegang saham Gadi’s Group.” “Kiriman ke email saya,” perintah Daniel dengan nada tegas pada orang yang berbicara dengannya di telepon tersebut. Tanpa menunggu jawaban ia segera memutuskan sambungan teleponnya dan memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana. Sambil memegang gelas di tangannya Daniel berjalan ke arah ruang tengah apartemen Zevanya dan duduk di sofa yang ada di sana. Terdiam cukup lama setelah duduk di sofa, Daniel tiba-tiba melepaskan jas yang ia kenakan dan hanya menyisakan sebuah kemeja putih yang membalut tubuh kekarnya. Ia kemudian menggulung salah satu lengan kiri kemejanya hingga bagian siku yang kemudian menampilkan sebuah luka goresan yang cukup besar namun sudah sedikit memudar. Daniel terdiam cukup lama menatap luka di sikunya itu sambil tersenyum miris. ***** Zevanya Agatha Gadi yang baru berusia delapan tahun itu terlihat begitu bahagia berlari masuk ke area kolam renang. Ia segera duduk di salah satu bangku di pinggir kolam dan melihat seorang bocah laki-laki yang begitu lincah berenang di kolam. “Kak Alvin semangat,” teriaknya menyemangati bocah laki-laki tersebut. Bocah laki-laki yang dipanggil Alvin itu tersenyum senang mendengar teriakan yang tengah menyemangatinya. Ia semakin semangat berenang mengitari kolam yang begitu panjang tersebut. Begitu melihat Alvin sudah hampir sampai di pinggir kolam, gadis kecil yang dari tadi menontonnya segera berlari ke arah kolam dan berjongkok di pinggir menanti bocah yang berenang itu. “Wah, Kak Alvin hebat banget berenangnya,” puji Agatha sambil tersenyum bangga. “Kamu juga pingin nggak jago berenang Agatha? Kakak ajarin yuk,” tawar Alvin. Agatha kecil memberikan gelengan. “Aku takut air kak. Aku lihatin kakak aja deh,” jawabnya menolak penawaran yang diberikan Alvin. “Ya udah, kalau gitu kamu jadi penyemangat kakak aja ya,” ucapnya. Agatha segera memberikan anggukan sambil tersenyum sumringah.”Pasti dong kak. Aku bakal selalu ngedukung Kakak kalau kakak lomba nanti.” ujarnya. “Janji?” Tanya Alvin sambil mengulurkan jari kelingkingnya pada Agatha. Agatha segera meraih jari kelingking Alvin dan menautkan kelingkingnya. “Janji,” jawabnya. Alvin tersenyum puas mendengar janji dari gadis kecil di hadapannya ini. “Ayok kak berenang lagi aku pingin lihat,” pinta Agatha. Alvin mengangguk kemudian kembali berenang lagi. Agatha kemudian berdiri dan berlari di pingir kolam mengikuti Alvin yang berenang di dalam air. Karena terlalu semangat berlari dan fokus memperhatikan Alvin berenang, Agatha tidak menyadari langkahnya terlalu dekat dengan pinggiran kolam hingga akhirnya ia terjatuh. “T…to….tolong,” teriak Agatha terbata-bata berusaha menggapai sesuatu di dalam kolam yang begitu dalam. Alvin yang sedang berenang tentu saja terkejut saat menyadari bahwa Agatha terjatuh ke dalam kolam. Dengan sekuat tenaga ia berenang cepat ke arah Agatha untuk menyelamatkan gadis kecil itu. Syukurnya posisi Alvin tidak terlalu jauh dari tempat Agatha terjatuh. Setelah berhasil meraih Agatha, ia langsung berenang ke arah pinggir dan membantu gadis kecil itu naik ke atas kolam. Begitu berhasil naik ke pinggir kolam, Agatha mulai menangis keras tanpa henti. “Udah,udah, kan kamu udah aman Agatha,” ujar Alvin berusaha membujuk gadis kecil di hadapannya ini agar berhenti menangis. “Aku nangis bukan karena hampir tenggelam kak,” jawab Agatha sambil terisak. Mendengar jawaban gadis kecil di hadapannya membuat Alvni mengerutkan alisnya. Ia tentu saja bingung apa alasan gadis ekcil ini terus menangis. “Terus kamu menangis kenapa?” tanya Alvin. Agatha segera menunjuk ke arah tangan kiri Alvin. “Tangan kakak berdarah,” jawabnya. Ia kemudian kembali menangis keras melihat dara*h yang mengalir di area siku tangan kiri Alvin. Karena terlalu panik dan mengkhawatirkan Agatha Alvin sampai tidak menyadari kalau ternyata tangannya saat ini berdarah. Ketika menyelamatkan Agatha dan berusaha menaikkan gadis kecil itu kepinggir kolam, ia memang merasa siku kirinya tergores sebuah besi, tapi ia tidak sadar bahwa itu akan menimbulkan luka yang cukup besar. “Udah nggak pa pa, lukanya nggak sakit kok. Kakak baik-baik aja,” jelas Alvin berusaha menenangkan Agatha yang masih menangis. Perkataan Alvin membuat Agatha pelan-pelan mulai berhenti menangis. Ia terus menatap ke arah tangan Alvin yang terluka. “Beneran nggak pa pa?” Tanya Agatha sekali lagi. “Nggak pa pa kok. Kakak kan laki-laki, jadi luka kaya gini nggak terlalu sakit,” jawabnya dengan nada santai. Sejujurnya setelah melihat dara*h yang mengalir cukup banyak di area sikunya barulah Alvin mulai merasakan kesakitan. Namun, ia berusaha menahan sekuat tenaga rasa sakit itu agar Agatha tidak semakin menangis karena mengkhawatirkan dirinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN