Bab 1

985 Kata
Seorang pelayan bar terlihat berjalan menuju salah satu meja dengan membawa sebotol alkohol. Ia meletakkan botol di tangannya itu di atas meja tempat seorang wanita tengah duduk menikmati minuman yang ada di tangannya itu. “Silahkan dinikmati,” ujar pelayan tersebut lalu berjalan pergi. Wanita yang ada di meja tersebut adalah Zevanya Agatha Gadi putri sulung dari Endiwarma Gadi yang merupakan Direktur Gadi’s Group, salah satu perusahaan besar di Indonesia yang bergerak dalam berbagai bidang bisnis. Zevanya sendiri saat ini menjabat sebagai CEO di Gadi’s Hotel yang merupakan salah satu bisnis yang dimiliki oleh Gadi’s Group Wanita itu saat ini tengah menikmati alkohol untuk meringankan kepalanya yang terasa mau pecah. Hal itu karena siang Papanya menyuruh dirinya untuk datang ke rumah dan menemui Papanya secara pribadi. “Mulai besok kamu akan diawasi oleh salah seorang bodyguard yang Papa tugaskan. Dia akan berada bersama kamu selama dua puluh empat jam dan mengikuti kemanapun kamu pergi, apapun yang kamu lakukan dan dengan siapa saja kamu bertemu.” Perkataan Papanya kembali terngiang di dalam kepala Zevanya dan kembali membuat kepalanya hampir pecah karena rasa marah dan kesal. Membayangkan hidupnya yang harus terkekang karena diawasi oleh orang suruhan Papanya membuat Zevanya merasa begitu marah dan frustasi. Sebelum ada bodyguard pun kehidupannya sudah tidak bebas, bagaimana jika ada bodyguard yang mengawasinya? Ia benar-benar akan kesulitan melakukan apapun tanpa diketahui oleh Papanya. “Akkkhhhhhh,” teriak Zevanya merasa frustasi. Menghabiskan hampir tiga botol alkohol membuat Zevanya mulai merasakan pusing di kepalanya. Semakin lama rasa pusing mulai ia rasakan dan membuat kesadarannya sedikit menipis, pandangan matanya mulai kabur dan otaknya mulai tidak bisa berpikiran jernih saat ini. Di tengah kegiatan Zevanya yang masih asyik minum walau kondisinya sudah begitu mabuk seorang pria terlihat menghampiri mejanya dan duduk di samping wanita itu. “Hay,” sapa pria tersebut. “Pergi,” usir Zevanya to the point. Ia sama sekali tidak mau meladeni pria yang duduk di sampingnya saat ini. “Udah mabuk aja masih belagu ni cewek,” gumam p****************g yang duduk di samping Zevanya itu. Ia kemudian segera berdiri dan meraih lengan wanita yang sudah mabuk itu. “Ayok kita bersenang-senang,” bisik pria tersebut sambil tersenyum senang karena wanita di hadapannya ini sudah mabuk parah. Ketika Zevanya sudah akan dibawah p****************g itu. Sebuah tangan besar dan kokoh muncul dan menarik tubuh Zevanya menjauhi pria yang akan membawanya itu. “Berani banget lo ngambil cewe gue,” bentak pria tersebut pada orang yang merebut Zevanya dari pelukannya. Pria yang mengambil tubuh Zevanya itu sama sekali tidak menjawab perkataan pria tersebut. Ia malah melirik ke arah belakang tubuhnya, dimana ada dua pria berpakaian serba hitam yang berdiri di sana. Seakan mengerti maksud kode tersebut. Kedua pria berbaju hitam itu berjalan ke arah p****************g yang akan membawa Zevanya dan mulai menghajarnya hingga babak belur. “Tuan. Apa yang akan anda lakukan dengan putri Endiwarma Gadi?” tanya salah seorang pria yang baru saja muncul pada pria yang tengah merangkul tubuh Zevanya yang sudah mabuk parah saat ini. “Belum waktunya untuk aku melakukan sesuatu padanya. Butuh waktu sebelum menghancurkan mereka semua,” gumam Pria tersebut menjawab pertanyaan dari bawahannya itu. Pria itu kemudian meraih tubuh Zevanya ke dalam gendongannya dan membawa wanita itu keluar dari area Bar. ***** Di tengah kesadarannya yang sedikit menipis, Zevanya merasa ia saat ini sedang berada di alam mimpi dimana dirinya sedang berada dalam gendongan seorang pria tampan dengan penampilan bak pangeran. Saat kecil Zevanya selalu mengidamkan seorang pangeran tampan dan kaya akan datang menjemputnya dan membawanya pergi dari cengkraman Papanya saat ini. Ia mengharapkan kehidupan rumah tangga yang begitu indah, dimana dirinya memiliki keluarga bahagia dengan suami yang tampan dan anak-anak yang lucu. Zevanya mulai merasakan tubuhnya perahan diturunkan dari gendongan dan tengah dibaringkan di sebuah ranjang. Ia mulai berusaha membuka matanya yang terasa begitu berat dan ketika matanya sedikit terbuka, tampilan wajah seorang pria tampan langsung masuk dalam indera penglihatannya. “Pangeranku beneran datang dalam mimpi,” gumam Zevanya yang kemudian melingkarkan tangannya di leher pria tersebut dan memeluknya erat. Zevanya menatap lekat wajah pria yang saat ini jaraknya hanya beberapa senti dari wajahnya. Ia tersenyum bahagia sambil membawa salah satu tangannya menyentuh wajah pria tersebut. Jarinya bergerak dari dahi pria itu, turun ke arah pelipisnya, lalu bergerak menyentuh kelopak mata hingga bulu matanya, terus ke arah hidungnya kemudian turun menuju bibirnya. Jari Zevanya berhenti di bagian bibir pangerannya itu dan menatap lekat benda tersebut. Ia mulai penasaran bagaimana rasanya ketika bibirnya bisa menyentuh benda kenyal yang sedang dipegangnya saat ini. Tidak ingin hanya menebak-nebak rasanya saja, Zevanya segera menarik tengkuk pangerannya itu dan meraup bibir di hadapannya ini. Rasa lembut dan hangat bibir tersebut menyentuh bibirnya entah kenapa terasa begitu nyata seperti bukan di alam mimpi. Zevanya tidak bisa mendeskripsikan sensasi apa yang ia rasakan saat ini. Yang pasti saat pangerannya itu mulai menggerakkan bibirnya di atas bibir Zevanya dan mulai melumat serta menyesap kuat bibirnya, rasanya begitu nikmat dan memabukkan. Seakan desir tubuhnya yang mulai terasa hangat begitu menagihkan baginya. Zevanya semakin mengeratkan pelukannya di leher pangerannya tersebut untuk memperdalam ciuman mereka. Ia mengerang nikmat saat merasakan lidah pangerannya yang mulai masuk ke dalam rongga mulutnya dan semakin memberikan sensasi yang memabukkan yang nikmat dan terasa begitu nyata. Tidak tinggal diam, tangan Zevanya bergerak melepaskan satu persatu kancing baju pangerannya yang sedang begitu bersemangat meraup bibirnya saat ini. Ketika berhasil membuka baju pria yang berada di atas tubuhnya ini, tangannya mulai beralih untuk menanggalkan pakaiannya sendiri hingga hanya tersisa bra yang menutupi area dadanya. Zevanya mengerang nikmat saat merasakan telapak tangan nan hangat bergerak mengusap kulit punggungnya yang telanjang menuju ke arah pengait branya. Dalam hitungan detik ia area dadanya yang kosong karena bra miliknya yang sudah ditanggalkan oleh pria di atas tubuhnya ini. Ini hanya sebuah mimpi. Aku ingin menikmatinya sebentar. Zevanya sama sekali tidak menyadari bahwa apa yang ia pikirkan sebagai mimpi tentu saja bukanlah sekedar mimpi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN